TB 32 - kesambet setan halus mana?

29 6 0
                                    

Basemen mall. Sudah berapa kali raga datang demi uang yang bagi mereka tidak seberapa. Terakhir kali berkunjung sebelum kompetisi provinsi lalu menyabet medali emas. Rika menguatkan tekad. Berharap apa selain mengikuti permainan.

Sedan merah tidak asing menunggunya di ujung. Lagi-lagi bertemu sepi. Rika pikir hanya ada di pagi, ternyata juga sore hari. Mungkin karena basemen paling atas, tempat orang malas parkir dengan menginjak gas lebih dalam kemudian harus turun dengan menekan rem mobil hati-hati.

Jendela kiri mobil turun sedikit. Rika membuka pintu belakang sesuai arahan penghuni angkuhnya di kursi penumpang depan. Mereka mengenakan seragam. Baru pulang dari kewajiban. Sementara dirinya kaus rumahan berlapis jaket.

"Katanya mobil disita bokap," enteng Rika.

"Orang cerdas negoisasi," balas Joshua.

"Cerdas dari lubang sedotan?" sinis Rika duduk membanting pintu.

Joshua menyeringai.

"Apa kabar, Rik?" tanya Doni dibalik kemudi mengintip di kaca spion tengah.

Duduk di kursi tengah. Hanya bertiga. Rika menyandarkan punggung dengan malas dan mendesah resah.

"Mirip anak jalanan," celetuk Joshua menoleh dan menyeringai. "Gembel."

Rika menatap tajam. Wajah andalan Joshua. Rika sangat membecinya. Di kira lelaki itu akan menjadi raja setelah tujuannya tercapai.

Rika mengintip penampilan sendiri. Sendal jepit. Celana pendek jins tiga per empat. Kaos oblong hitam tidak pernah di seterika. Jaket kenang-kenangan. Rika bersedekap. "Gue ogah basa-basi."

"Padahal baru sehari di skors," sela Doni tertawa dengan Joshua.

Dug!

Rika sebal menendang bagian belakang kursi Joshua dan Doni secara bersamaan dengan kakinya. Dua lelaki itu terkejut dan melotot ke arahnya.

"Gue bilang ogah basa-basi!"

"Minggu depan ulangan gue harus seratus," kata Joshua.

"Maksud lo?" sinis Rika.

"Negoisasi gue maksud."

"Lo ..." Rika terperangah.

"Gue negoisasi ke bokap. Ngemis dibolehin bawa mobil lebih awal. Dengan syarat ulangan minggu depan janji dapat seratus. Kalau gagal mobil boleh dijual," tutur Joshua.

"Sinting," gumam Rika menoleh kanan dan kiri.

Joshua menyodorkan tablet. "Solusi gue."

Rika menyambar tablet. Rasanya aneh karena ukurannya lebih jumbo dari ponsel biasa dipakai. Masa bodoh, terpenting jangan sampai terlihat kampungan. Solusi gila apa dimaksud. Kalau bukan karena dirinya tidak betah di rumah, Rika akan berpikir seribu kali bertemu dua sejoli.

Rika mengernyit. Beberapa foto dan biodata seangkatan. Wajah-wajah asing berjumlah enam.

"Mereka pelanggan baru lo, Rik."

Rika mendongak kaget. Doni menjelaskan.

"Mereka akan bayar lo."

Joshua mengintip spion tengah. "Solusi yang menguntungkan."

"Benar-benar tolol. Ngapain repot-repot cari pelanggan baru buat gue?" Rika mencengkeram kuat tablet.

"Supaya lo nggak kabur," enteng Joshua.

Rika melempar tablet di paha Joshua.

Joshua tersentak dan kesakitan, menoleh ke belakang. Hendak meraih Rika seraya mengangkat benda pipih. "Lo tau ini harganya berapa?"

Tahan BantingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang