TB 22 - semoga hangat

21 6 0
                                    

Perkaratan paku dapat berlangsung cepat apabila natrium hipoklorit bertemu asam asetat. Cairan pemutih pakaian dicampur air cuka, yang nantinya mengakibatkan tumbuhnya gas beracun berbahaya sehingga untuk melakukan praktikum reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari, perlu dilakukan di luar ruangan. Dengan memakai sarung tangan lateks dan memakai masker.

Duduk di kursi taman baca SMA Laskar Angkasa, Devan menyaksikan teman sekelasnya dari kelompok tiga sedang praktikum. Tiga orang di depan sana terlihat kompak. Dua orang melakukan eksperimen di meja, sementara satu orang mengangkat laptop sambil presentasi beberapa slide power point dihadapan guru kimia yang memegang buku daftar nilai.

Devan tengah menunggu giliran memangku pipi sebelahnya dengan satu tangan yang sikunya di meja. Dia duduk bersama dua teman satu kelompok.

"Oi, Van, ngapain merem-merem mulu? Nanti ketahuan pak Salim ditegur," tegur Brian pelan.

"Sakit, Van? Kelihatan pucat," timpal Maria.

"Hmm." Devan malas, menjadikan dua tangan dilipat ke meja sebagai bantal. "Gue mau tiduran bentar, bangunin kalau pak Salim noleh."

Beberapa detik kemudian.

"Kelompok empat!" panggil Pak Salim.

Devan mengangkat kepala lesu. Dua temannya sudah maju. Dengan lambat, Devan menyusul. Pemutih bertindak mengoksidasi besi, dan cuka bertindak sebagai katalis reaksi untuk menambah hawa asam pada larutan. Devan memakai sarung tangan lateks dan masker, berdiri di belakang meja. Seraya samar-samar mendengarkan Maria presentasi, dia bersama Brian mulai praktikum masing-masing.

Devan menuangkan cairan pemutih secukupnya ke dalam gelas bening kosong, disusul air cuka secukupnya. Setelah larutan menjadi satu, Devan masukkan hati-hati paku bangunan bersih ke gelas. Tidak lama menunggu paku baru beli berubah warnanya menjadi coklat, yang disebut berkarat.

Gerakan Devan yang lambat, menarik perhatian Brian yang telah lebih dulu selesai dua menit dan pak Salim yang sedang menilai mengernyitkan dahi heran. "Kamu sakit, Van?"

"Izin ke klinik, Pak." Devan menepuk lengan Brian, memberi kode untuk membereskan bahan-bahan di meja.

"Ya sudah." Pak Salim mempersilakan.

Devan menolak diantar.

~

BRAGH!

Mengabaikan sakit, menyiksa diri, satu tujuan. Medali emas. Rika terus menggunakan kakinya memukul samsak di dojang. Semua orang telah pulang, tersisa dirinya seorang.

Sebelum bertekad tidak pulang tepat waktu, Rika meminta Aldo menemaninya latihan. Untuk lelaki itu menjadi target. Sampai-sampai Aldo mengeluh tangannya sudah memakai pelindung bisa patah kalau terus dipukul kaki kuat.

"Jangan brutal, dong, Rik!"

Rika mendesis. Siapa yang brutal. Dia hanya marah. Melampiaskan segala beban pikiran. Marah pada diri sendiri. Marah pada mereka semena-mena. Marah pada semua orang.

~

Devan terlelap di dipan bengkel. Tubuhnya yang sekadar berkaos oblong dan celana jin buluk, diselimuti udara malam. Dan seperti biasa, lengan tangan selalu menjadi bantal ternyaman menurutnya. Bagi Devan, rumah bisa dimana saja, asalkan tidurnya sukses dibuat nyaman.

Tahan BantingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang