"Masih pada ingat materi tentang zaman batu dan zaman logam yang diajarkan sebelum UTS?" tanya Pak Indra, guru Sejarah Umum, kepada siswa-siswi kelas 10 D.
"Masih, Pak!"
"Urutan zaman batu apa saja?"
"Zaman batu tua, zaman batu tengah, zaman batu muda, dan zaman batu besar!"
"Kalau urutan zaman logam?"
"Zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi!"
"Bukti-bukti arkeologis zaman batu dan zaman logam beberapanya terdapat di Indonesia," jelas Pak Indra. "Yang pernah ditemukan di Indonesia sudah pernah dipelajari, ya, yang fotonya ada di buku. Zaman batu dan zaman logam ini tentunya terjadi secara global, tidak hanya lokal di Indonesia. Nah, satu tempat dan masa yang memengaruhi peralihan dari zaman logam untuk seluruh dunia adalah Romawi."
Pak Indra mulai menerangkan kebangkitan peradaban Romawi Kuno. Zaman Romawi Kuno terbagi menjadi zaman Kerajaan Romawi, zaman Republik Romawi, dan zaman Kekaisaran Romawi. Pak Indra menjelaskan kapan dan bagaimana Bangsa Romawi terbangun, dimulai dari berdirinya Kota Roma. Pak Indra juga menjelaskan Julius Caesar, jenderal dan politikus terkenal pada masa Republik Romawi.
Bel istirahat siang akhirnya berbunyi. Siswa-siswi kelas 10 D menghela napas lega karena pelajaran Sejarah Umum telah sampai di ujungnya. Akhirnya, mereka bisa mengistirahatkan kepala mereka dari pelajaran-pelajaran yang menjemukan.
"Nah, kalian ada tugas. Kalian perlu membuat rangkuman materi bab Kekaisaran Romawi dari buku pelajaran, ditambah buku-buku referensi lainnya. Catat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, tulis tangan di kertas folio bergaris. Dikumpulkan minggu depan, waktu pelajaran ini lagi," kata Pak Indra.
"Baik, Pak!" sahut para murid kelas 10 D, lebih seperti erangan.
"Oke. Selamat istirahat siang, Anak-anak!"
***
"Nilam, kamu nanti siang ada waktu kosong, enggak?"
Lele bertanya kepada Nilam yang baru saja datang dari rumah dan duduk di bangku kelasnya pada Jumat pagi. Nilam menjawab, "Kosong, sih. Guru-guru mata pelajaran pilihan lintas jurusanku lagi gak bisa ngajar hari ini, jadi aku bakal dapat ganti hari belajar Sabtu besoknya. Kenapa, Le?"
"Ngg, bisa temenin aku ngerjain tugas Sejarah Umum di perpustakaan nanti, enggak? Aku belum ngerjain. Mumpung aku ada waktu kosong nanti."
"Hmmm," Nilam berpikir. "Sejarah Umum, kan, masih hari Rabu. Kenapa buru-buru ngerjain?"
"Aku ada pelatihan fotografi divisi dokumentasi pensi, disarankan Kak Juno. Ada dua, satu hari Sabtu besok, satu lagi hari Selasa. Aku mau ikut dua-duanya."
"Wah, kelihatannya, kamu lagi tertarik sama fotografi," ujar Nilam, "juga tertarik sama Kak Juno."
"Enggak, woy!" Lele menyergah. Nilam terkekeh karena Lele pernah cerita soal betapa baiknya Juno, ketua divisi dokumentasi pensi SMA Negeri 612 dari kelas 11 F, kepadanya. "Kak Nunu sendiri yang bilang kalau bapaknya Kak Juno itu fotografer ahli. Makanya, Kak Juno sering ngasih info pelatihan fotografi. Lagian, belum tentu Kak Juno datang ke pelatihan dua-duanya meski ngasih info. Aku, sih, emang mau belajar."
"Iya, iya. Maaf."
"Jadi, aku takut lupa ngerjain tugas Sejarah Umum," kata Lele. "Apalagi Romawi, kan, banyak bahasannya. Nah, kebetulan aku tahu beberapa buku Sejarah di perpustakaan. Sebelum pada diambil atau dipinjam. Lumayan, kan, kalau kamu juga ikut ngerjain."
"Hmmm. Oke deh, boleh," Nilam menyanggupi ajakan Lele mengerjakan tugas Sejarah Umum.
***
Lele telah mengajak Mayang juga untuk mengerjakan tugas Sejarah Umum, tetapi Mayang sedang punya urusan lain di siang hari. Nilam dan Lele jadi mengerjakan berdua di perpustakaan saat tengah hari pada hari Jumat ini. Perpustakaan tampak sepi, salah satu faktornya adalah karena pada hari Jumat, para laki-laki sedang Jumatan. Nilam dan Lele hanya melihat paling tidak lima orang lainnya di perpustakaan selain ibu petugas perpustakaan.
