"Lo mau soda, Rik?" tawar Aldo menjatuhkan badan di jok tepat di samping kiri Rika seraya membuka kantong kain.
"Pesenan gue dan Josh?" tagih Doni.
Aldo menyerahkan. Masing-masing mendapat satu kaleng soda, kecuali Nino lebih suka membeli minuman yogurt.
"Lo berdua ngapain di sini?" seru Rika terkejut.
"Ambil dulu nih, pegel tangan gue." Aldo percaya diri menyodorkan kaleng soda.
"Rika lebih suka isotonik, Do." Nino ragu mengecek kantong lalu memberikan minuman dimaksud.
Mengabaikan soda dari Aldo kemudian menggertak gigi ke arah Joshua dan Doni. Rika menerima pemberian Nino dan mencengkeram kuat botol minuman di tangan kiri.
"Melepas dahaga sebelum rapat," ucap Joshua.
"Rapat apa?" bentak Rika memelesatkan kepalanya di antara kursi depan. Menuntut penjelasan pada dua makhluk menyebalkan.
"Sambil persiapan, lo nggak penasaran sama dua temen lo?" kata Doni memainkan tablet yang berdiri tegak di tengah dasbor.
Benar kata Doni. Rika memundurkan badan.
Aldo cengar-cengir, sementara Nino menunduk menyesal.
"Rika ... gue di sini ... alasannya sama kayak di toilet dulu dan keributan di gudang sekolah ...." kata Nino memberitahu.
Rika mengernyit. Di minta mengingat.
"Kalau gue sih, nggak butuh alasan." Aldo maju ke depan menyandarkan lengan tangannya di masing-masing bahu kursi tempat duduk Joshua dan Doni. Sesekali melirik ke Rika.
Rika menatap tidak suka.
"Gue wajib ikut. Nino diancam mereka, Rik. Nino dipaksa jadi mata-mata. Di minta cari informasi seakurat mungkin." Aldo memberitahu dengan semangat. "Untung gue rekam saat memergoki mereka di pojok parkiran sekolah!"
"Lo kacungnya Devan—" bisik Rika mengancam.
"Ini dua orang awalnya nolak nerima gue. Tapi, dikira cuma mereka yang bisa main ancam temen gue. Gue juga bisa. Gue emang nggak terlibat kecurangan aneh lo semua. Gue di sini perannya sebagai saksi."
"Saksi?" tekan Rika.
"Gue bisa jaga rahasia, Rik. Gue pengen ikut rencana kalian. Jiwa petualang gue tertantang soalnya. Josh dan Doni setuju. Ibarat gue megang kartu. Mereka nggak bisa ngancem gue. Lo tahu gue nggak punya kelemahan. Gue nggak peduli mereka laporin lo. Gue kan punya bekingan. Malah gue yang bisa memutar balikkan fakta. Dengan kesaksian gue, gue bisa buat lo jadi anonim. Lo bukan joki tugas. Lo bukan pencuri soal ulangan."
"Siapa bekingan lo?" tanya Rika.
"Bang Devan!"
Tangan kiri Rika menarik kerah Aldo. "Devan bisa bantu lo apa. Pede banget melantangkan namanya, hah?"
"Bang Devan aja kemarin jadi perisai buat lo, Rik."
"Pe-perisai?"
Aldo menghela napas. "Bang Devan tahu lo mabuk berat. Foto lo minum di grup, kemarin hampir dibocorin Joshua dan Doni. Niat mereka buat bang Devan malu punya adik kayak lo, tapi malah nggak terjadi apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahan Banting
Teen FictionDevan (18 tahun) punya adik perempuan namanya Rika (16 tahun). Devan punya cara sendiri untuk bertahan begitu juga Rika. Sampai akhirnya ada ambisi mengubah tekad. Devan takut gagal menjaga adiknya, sementara Rika takut waktunya berhenti karena terj...