Klinik sekolah Audrey cukup besar dan lengkap. Ada dokter betulan disana. Audrey kira hanya petugas kesehatan atau kakak kelas petugas PMR yang akan berjaga di klinik sekolah, tapi ternyata Dokter betulan. Dokter di sekolah Audrey adalah seorang dokter laki-laki berwajah oriental. Kulitnya putih, Wajahnya juga menarik, dia terlihat masih muda, dia juga terlihat serius dan cerdas. Dia memeriksa Audrey dengan seksama.
"Perlu CT scan?" Arsenio bertanya pada dokter yang memeriksa Audrey.
"Engga sih, " dokter itu duduk di kursinya setelah memeriksa Audrey.
"Yakin?" Arsenio bertanya dengan nada seperti pada Audrey tadi. Audrey agak kaget dengan ucapan Arsenio karena dia seperti meragukan dokter yang memeriksa Audrey. Dokter itu juga lebih tua dari padanya, Audrey merasa Arsenio kurang sopan.
Audrey duduk di sebelah Arsenio.
"lu percaya sama gue ngga?" Dokter itu balik bertanya pada Arsenio.
Audrey memperhatikan, dia sepertinya kenal dekat dengan Arsenio karena berbicara dengan santai.
"Kamu nabrak apa sampai memar begitu?" dokter itu bertanya pada Audrey. Audrey melirik Arsenio.
Dia kemudian ikut melihat Arsenio,"Dia korban lu yang keberapa?" tanya dokter itu membuat Audrey bingung.
"Korban? Maksud lu? Kok kayaknya gue penjahat, ya?" Arsenio merasa disalahkan, dia melipat tangan di atas dadanya. Dia terlihat kesal tapi tidak marah.
"Aku kasih kamu obat memar, obat anti nyeri dan vitamin. Kamu kayaknya suka olahraga dan tahu cara merawat pegal-pegal, kamu terusin aja kompres bagian yang pegalnya, " Dokter itu menyarankan.
Audrey mengangguk. Tapi ada sesuatu yang ingin dia tanyakan.
"Sebetulnya aku sudah kompres setiap malam, tapi kok memarnya nggak hilang-hilang dan pegalnya masih kerasa, ya? " tanyanya.
"Kamu nabrak sesuatu yang keras dan yah..kuat. Makanya memar dan pegalnya tidak langsung hilang. Butuh waktu lebih dari satu minggu untuk memarnya hilang" dokter itu memberitahu Audrey.
"keras dan kuat? Tapi aku nggak nabrak badak..aku nabrak orang!" Audrey membuat dokter itu tertawa.
"Aku tahu, dia bukan badak, tapi.."
Arsenio beranjak dari kursinya dan menarik Audrey untuk berdiri,"lu jangan laporin ini sama wali kelasnya, ya..oke! promise me!" Arsenio berkata pada dokter itu.
Dokter itu tersenyum, " oke!" dia memberikan sinyal dengan tangannya.
"Bye, Audrey.." dia melambai pada Audrey yang ditarik Keluar oleh Arsenio.
Audrey melepaskan tangan Arsenio.
"kamu kenal sama dokternya?" Audrey bertanya sambil berjalan mengikuti Arsenio.
"Sepupu," dia menjawab.
Oh, pantesan dia berbicara santai.
Audrey berjalan sambil melihat punggung Arsenio. Dia kuat banget? Dia sekuat badak?
Arsenio berhenti berjalan dan menghadapi Audrey. Membuat Audrey jadi berhenti juga.
"Kalau mau tanya sesuatu, tanya aja, nggak usah ngeliatin terus, " sahutnya.
Pandangan Audrey pada punggungnya sepertinya terasa, Audrey kemudian melihat Arsenio dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lalu bertanya.
"Kamu atlet angkat besi ya?"
Arsenio tidak menyangka dengan pertanyaan Audrey. Dia tertawa terbahak-bahak.
Audrey bingung, Lalu manyun. Mungkin dia salah, tapi kenapa sampai tertawa begitu.
"Kamu beneran nggak bisa magic? nggak punya kekuatan apapun?" Arsenio bertanya setelah menenangkan diri dari tawanya.
"Engga!" Audrey menjawab. Arsenio dari tadi sepertinya mau menanyakan hal itu sebelum melihat memar Audrey. Dan Audrey mau menjawab dengan tegas bahwa dia memang tidak bisa magic, tidak bisa sihir, tidak punya kekuatan supranatural, dan tidak punya kekuatan apa-apa.
"Are you sure?" Arsenio tidak percaya.
"Absolutely yes!!" Audrey jadi kesal karena Arsenio tidak percaya.
Arsenio tersenyum meremehkan. Dia dari tadi baik, menghawatirkan Audrey dan membawa Audrey ke klinik. Audrey merasa dia tidak seperti Valerie dan cedric. Tapi sekarang, melihat senyum meremehkannya dia jadi menyebalkan lagi. Dia ternyata sama saja dengan Valerie dan Cedric.
"kamu sendiri bisa magic? punya kekuatan?" Audrey bertanya balik.
"yes I have it..dan kamu udah ngerasain itu," dia kemudian berjalan menjauhi Audrey yang masih diam di tempat.
Audrey memikirkan kata-katanya.
Beberapa hari berlalu setelah Audrey masuk klub magic. Dia memutuskan untuk tidak akan hadir di pertemuan berikutnya karena dia tidak menyukai klub itu. Nanti ketika pertemuan berikutnya, Audrey pasti di suruh untuk menunjukan sihir, dan dia tidak bisa. Dia pasti akan dipermalukan. Apalagi dia sekelompok dengan Valerie, Cedric dan Arsenio.
Setelah pertemuan terakhirnya dengan Arsenio, Audrey tidak pernah berbicara lagi dengannya. Dikelas sejarah pun mereka seperti tidak saling mengenal.
"Kamu mau keluar dari klub magic?" Aaron merasa tidak percaya dengan Audrey. Saat itu mereka sedang makan siang di kantin. Audrey dan teman-teman asramanya kini jarang makan bersama karena jadwal kelas mereka yang tidak sama. Audrey sering sekelas dengan Aaron, makanya sekarang mereka jadi sering makan siang bersama.
"Iya, aku nggak cocok di klub magic, " Audrey memberi tahu. Dia tapi tidak memberitahu detail kenapa dia tidak suka klub itu.
"Nggak cocoknya gimana?"
"Nggak cocok aja, Aku nggak terlalu suka sama kegiatannya. "
"Emang kegiatannya gimana?" Aaron bertanya lebih detail.
"Sulap, sihir, nunjukin kekuatan.." Audrey memberi tahu.
Aaron mendengarkan dengan santai, dia mengangguk-angguk. Audrey heran kenapa Aaron seperti mengerti tentang kegiatannya. Sedangkan Audrey tidak menyukai kegiatan yang menurutnya aneh itu.
"Kamu percaya magic?" Audrey bertanya pada Aaron.
Aaron mengangguk, Audrey kaget.
"Kamu bisa magic? punya kekuatan?" Audrey bertanya lagi. Berharap Aaron menjawab tidak dan menertawakan pertanyaannya.
"Bisa, dan aku juga punya kekuatan, " jawabnya membuat Audrey tercengang.
"Emang kamu ngga punya kekuatan?" tanyanya membuat Audrey makin tercengang.
"Kekuatan gimana maksudnya?" Dia benar-benar tidak mengerti dengan orang-orang yang ada di sekolahnya. Mereka percaya sihir dan punya kekuatan? Kekuatan supranatural kah?
"Kekuatan yang nggak dimiliki semua orang, kekuatan yang cuma dimiliki oleh orang-orang tertentu aja," Aaron melihat Audrey yang shock.
"Kamu masuk ke sini gara-gara itu kan?" Aaron memastikan.
Audrey berfikir, dia masuk ke sekolah ini karena dia berbeda dengan yang lain. Oh..maksudnya mungkin Karena Audrey atlet. Dia memang masuk ke sekolah ini karena dia pintar dan punya bakat dan tidak semua orang seperti dia. Audrey mengangguk .
"Ya udah, tunjukin lah ke mereka kalau kamu punya kekuatan, " Aaron menyarankan.
Audrey semakin bingung, Apa dia harus menunjukan cara dia berenang pada anggota klub sihir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Audrey 1
FantasyDi sekolah barunya, Audrey diharuskan untuk masuk ke dalam sebuah klub extrakurikuler. Karena tidak memiliki teman Audrey tidak mendaftar klub apapun. Akan tetapi tiba-tiba saja namanya terdaftar sebagai anggota klub extrakurikuler Magic. Dia tidak...