"Mau sampai kapan kamu pura-pura nggak bisa magic?" Valerie mendekati Audrey sambil menyilangkan tangan di dada. Dia tidak membantu Audrey, dia seperti mandor yang sedang menyuruh anak buah nya beres-beres.
"Maksud kamu?" Audrey tidak mengerti. Kenapa dia tiba-tiba bertanya soal magic?!
"Aku tahu kamu bisa magic, cuma kamu pura-pura aja nggak bisa, " katanya lagi, Valerie benar-benar sok, benar-benar menyebalkan.
"Aku nggak bisa magic, aku nggak punya kekuatan!" Audrey menjadi kesal. Lapar dan rasa sakit hatinya membuat dia semakin kesal.
"Dia punya kekuatan apa? "Gisca tiba-tiba datang ke belakang Valerie.
"Nggak tau, dia nggak mau nunjukin, " Valerie memberitahu Gisca. Audrey kaget karena Gisca juga tahu tentang magic dan kekuatan. Padahal kemarin dia tidak ikut klub magic.
"Kamu pura-pura nggak bisa magic karena nggak mau ketauan punya kekuatan yang hebat ya?" Gisca bertanya, "Percuma kamu sembunyiin Audrey, orang-orang di sekolah ini akan tahu kalau kamu punya kekuatan, " dia memberitahu Audrey.
"Who? siapa? Siapa orang yang tahu aku punya kekuatan?" Audrey bertanya kesal. Dia sendiri saja tidak tahu kalau punya kekuatan, bagaimana orang lain bisa tahu?! "Memang ini sekolah apa sih? kenapa orang-orang tanya tentang kekuatan dan magic? Kenapa orang-orang percaya sama magic? Ini sekolah sihir?"
"Kamu beneran nggak tau ini sekolah apa?" tanya Valerie curiga. Dia jadi curiga Audrey benar-benar tidak tahu dia masuk sekolah apa.
"Enggak! " Audrey menjawab setengah berteriak.
"Half of magic.. setengah dari jumlah murid disini punya kekuatan yang nggak dimiliki anak-anak normal lain, setengahnya nya lagi normal, karena mereka nggak tau kalau kita punya kekuatan. "
" Ya berarti aku anak yang normal! " Audrey memberitahu Valerie masih dengan setengah berteriak karena kesal.
Gisca melirik Valerie. Dia jadi ragu karena Audrey berkata keras kalau dia normal.
"Engga, aku yakin kamu punya kekuatan, " Valerie berkata yakin."kita lihat saja nanti.." katanya sambil berlalu ke kamarnya. Gisca juga pergi ke kamarnya.
Kemudian Audrey mendengar Valerie menjentikan jarinya. Piring dan gelas yang tadi di bersihkan Audrey terjatuh tiba-tiba. Audrey kaget. Lalu saat Teman-teman Audrey yang mengambil air kembali ke Asrama, tempat sampah yang berisi sampah bekas minuman dan teh yang tadi dibereskan Audrey melayang ke arah Indy seperti ada yang melemparkannya. Untung saja Indy bisa menangkisnya. Indy, Mira, Reya, dan Windy kaget. Mereka melihat Audrey dengan marah.
"kamu kesel sama kita?" Mira marah.
Audrey menggeleng, " Bukan aku yang melempar tempat sampahnya.." Audrey berkata dengan sungguh-sungguh.
"Iih.." Indy yang makin kesal dengan Audrey langsung ke kamarnya dan marah. Tadinya dia akan memberikan air untuk Audrey di botol yang dia dapat dari kamar sebelah, dia kasihan dengan Audrey yang juga tidak punya minum. Tapi dengan kelakuan Audrey yang seperti itu dia jadi malas dan marah.
Teman-temannya makin tidak menyukai Audrey.
"kamu kalau mau minuman aku, bilang dulu donk, jangan langsung main minum," Reya melihat ceceran bekas serbuk minuman miliknya. "Aku ngerti kalau kamu pengen, tapi ya bilang dulu.." Reya yang asalnya baik hati jadi terasa seperti Valerie. Dia pun mengambil box minuman serbuknya ke kamarnya untuk diamankan.
Audrey sedih Reya berkata seperti itu, padahal Audrey tidak pernah meminum minumannya. Dan kalau pun mau, Audrey juga pasti akan bilang dan permisi dulu. Dia bukan orang yang akan mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
Mereka semua sudah masuk kamar, kecuali Audrey. Dia masih membereskan dapur dan juga ruang tengah yang diceceri sampah. Dia membereskan kekacauan sampah dengan ketakutan karena ada sesuatu yang tidak terlihat yang sepertinya menjahilinya. Apa itu ulah valerie? Audrey ingat dia pernah membuat rambut Ka Bella naik, dan dia bilang "I can see what you can't see".
"Please..jangan ganggu aku, aku nggak ganggu kamu, kenapa kamu ganggu aku?" Audrey bertanya. Dia ketakutan tapi dia harus berani karena dia harus membereskan kekacauan yang tidak dia buat sebelum tengah malam.
Kemudian lampu ruangan Asrama padam. Audrey semakin takut. Sepasang sendok dan garpu tiba-tiba terjatuh dan mengagetkan Audrey. Sendok dan garpu itu bergerak sendiri mendekati Audrey. Audrey mundur, dia ingin berteriak, tapi pasti teman-temannya akan semakin marah padanya karena bukan hanya teman-temannya yang akan bangun, tapi juga siswa-siswa lain dari ruangan asrama sebelah juga pasti akan terganggu. Audrey tidak ingin membuat kekacauan lain. Audrey menahan suara tangisannya dan berurai air mata. Sendok dan garpu itu terus mengikuti Audrey yang mundur. Audrey terpentok tembok, dia tidak bisa kemana-mana. Dia ingat ibunya, dia ingat ayahnya, dia juga ingat adiknya. Dan dia ingat kata-kata adiknya kalau Audrey takut hantu jangan difikirikan hantu itu seperti apa. Fikirkan saja dia menghilang dan fikirkan saja kalau dia pergi, dia tidak bisa melakukan apa-apa kepada Audrey. Audrey kemudian mencoba kata-kata adiknya. Dia memikirkan kalau hantu itu tidak ada. Kalau sesuatu yang mengganggu Audrey ini menghilang dan tidak pernah kembali. Audrey berdoa, lalu dia teringat bunyi jentikan jari Valerie, dan juga Bella. Audrey pun mencoba menjentikkan jarinya sambil memikirkan kalau hantu itu menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Audrey 1
FantasyDi sekolah barunya, Audrey diharuskan untuk masuk ke dalam sebuah klub extrakurikuler. Karena tidak memiliki teman Audrey tidak mendaftar klub apapun. Akan tetapi tiba-tiba saja namanya terdaftar sebagai anggota klub extrakurikuler Magic. Dia tidak...