42. Penyelesain yang baik

17 3 0
                                    

Sore hari nya, Orang tua Audrey dan Ailey pamit untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari nya, Orang tua Audrey dan Ailey pamit untuk pulang. Audrey sedih, tapi dia berjanji untuk menjadi siswa yang rajin dan berprestasi. Ibunya berurai Airmata ketika memeluk Audrey. Dia baru bisa bertemu dengan Audrey beberapa bulan lagi. Ayahnya juga berkata kalau beliau bangga karena Audrey jadi anak yang jujur dan berpendirian kuat. Jangan takut untuk berbicara kebenaran, dan jangan mau di intimidasi, ucapnya. Orang tuanya percaya kalau Audrey akan baik-baik saja. Kepala sekolah nya juga berjanji akan menjaga Audrey.


Audrey masuk ke ruang Asrama dan disambut oleh pelukan Indy dan Mira. Mereka meminta maaf, mereka juga malu karena sudah menuduh Audrey. Windy yang tidak ikut memeluk Audrey memberikan sebuah bungkusan dan berkata pelan, "Sorry.." sahutnya pelan.

"Ini apa?" Audrey bingung.

"Botol minum," Mira memberi tahu.

"Kita semua dapat dari Windy, dia bilang kalau bukan kamu yang membuat air didispenser habis. Keran Air dispensernya rusak, dan Windy tahu tapi tidak memberitahu. Jadi dia merasa bersalah dan memberikan ini untuk kita semua supaya kalau kerannya rusak lagi kita punya botol untuk di isi air, "Indy menjelaskan.

Audrey tersenyum dan berterima kasih pada Windy, lalu dia melirik Valerie dan Gisca.

"Makasih udah bantu aku menemukan pencurinya, " Audrey berterima kasih pada mereka berdua.

"Sama-sama, kamu juga membantu aku untuk menangkap penghianat," kata-kata Valerie membuat mereka semua merasa sedih. Mereka tidak mengangka kalau Reya ternyata tega pada teman sekamarnya.


Pada hari senin Audrey datang ke klinik dokter Farhan. Dokter Farhan sedang tidak ada pasien, dia sedang ada di ruanganya. Perawat ketus yang merawat Audrey waktu itu memberi tahu.

Audrey pun berjalan ke ruangan dokter Farhan. "Hai.." Audrey menyapa Ceria. Dokter Farhan langsung memasang wajah malas ketika melihat kepala Audrey muncul di pintu ruangan dokternya.

"Kenapa lagi?" Tanyanya.

Audrey mendekati meja dokter Farhan dan memberikan setoples oleh-oleh.

"Kemarin orang tuaku datang, mereka membawakan ini untuk Dokter yang sudah merawat aku, " Audrey tersenyum. Dokter Farhan melirik isi toplesnya.

"Apaan nih?" Dia baru melihat makanan kering yang ada di toples yang Audrey berikan. "Kerupuk?" Dia kecewa karena Audrey hanya memberikan setoples kerupuk untuk pengorbanannya selama ini.

"Rengginang. Itu kerupuk dari beras ketan, Ibuku yang membuat. Enak banget! Aku yakin dokter pasti ketagihan, " Audrey membuat Dokter Farhan penasaran. "Aku mau berterima kasih sama dokter karena sudah membantu aku dan teman-teman yang lain menyelesaikan masalah, masalahnya sudah selesai. Aku juga sudah akur kembali dengan teman-teman asramaku, aku janji nggak akan sering-sering main ke klinik."

"Aku keep janji kamu ya, dan tolong katakan pada Arsenio juga supaya dia nggak sering-sering berkunjung ke sini, " dia meminta Audrey dengan sungngguh-sungguh.

Audrey tertawa, dia kemudian meninggalkan ruangan Dokter Farhan. Tinggal 2 orang lagi yang harus dia temui.


