"Untuk Audrey, mungkin minggu depan kamu sudah bisa menunjukan magic kamu, " Kak Bella berkata dengan tersenyum. Audrey melihatnya tidak percaya, dia masih menunggu Audrey menunjukan sihir? Audrey bilang dia tidak bisa! Dan itu nyata, itu sungguhan! Audrey tidak bisa sihir, Audrey tidak bisa Sulap!!. Audrey ingin mengatakan itu dengan lantang. Tapi mulutnya seolah-olah terkunci.
Kak Bella dan teman-teman satu kelompoknya keluar ruangan setelah Kak Bella menutup pertemuan pertama mereka. Audrey keluar paling terakhir dari teman-teman lainnya di klub itu, Audrey melihat Kak Bella sedang berbicara dengan Kak Andrew dan seorang cowo yang mirip Arsenio. Tadi Audrey fikir dia Arsenio, tapi ternyata bukan. Dia sama-sama putih, tapi tidak setinggi Arsenio dan juga tidak memakai kaca mata. Apa dia yang menabrak Audrey waktu itu?
Bukan..Audrey yakin orang yang menabraknya adalah Arsenio.
"Nio, kamu tidak ikut pulang?" Valerie bertanya pada Arsenio yang berdiri di sebelahnya. Sedangkan sebelahnya lagi Cedric. Mereka sedang memilih minuman di minimarket.
Arsenio menggeleng. "Daddy pulang, Ezio juga pasti pulang, Aku nggak mau ada di rumah bareng Ezio. " Arsenio berkata pada Valerie dan Cedric.
"Kamu yakin di sini sendirian? Aku sama Valerie nggak ada, " Cedric masih membujuk Arsenio.
"It's ok. I will fine, " Arsenio menenangkan mereka.
Setelah selesai memilih minuman dan camilan, mereka bertiga pun keluar dari minimarket.
Audrey berdiri ketika pintu minimarket tertutup dan mereka benar-benar keluar. Tadi dia berjongkok sambil pura-pura memilih coklat di balik rak snack yang sedang mereka pilih. Audrey sebetulnya tidak bermaksud mencuri dengar pembicaraan mereka, Audrey tidak tahu kalau mereka juga berada di dalam minimarket. Audrey tidak ingin bertemu mereka, Audrey malas bertemu mereka bertiga. Yang satu sombong dan seperti princess, yang dua juga sok jadi prince, mentang-mentang mereka cantik, cakep dan tinggi.
Sepulang dari klub magic tadi, Audrey masuk ke minimarket untuk membeli minuman dingin. Entah kenapa hari ini terasa panas dan gerah. Padahal cuacanya biasa saja, dia tidak menyangka kalau mereka bertiga juga ada di minimarket.
Audrey keluar minimarket dan berjalan santai sambil meminum jus dingin. Hari ini dan besok sekolahnya libur. Banyak siswa yang pulang untuk bertemu keluarganya, tapi beberapa juga tinggal di sekolah. Audrey adalah salah satu yang tinggal di sekolah.
"Kamu pura-pura nggak bisa Magic?" suara seseorang mengagetkan Audrey. untung saja Audrey tidak tersedak. Audrey lalu berbalik.
Arsenio, dia ternyata berjalan dibelakang Audrey. Audrey tidak menyadari Arsenio yang berjalan di belakangnya, apa mungkin karena dia melamun?
Audrey tidak menjawab.
Arsenio memandangi Audrey dari atas sampai bawah, sama seperti waktu dia menabrak Audrey. Dia kemudian melihat memar ditangan Audrey. Karena hawa yang panas Audrey melepaskan sweaternya. Tadi dia memakai sweater selama di klub Magic, jadi tidak ada yang melihat memar Audrey.
"Kamu nggak ke klinik?" tanyanya khawatir.
Audrey menggeleng, "Udah aku olesin salep memar," Katanya, "kamu yang tabrakan sama aku kan? Kamu baik-baik saja?" Audrey melihat lengannya yang tidak ada memar apapun. Lalu kemudian pandangannya tertuju pada badan Arsenio, apa badannya yang memar?
"Aku baik-baik saja, ikut aku ke klinik," dia mengajak Audrey ke klinik.
Audrey tidak bergerak, Arsenio yang berjalan duluan ke arah klinik lalu berhenti. Dia melihat Audrey yang tidak bergerak.
"Aku nggak mau, " Audrey menolak, "Aku nggak apa-apa kok..Cuma memar aja. Tangan aku nggak kerasa sakit," Audrey menggerak-gerakan tangannya.
"Yakin?" Arsenio menaikan alisnya, dia tidak percaya dengan kata-kata Audrey.
"Agak pegal sih..Cuma mungkin karena aku terlalu banyak latihan aja," Audrey sendiri tidak yakin dengan kata-katanya.
"Kalau dibiarin terus nanti kamu bisa cedera pas latihan, " dia membuat Audrey takut.
"Tapi aku ngga mau bikin orang tua aku khawatir.." Audrey berkata jujur. Dia sebenernya tidak ke klinik karena takut orang tuanya akan di hubungi. Setelah tabrakan kemarin meskipun Audrey merasa semakin pegal setelah latihan, dia hanya mengoleskan obat memar dan obat pegal.
"Aku jamin orang tua kamu nggak akan tahu, " Arsenio meyakinkan. Dia kembali berjalan.
Audrey melihatnya menjauh. Tapi kemudian dia berlari kecil untuk mengejarnya.
Cowo ini nggak bohong kan? Dia bisa dipercaya kan? Audrey merasa khawatir ketika dia masuk ke klinik dan di periksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Audrey 1
FantasyDi sekolah barunya, Audrey diharuskan untuk masuk ke dalam sebuah klub extrakurikuler. Karena tidak memiliki teman Audrey tidak mendaftar klub apapun. Akan tetapi tiba-tiba saja namanya terdaftar sebagai anggota klub extrakurikuler Magic. Dia tidak...