"Kamu yakin ini cukup?" Nilam bertanya sambil membuka salah satu buku yang Lele bawa untuk dibaca sebagai referensi tambahan. "Buku yang ini menjelaskan perkembangan teknologi dan budaya Romawi, tapi apa saja peristiwa pentingnya?"
"Sebentar." Lele membuka satu buku lain yang ia ambil dari rak buku sejarah dan bawa ke meja perpustakaan. Lele membalik-balik halamannya sampai ia menemukan apa yang ia cari. "Ah! Ini ada, lini masa Kekaisaran Romawi. Pada tahun berapa kaisar anu memimpin dan sebagainya." Lele berpaling ke Nilam. "Kayaknya, gapapa kalau kamu tulis tugas Sejarah Umum tentang perkembangan teknologi Romawi dan peristiwa menariknya. Kasih tahu tahunnya juga."
"Menarik, sih. Tapi, apa itu sesuai sama yang Pak Indra minta?"
"Ya udahlah! Di buku pelajaran Sejarah Umum kita juga biasa membahas barang peninggalan suatu zaman itu, yang pastinya ada benda teknologinya," tukas Lele. "Bukannya itu sesuai dengan kamu yang suka mempelajari materi webinar teknologi? Biar tugas kita gak terlalu mirip juga."
Nilam menghembuskan napas. "Aku baca sambil pikir-pikir dulu, deh."
Lele mengangguk singkat dan mulai membaca bukunya. Saat tengah berpikir, Nilam melihat Lia yang datang ke perpustakaan. Lia sedang mengembalikan buku-buku yang menjadi referensi pelajaran Bahasa Indonesia, terlihat dari sejumlah buku yang dia bawa.
"Le, itu Lia." Nilam menunjuk Lia yang mengobrol dengan Bu Ilya, ibu petugas perpustakaan.
Lele menengadah sebentar untuk melihat Lia lalu segera menunduk lagi. "Aduh. Aku lagi gak mau menyapa Lia. Apalagi ini di perpustakaan, takut berisik."
"Kok kamu kayak menghindari Lia begitu, sih? Kenapa? Kalian gak lagi berantem, kan?"
"Akhir-akhir ini, yang Lia ceritakan ke aku itu soal Rubi terus," kata Lele. "Bukannya aku gak mau dengerin, tapi aku rada-rada bosan juga akhirnya. Apa mungkin ... Lia suka Rubi, ya?"
Nilam menoleh ke Lele, sahabat sekelasnya ini. Nilam mencoba mengingat-ingat apakah ada Kak Nunu di ruang OSIS waktu itu. Tidak ada. Kenyataan bahwa Lele belum tahu soal Rubi yang mengatakan "suka" kepadanya membuat Nilam menyimpulkan kalau belum ada orang-orang OSIS yang menyebarkan perihal Rubi dan dirinya. Tolong. Semoga itu cuma dianggap angin lalu oleh mereka, tolong.
"Nilam? Hei?"
"Oh." Nilam menyadarkan diri. "Maaf, aku tiba-tiba melamun."
"Jadi, aku salah, ya, kalau agak menghindari Lia saat ini?" Lele berkata dengan penuh sesal.
"Eng, enggak, kok. Butuh sedikit jarak itu gak masalah. Nanti, kalau kamu udah cukup istirahatnya, baru bisa dengerin Lia curhat lagi soal Rubi."
Lele mengangguk. "Oke. Mungkin nanti di Klub Bahasa Inggris, aku udah gak capek lagi buat dengerin Lia lagi."
"Nah, begitu."
***
Setelah selesai mengerjakan tugas Sejarah Umum bersama Lele, di perjalanan pulang di angkot, dahi Nilam mengernyit. Nilam memikirkan apa yang Lele katakan di perpustakaan tadi. Nilam berpikir keras sambil berusaha untuk tetap melihat jalanan dari jendela angkot agar tidak kelewatan tempat tujuannya untuk turun dari angkot.
Lia suka Rubi? Nilam sama sekali tidak ingin mempermasalahkan hal itu, justru Nilam ingin ikut senang karena bisa turut memasangkan kedua temannya. Tapi, kok, aku sedikit kurang setuju, ya? Kenapa? Masak karena Rubi yang jamet, kan? Rubi sudah berkali-kali menjelaskan soal jamet yang baik. Lagian, Lia dan Rubi teman sekelas yang akrab. Siapa tahu mereka memang cocok?
Di perjalanan pulang di angkot, Nilam meyakinkan dirinya agar mampu menyetujui hubungan Rubi dan Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAMETOLOGY
Teen FictionNilam tidak menyukai laki-laki jamet alias 'jajal metal' yang suka berpakaian dan punya gaya berbicara aneh serta menongkrong dan mengobrol berkepanjangan seperti tidak ada tujuan. Menurutnya, masa muda tidak boleh dilewati secara sia-sia tanpa renc...