TB 07 - di tanggung sendiri

61 9 0
                                    

Mendongak ke atas pohon. Devan merasa tiupan angin sore memang mendukung para pengendara, untuk melaju tanpa berkeluh kesah. Motor andalannya keluar dari gerbang SMA Laskar Angkasa. Devan sekilas melirik. Dia menemukan. Secara kebetulan ada mobil merah tidak asing. Lewat begitu saja dari arah jalan lain.

Tanpa ingin disadari pemiliknya, Devan ikuti mobil itu. Pelan-pelan sampai mengimbangi laju kendaraan kemudian baru dia mengintip kaca pengemudi mobil yang samar-samar, dimana menampakkan wajah seseorang memakai kacamata hitam.

Devan ketuk tiga kali kaca depan mobil dari kanan. Berharap pengemudinya memunculkan muka. Devan mau bicara. Kaca pun turun dan seraya menjaga keseimbangan di atas motor, Devan tatap wajahnya. Dia ingat namanya, Joshua—adik kelas sialan.

"Mobil nggak takut disita lagi? Parkir dimana?"

Devan basa-basi. Bukan urusannya, Joshua melanggar aturan sekolah atau tidak. Kalau sampai kemarin di hukum, itu tanggung jawab Joshua sendiri.

Joshua menoleh abai, tidak diingat nama lelaki yang tiba-tiba mengetuk kaca pintu mobilnya baru saja, tapi dia tahu kalau itu kakak kelas yang pernah sengaja menendang mobilnya di tempat parkir sekolah.

"Silence, please!" sarkasnya menaikkan kaca lalu mobil meninggalkan motor Devan.

Sesingkat itu? Mengingat keinginan, Devan ikuti mobil Joshua lagi dan mengetuk kacanya. Kesempatan berbicara empat mata sudah di depan.

"Mau lo apa?" tantang Joshua belum melepas kacamata.

"Mau gue ...." Devan mengendikkan bahu. "Lo ganti rugi."

"For what?"

Devan cek kaca spion motor, memastikan tidak ada kendaraan yang terganggu di belakang. "Gue pengen dengar kata minta maaf keluar dari mulut lo."

Joshua bermuka menantang, menutup kaca mobilnya dan tidak peduli ocehan dari luar. Di abaikan Joshua, Devan pun menyusul dan banting setir motornya ke kiri, berhenti tepat tiga meter di depan mobil. Joshua yang dia halangi langsung panik dan mengerem mendadak.

Devan turun dari motor dan menghampiri. Kali ini dia tidak mengalah, belum lagi ada masalah lain yang belum selesai, begitu mengganjal di hidupnya, tentang Rika. Karena itu tidak heran kalau akhir-akhir ini kadang tersulut emosi. "Turun lo!"

Joshua di dalam mobil menggertak gigi. Kehadiran lelaki berseragam kusut itu, sudah dianggapnya kelewatan sebab menimbulkan keributan di tempat umum. Joshua turun dari mobil sembari melepas kacamata.

"Gue pengen denger permintaan maaf keluar dari mulut lo!" Devan mencoba mengendalikan diri. Dia mau masalah ini selesai dengan kepala dingin. Sebenarnya malas Devan menanggapi perkara seperti ini apalagi dengan adik kelas. Namun Devan harus membuat keputusan, atau bocah semacam Joshua tidak akan pernah minta maaf kepadanya.

Devan menghadap Joshua. "Oke. Sorry soal mobil lo yang pernah gue tendang. Sekarang gantian."

"Gantian apa?"

"Minta maaf."

Joshua marah. "Minta maaf apa?"

Sombong sekali Joshua, kesabaran Devan benar-benar diuji. Devan nyaris menunjuk muka lelaki itu, sebelum akhirnya dia memilih rileks dan mengusap dagu sendiri. "Joshua nama lo?"

Tahan BantingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang