JAMETOLOGY BAB XXXV

74 25 3
                                    

Rubi baru saja pulang ke rumah sesudah berkumpul di tempat tongkrongan dengan teman-temannya dan menemukan ayahnya di ruang TV keluarga. Ayahnya tengah bersimpuh sambil memainkan ponsel pintarnya yang disandarkan ke sebuah stoples tinggi berisi kuaci di atas meja kopi bundar. Ayah Rubi melihat Rubi yang baru pulang.

"Ah! Kamu, Rubi," Pak Alex, ayahnya Rubi, berdiri dan memanggil, "Sini, sini!"

"Hah? Kenapa, Yah?"

"Temenin Ayah, dong."

"Temenin apa?"

"Ini, ikutin tren joget di TikTok ini."

"Hah?!" Rubi terkejut. "Buat apa, Yah?"

"Ya buat seru-seruan aja, lah. Biar ikut populer dan viral, kan lumayan."

Rubi memperhatikan dandanan ayahnya yang memakai celana jin cutbrai gombrong tetapi robek di bagian dengkul dan pahanya, rantai di celana jin, rompi denim yang juga robek-robek, dan kaus hitam. "Ayah habis menyamar jadi preman pasar, ya?" Rubi bertanya. Pak Alex yang berjambang panjang dan berkumis tebal memang sudah bertampang seperti preman pasar.

"Iya, habis menangkap pencuri di pasar," jawab Pak Alex, "gara-gara banyak laporan hilang barang karena maling. Nah, makanya, kita rayain bersama, hehehe. Kita berhasil!"

"Ngg, Yah," Rubi berucap, "sebenarnya, Rubi malu kalau joget."

"Malu? Biasanya kamu ekspresif banget, kok. Kamu yang suka nyetel lagu punk rock kencang-kencang di kamar sambil pura-pura main gitar." Pak Alex memperagakan orang bermain air guitar, gitar elektrik pura-pura.

"Begini, Yah, sekarang, Rubi punya pacar. Kalau pacar Rubi tahu Rubi joget-joget di TikTok, ya, Rubi malu," jelas Rubi.

Mata Pak Alex membulat dan air roman Pak Alex berubah sedikit. Rubi agak takut kalau ayahnya akan sedih atau marah. Akan tetapi, Pak Alex kemudian terperangah dengan semringah dan akhirnya, sepasang matanya berbinar juga.

"Oalah, kamu sekarang punya pacar, toh," kata Pak Alex. "Yah, wajar, sih, kalau kamu malu." Pak Alex berkata dengan gemas, "Ih, kamu udah gede aja! Tiba-tiba bisa punya pacar!"

Rubi yang melihat ayahnya sendiri menjadi tidak tega. "Aku berubah pikiran, Yah. Baru ingat kalau pacar Rubi nggak punya TikTok, jadi enggak bakal lihat Rubi joget di TikTok juga." Rubi menggeleng.

"Oh ya? Ya, gapapa, baguslah. Benar, nih, mau? Ayah gak maksa, lho."

"Ya, Rubi mau aja, kok."

"Oke!"

Pak Alex lanjut menyiapkan ponselnya. Sesudah ponselnya mampu berdiri dengan disandarkan ke stoples tinggi secara sempurna, Pak Alex menyalakan kamera ponselnya pada aplikasi TikTok dan mengaturnya ke rekaman video. Pak Alex memang senang bereksplorasi mengenai tren anak muda zaman sekarang dan Pak Alex banyak mengenal trennya dari TikTok. Terkadang, setelah mengetahui trennya, Pak Alex akan turut melakukan tren TikTok tersebut.

Meskipun menyanggupi, Rubi pun mengakui dalam hati kalau ia tentu masih merasa malu. Tidak hanya dirinya yang harus berjoget, tetapi juga dirinya melihat Pak Alex, seorang pria dewasa yang merupakan seorang bapak berusia paruh baya berjoget sambil direkam oleh ponsel dengan latar musik jedag-jedug kekinian di TikTok. Rubi terpaksa, tetapi Rubi juga ingin menghormati ayahnya yang berhasil menyelesaikan suatu tugas kepolisian dan bekerja demi memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat dan keluarganya sendiri. Makanya, Rubi memaksakan diri untuk menemani ayahnya berjoget. Konyol dan memalukan sekali. Agak berlebihan pula.

Namun, selagi Pak Alex gembira dan Rubi bisa membahagiakan ayahnya, mengapa tidak? Bisa saja kesempatan membahagiakan orang tua tidak datang untuk yang kedua kalinya. Setelah ini, apa pun yang Rubi lakukan bersama ayahnya bisa menjadi memori yang dapat dikenang Rubi dengan baik. Oleh karena itu, Rubi pun memutuskan untuk bersenang-senang bersama ayahnya. Ternyata, tidak ada salahnya juga menemani Ayah berjoget, kan?

***

Hari Sabtu sudah hampir mencapai sore. Rubi dan Pak Alex duduk di sofa untuk beristirahat setelah berjoget. Pak Alex mengunggah videonya ke TikTok. Selepas video itu beredar di TikTok, Rubi memutuskan bahwa ia tidak akan peduli lagi. Rubi tidak ingin mencari tahu lebih lanjut bagaimana nasib video itu di akun TikTok ayahnya.

"Rubi, kamu jangan lupa buat bikin SIM pas kamu udah 17 tahun, ya," ujar Pak Alex sontak mengingatkan setelah beres mengunggah dan menyimpan ponselnya di atas meja kopi bundar.

"Iya, Yah," kata Rubi yang menjadi teringat pula karena diingatkan ayahnya. Selama ini, Rubi selalu melewati jalan yang tidak terlalu ramai akan razia lalu lintas. "Lagian, Ayah yang ngide buat ngasih aku motor sebelum aku 17 tahun pas aku baru masuk SMA."

"Ayah, kan, gak bisa nganter kamu ke sekolah karena Ayah bekerja pagi-pagi juga. Bisa-bisa, Ayah terlambat kerja atau kamu yang telat ke sekolah. Kamu tahu, kan, kalau pagi, jalanan macet. Ibu juga belum mahir mengendarai motor, nanti pas agak siangannya bekerja juga. Makanya, Ayah sama Ibu ngasih motor buat kamu pergi ke mana-mana sendiri," terang Pak Alex lalu mengusap kepala dengan rambut cepak tebalnya. Pak Alex melanjutkan, "Tapi, kalau Ayah ada waktu luang di pagi hari, Ayah bakal coba nganter kamu ke sekolah. Asal kamu minta dianter juga."

"Ya, Yah. Tapi, kenapa aku gak pakai ojol aja?"

"Pengeluaran ongkos cenderung lebih besar kalau pakai ojek daring karena ada jasa yang harus dibayar. Kalau punya motor sendiri, kan, perawatannya paling enggak sebulan sekali dan bensinnya lebih mudah dihemat," jelas Pak Alex. "Ini sedikit pengetahuan aja."

"Oh, gitu, Yah. Kalau aku sesekali pakai ojol boleh, nggak?"

"Ya boleh, silakan."

Bu Mirah, ibu dari Rubi dan istri Pak Alex, mendatangi Rubi dan Pak Alex di sofa ruang TV keluarga dari arah dapur setelah menyiapkan makanan untuk nanti malam. "Ada yang mau muffin dan kue bolu?" Bu Mirah bertanya sambil membawa sekotak kue berisi muffin bluberi, muffin butir coklat, bolu mekar red velvet warna merah-putih, bolu mekar pandan, sepotong kue bolu pisang, dan sekeping besar kukis Blue Cookie Monster.

"Wah! Muffin dari mana itu?" Pak Alex bertanya.

"Tadi waktu kalian joget-joget, ada tetangga yang ngasih kue-kue ini, habis syukuran lamaran," kata Bu Mirah seraya meletakkan kotak berisi kue-kue itu di atas meja kopi bundar. "Ada sisa yang mereka kasih ke kita. Ibu yang terima."

"Boleh juga, nih," kata Pak Alex saat melihat isi kotak tersebut. "Bu, tahu tidak, Rubi punya pacar."

Rubi menghela napas berat. Rupanya, Pak Alex memberitahukan Bu Mirah mengenai dirinya yang sekarang punya pacar. Rubi merasa jengah, tetapi tidak berusaha untuk memprotes lebih lanjut.

"Oh ya? Wah, kebetulan, dong. Kita lagi bisa makan kue-kue ini buat merayakan," kata Bu Mirah setengah menggoda. "Kamu, dong, yang harusnya mentraktir Ibu dan Ayah. Kan ada yang namanya pajak jadian."

Rubi menyeringai miring. "Gak perlu dirayain juga gak apa-apa, kok."

"Tapi, gapapa, kok. Hebat, lho. Rubi sudah jadi seorang pemuda besar sekarang." Pak Alex mengacak-acak rambut putra semata wayangnya.

"Ya, terima kasih, Ayah," ucap Rubi setelah tangan Pak Alex berhenti mengacak-acak rambutnya.

"Jadi, siapa perempuan cantik tidak terlalu beruntung ini?" Bu Mirah bertanya dengan sedikit nada mengolok-olok.

"Bu!"

"Ibu cuma bercanda!"

Rubi kembali menghela napas berat lagi. "Oke, Yah, Bu. Begini ceritanya ...."

Dan Rubi menceritakan bagaimana dirinya bisa mengenal Nilam, bagaimana Nilam sempat memperlakukannya, sampai bagaimana Rubi dan Nilam saling mengerti dan saling menerima akhirnya. Dengan begini, Rubi seolah meyakinkan kedua orang tuanya bahwa anak tunggal mereka bisa berhasil mendapatkan pasangan dan memiliki masa depan dalam romansa yang terjamin.

Pak Alex dan Bu Mirah? Mereka tentunya sampai terharu karena mendengar cerita detail dari Rubi.


Catatan penulis: Ini benar-benar keluarga yang kocak dan unik wkwkwk. Jangan lupa like/vote ☆ → ★ semua bab di cerita ini mumpung ceritanya hampir berakhir. Mohon beri kasih sayang untuk keluarga Rubi ini, juga keluarga Nilam. ❤️ 🫶

Mohon beri cinta untuk penulis pula. Terima kasih! 🥹 😭 🫰 😁

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang