Memarkir motor dan memenuhi jalan gang sempit, Devan menenteng plastik bening berisi sayuran sop mentah dan tempe—menerobos ke rumah dengan kunci duplikat. Ruang utama kosong. Menyikap gorden, ternyata Rika masih tertidur pulas di kasur lantai.
Biasanya Devan akan berkacak pinggang dan melantangkan suara dengan sederet kata-kata yang biasa disebut Rika ceramah. Namun, pagi ini Devan tidak melakukannya. Devan membiarkan gadis itu memeluk bantal.
Lima belas menit. Di pojok paling belakang ruangan utama rumah. Berkutat dengan kompor gas di lantai semen. Devan memindahkan kuah sop ada irisan wortel, kol, daun bawang, daun seledri, kentang—baru masak dari wajan ke mangkok.
Menaruh wajan lagi di atas kompor. Devan beralih mengiris empat lembar tempe balok mentah di talenan. Sambil menunggu minyak goreng di wajan panas. Tempe dicelupkan dulu ke baskom yang telah diberi air bumbu garam dan sedikit micin.
Suara penggorengan mungkin telah membangunkan, Devan mendengar suara Rika menguap banter. Fokus ke wajan, tempe sebentar lagi berubah kecoklatan.
"Agenda pagi ngapain?" tanya Devan menemukan Rika mematung di tengah-tengah ruangan. Menghalangi jalan sebenarnya tapi Devan bodoamat.
Rika tetap diam.
"Satu menit gue berangkat, udah mau jam enam. Kalau nanti tidur siang, pintu jangan lupa di kunci," ujar Devan lagi.
Rika mengerling malas. Tinggal sendirian seperti ini memang telah biasa. Tapi, ada perasaan berbeda ketika Devan harus berangkat sekolah sementara dirinya berdiam diri di rumah. Rika tidak mood makan, tapi dia lapar.
Setelah Devan cabut. Dengan tangan kiri, Rika mengambil nasi dan sayur sup hingga piring penuh, serta mencomot empat tempe goreng sekaligus. Rika kira Devan ikut sarapan bersamanya. Pasti lelaki itu diet atau takut terlambat.
Devan mengintip dari jendela luar. Penasaran kegiatan Rika. Apa masakannya enak atau diabaikan sampai mendingin. Devan menarik sudut bibir kanan. Lega.
Rika berhenti mengunyah. Tumben. Tidak diingatkan kegiatan yang semestinya dilakukan hari ini. Rika masa bodoh—lanjut melahap masakan Devan, yang seperti biasa tidak kalah enak dari masakan bapak. Meskipun kali ini agak aneh, makan memakai tangan kiri karena tangan kanannya sakit ketika digerakkan.
Devan bergegas ke motor saat Rika menoleh ke jendela dengan mulut penuh.
~
Mangantre kamar mandi umum tidak terlalu buruk dilakukan ketika agak kesiangan. Seraya menunggu tinggal dua orang lagi di depan, Rika bermain ponsel. Mengecek pesan-pesan masuk. Salah satunya pesan dari Aldo si ahli drama.
sepi nih Rik lo gak sekolah :(
alay
serius ogeb
nak jurnalis msh bkn berita
aneh ttg gue ngga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahan Banting
Fiksi RemajaDevan (18 tahun) punya adik perempuan namanya Rika (16 tahun). Devan punya cara sendiri untuk bertahan begitu juga Rika. Sampai akhirnya ada ambisi mengubah tekad. Devan takut gagal menjaga adiknya, sementara Rika takut waktunya berhenti karena terj...