Audrey masuk ke kamarnya. Dia membuka kantong besar itu. Mengeluarkan tas ransel, sepatu dan HP. Audrey menjajarkan barang-barang itu di meja belajarnya. Audrey terkesima, sepatunya bagus, dan hpnya sepertinya keluaran terbaru. Apa Arsenio seorang pangeran? Dia kaya sekali kah? Banyak uang? Orang tuanya kerja apa? Tunggu..berarti dia beli ini minta pada orang tuanya?Audrey merasa tidak enak. Dia memasukan lagi tas, HP dan sepatunya. Dia harus bertemu lagi dengan Arsenio untuk mengembalikannya.
Audrey turun ke kantin untuk makan malam. Dia sendirian. Teman-teman satu kamar Asramanya pulang ke rumah mereka. Setiap minggu siswa memang di perbolehkan pulang atau tinggal di Asrama. Untuk yang rumahnya dekat atau memang keluarganya menjemput, sekolah memberikan izin untuk pulang. Sedangkan untuk yang rumahnya jauh seperti Audrey, sekolah tetap menyiapkan makan malam dan layanan lainnya seperti hari biasa.
Kantin Asrama perempuan cukup sepi. Hanya beberapa anak kelas 11 dan 12 yang makan malam. Anak kelas 10 sepertinya hanya Audrey, hanya dia yang tidak pulang. Audrey sudah mulai terbiasa makan dan melakukan hal-hal sendirian. Dia meyakinkan diri untuk selalu bisa mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
Audrey duduk sendirian di meja paling pojok, Audrey sedang menikmati makan malamnya ketika Gisca dengan tanpa kata-kata duduk di depannya. Audrey memegang nampannya dengan kuat. Audrey agak trauma dengan kejadian terakhir ketika Gisca dan Valerie duduk di hadapannya.
"Aku nggak akan jatuhin tempat makan kamu, " Gisca merasa Audrey takut dengan kehadirannya.
Audrey memperhatikannya. Dia kemudian percaya, Gisca sepertinya tidak memiliki kekuatan untuk mejatuhkan nampan miliknya.
"Kamu kok nggak pulang setiap minggu?" Gisca bertanya.
"Orang tua aku jauh, dan butuh biaya untuk jemput aku kesini setiap minggu, " Audrey memutuskan untuk berbicara dengan Gisca.
"Oh ya, aku lupa kamu anak beasiswa," dia berkata santai. Sedangkan Audrey yang baru saja memutuskan untuk berbicara dengannya jadi menyesal. Dia juga sering disepelekan oleh Valerie karena dia anak beasiswa, dan itu menyebalkan.
"Emang menurut kamu anak yang nerima beasiswa itu gimana sih?" Audrey penasaran kenapa Gisca dan Valerie selalu menyepelekan Audrey karena dia penerima beasiswa.
"Anak yang miskin dan nggak mampu gitu deh," Dia membuat Audrey menghentikan makannya.
"kamu salah. Nggak semua anak beasiswa itu miskin. Banyak kok anak orang mampu yang dapet beasiswa juga. Beasiswa diberikan bukan Cuma karena miskin, tapi karena punya prestasi, " Audrey agak panas. Ingin rasanya Audrey berdebat dengan Gisca mengenai beasiswa.
Gisca kemudian mengingat Windy yang sama-sama anak beasiswa tapi lebih mampu dari Audrey.
"Sorry, Aku nggak terlalu ngerti soal yang begitu, " dia meminta maaf. Emosi Audrey sedikit turun, tumben dia meminta maaf.
"Di sekolah aku dulu ngga pernah ada anak yang terima beasiswa. Makanya aku ngga ngerti, " jawabnya lagi.
"Dulu kamu satu sekolah sama Valerie?" Audrey bertanya. Audrey penasaran dengan sekolah mereka berdua, Gisca sering bersama Valerie dan sifat sombongnya hampir sama.
"Iya, sama Cedric dan Arsenio juga."
Sama mereka juga?! Audrey baru tahu.
"kalian sekolah dimana?" Audrey penasaran.
"kanada, "dia menjawab.
"Amerika?" Audrey tercengang.
"Iya, tapi Cuma kelas 8, Kelas 9 aku homeschooling di Indonesia. Makanya aku nggak terlalu akrab sama mereka, cuma Valerie yang masih ingat sama aku, " Gisca menjelaskan.
"Oh.." Audrey berkata pendek. Mereka pasti orang kaya karena bersekolah di luar negri.
Setelah selesai makan Audrey kembali ke ruang Asrama, sedangkan Gisca keluar. Audrey tidak tahu Gisca kemana. Audrey juga tidak peduli, dia memang sering pergi jalan-jalan keluar, bahkan di tengah malam.
Audrey memakan camillannya sambil belajar. Kantong besar yang tadi di berikan Arsenio ada di dekat kakinya. Audrey meliriknya, dia penasaran dengan sepatu yang ada di dalamnya. Sepatunya sangat bagus, dan dari merk terkenal. Audrey tidak pernah punya sepatu dari merk itu karena harganya mahal, Audrey ingin mencobanya. Tapi dia menahan diri.
"Bukan punya kamu, Audrey", dia berkata pada dirinya sendiri.
Tapi tadi Arsenio mengatakan "ini buat kamu" pada Audrey. Ada pembelaan lain dari dirinya.
Audrey kemudian mengangkat kantong besar itu, mengeluarkan ransel dan kemudian mencoba sepatunya.
Nyoba aja..bisiknya pada dirinya sendiri.
Dia mencobanya, dan Pas!
Audrey terkesima. Kok bisa pas? Arsenio tahu ukuran kakinya kah?
Audrey senang. Dia tersenyum, tapi..dia bingung kembali antara menerima ini atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Audrey 1
FantasyDi sekolah barunya, Audrey diharuskan untuk masuk ke dalam sebuah klub extrakurikuler. Karena tidak memiliki teman Audrey tidak mendaftar klub apapun. Akan tetapi tiba-tiba saja namanya terdaftar sebagai anggota klub extrakurikuler Magic. Dia tidak...