Audrey membuat janji bertemu dengan Arsenio dan Cedric setelah dia selesai latihan berenang. Mereka akan bertemu di depan minimarket, Audrey menunggu Arsenio dan Cedric sambil merapikan rambutnya. Tadi Audrey buru-buru pergi setelah mandi dan ganti baju, dia tidak ingin terlambat untuk makan malam bersama teman-temannya, makanya dia membuat janji  dengan Arsenio dan Cedric di waktu senggang setelah latihan berenang dan sebelum makan malam.

Arsenio datang, tapi dia sendirian.

"Cedric mana?" Audrey tadi meminta Arsenio untuk memberitahu Cedric kalau Audrey ingin mengembalikan barang.

"Dia lagi dipanggil kakeknya," Arsenio duduk dihadapan Audrey. Meskipun Arsenio duduk di hadapan Adurey, tapi dia masih bisa mencium wangi sabun dan Shampo Audrey. Dia agak terganggu karena wanginya akan terus tercium sampai dia kembali ke Asrama.

"Oh," Audrey menjawab pendek. Dia kemudian menaikan kantong besar yang dulu Arsenio berikan kepadanya ke atas meja."aku mau mengembalikan ini, dan ini juga, " Audrey menggeserkan kantong besar ke hadapan Arsenio dan kemudian mengeluarkan sebuah Hp dari dalam tasnya. HP itu adalah Hp yang Arsenio berikan ketika mereka sedang menyusun rencana untuk menangkap Gisca, "Orang tuaku sudah membelikan HP baru, tas dan sepatuku juga sudah diganti " Audrey menunjukan hp, tas dan sepatu yang dia pakai,"Thank you.." Audrey sangat berterima kasih dengan bantuan dari Arsenio dan Cedric.

"Cedric nggak akan mengambil kembali barang-barang ini, Ini buat kamu, " Arsenio melipat tangannya di dada dan hanya melirik barang-barang itu. Kebiasaan melipat tangan di atas dadanya sama seperti Valerie.

"Aku nggak mau, dan aku juga nggak butuh, Hp dan tas nya belum aku buka, masih baru, kamu bisa bilang ke Cedric kalau ini masih bisa di jual kembali, tapi sepatunya.." Audrey agak ragu mengatakannya. Dia malu karena dia mengembalikan barang sudah pernah dia pakai, "Aku udah pakai beberapa kali, tapi udah aku bersihin..masih bagus banget kok.. sorry "

"ya udah nggak usah dikembalikan, Ini semua bisa kamu pakai,"

"Aku nggak mau!" Audrey bersikeras, Arsenio tidak bisa memaksa.

"Kalau begitu sepatunya aja yang tidak usah dikembalikan, kamu pakai aja. Cedric pasti nggak akan menerima lagi sepatunya, pasti sepatu itu di buang, " Arsenio kemudian mengelurakan kotak sepatu di dalam kantong besar dan memberikannya pada Audrey.

"Tapi ini mahal, aku baru tahu harga aslinya ketika aku mau beli yang baru untuk mengganti sepatu ini. Dan aku belum bisa beli, hehe.." Audrey nyengir. Ekspresi Audrey membuat Arsenio makin merasa aneh. Dia ingin mencubit pipi Audrey karena dia terlihat menggemaskan, Sadar Arsen!! 

Arsenio ingin menampar pipinya sendiri.

"Sepatu ini buat kamu! Terserah mau kamu apain, Cedric nggak akan keberatan, " Arsenio berdiri dari kursinya, dia melihat jam, "Aku ada janji, jadi aku nggak bisa lama-lama, " Arsenio kemudian pergi meninggalkan Audrey. Dia dengan terpaksa membawa kantong besar berisi tas dan HP yang masih baru milik Cedric, Hp yang Audrey kembalikan juga dia bawa. Dia yakin Audrey tidak akan mau mengambilnya.

"Thanks, Arsenio!" Audrey berteriak ketika Arsenio meninggalkannya dengan terburu-buru.

Audrey melihat sepatu itu. Dia memang suka dengan sepatunya, dan ukurannya pas. Sangat nyaman dipakai. Dia pun tersenyum dan kemudian pergi ke Asrama untuk makan malam bersama teman-temannya. 

Magic Audrey 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang