JAMETOLOGY BAB XIV

86 35 21
                                    

Akhirnya, masa-masa UTS telah selesai, sampai hari Sabtu. Siswa-siswi SMA Negeri 612 mulai belajar seperti sedia kala. Pada suatu Senin, SMA Negeri 612 mengadakan upacara bendera di lapangan plaza sekolah. Karena Nilam tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 156 cm, Nilam berada di baris-baris depan pada barisan kelasnya meski bukan yang terdepan. Nilam masih bisa melihat siswa-siswi pemimpin barisan upacara, siswa pemimpin upacara, dan bapak kepala sekolah, Pak Djunaedi, sebagai pembina upacara. Pada saat anggota paskibra yang hendak mengibarkan bendera upacara mau berjalan ke tiang bendera ....

Bruk!

Pemimpin barisan kelas 10 D s.d F pingsan di tempat. Hal itu membuat Nilam dan siswa-siswi yang berada di depan yang melihat kejadian tersebut kaget dan hampir panik. Barisan guru-guru yang ada di hadapan barisan siswa-siswi SMA Negeri 612 pun juga hampir bubar karena terkejut melihat siswa pemimpin barisan yang pingsan tersebut kalau tidak ditertibkan oleh pemimpin barisan guru-guru. Meskipun sempat tertunda, para pengibar bendera tetap berjalan ke tiang bendera (sepertinya para pengibar bendera sudah sadar akan apa yang terjadi, tetapi mereka tetap melanjutkan).

"Medik! Medik!"

Ada siswa yang memanggil petugas medik upacara yang sedang ditugaskan selama upacara. Siswa itu adalah seorang anggota paskibra yang akan menggantikan siswa pemimpin barisan yang pingsan tadi. Beberapa siswa petugas medik, dengan kain slayer kuning PMR diikatkan di leher mereka, membawa tandu untuk mengangkut yang pingsan. Barisan siswa-siswi kelas 10 D dan 10 E memberikan jalan kepada siswa-siswa petugas medik tersebut dan membiarkan mereka lewat.

Nilam dapat melihat siswa-siswa yang mulai mengangkat siswa pemimpin barisan ke tandu dan membuat barikade di depan barisan. Saat itulah Nilam menyadari bahwa salah satu siswa yang mengangkat pemimpin barisan adalah ... Rubi. Hah? Dia ini medik? Anak PMR? Walah!

Kemudian, Nilam memperhatikan petugas-petugas medik upacara membawa tandu dengan siswa pemimpin barisan di atasnya. Para pengibar bendera sudah membuat bendera terpasang setengah tiang, tinggal setengahnya lagi. Seorang siswa yang berbeda, yang tadi memanggil para medik upacara, menggantikan pemimpin barisan tadi dan berdiri menghadap barisan-barisan kelas 10 D s.d. F.

Nilam tidak begitu mengenali siswa kelas 11 yang menjadi pemimpin barisannya sekarang. Nilam kenal dan tahu pemimpin barisan sebelumnya adalah seorang pembantu OSIS juga bernama Jacob Wibowo Jarang, siswa kelas 10 G. Kebetulan, Jacob tadi adalah sepupu dari teman sekelasnya, Aaron, siswa urutan presensi pertama. Nilam terka, pasti Aaron akan menjenguk Jacob yang tadi diangkut Rubi dan kawan-kawan PMR-nya sehabis ini.

***

"Kamu tidak sarapan, ya, tadi?"

Nilam mendengar omelan Aaron kepada Jacob di dalam UKS dari luarnya. Nilam memang melihat Aaron terbirit-birit setelah upacara bendera selesai. Nilam bertaruh kalau Bu Hasnah akan datang terlambat atau malah tidak masuk kelas sama sekali, jadi Nilam memutuskan untuk pergi ke UKS.

"Aku sarapan, Aa'. Hanya saja, beberapa hari yang lalu memang makannya kurang benar. Tiba-tiba, tekanan darahku drop dan aku pingsan."

"Makanya makan yang benar!"

Nilam tahu bahwa keluarga Aaron dan Jacob adalah campuran keluarga Sunda dan Minahasa. Ayahnya Aaron adalah kakak dari ibunya Jacob. Ayahnya Aaron beristri wanita Minahasa, begitu pun ibunya Jacob bersuami pria Minahasa karena mereka pernah bekerja sampai merantau ke Sulawesi Utara dari Jawa Barat. Nilam menikmati sendiri kekhasan gaya bicara Aaron dan Jacob.

"Iya. Aku sedang dibelikan nasi kuning paket lengkap oleh salah satu anak PMR," timpal Jacob.

"Ya, tadi ada teman PMR-ku yang izin keluar sebentar untuk membeli nasi kuning."

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang