Bu Gina duduk menaruh tangan di meja. "Apa yang kalian bertiga lakukan merupakan pelanggaran sekolah. Tidak hanya satu mata pelajaran, tetapi semua buku tugas di mapel hari ini. Lalu, bagaimana dengan mapel lainnya? Jika saya minta semua buku tugasnya dibawa besok pagi, apa kalian akan melakukannya? Joshua. Doni."
Joshua dan Doni berdiri dengan tangan di belakang tubuh saling melirik. Sementara Nino tangan di depan menunduk takut. Hanya ada mereka berempat. Guru pengampu sudah lepas tangan.
Bu Gina pernah mempelajari cara membedakan tulisan tangan. Buku milik Joshua dan Doni dalam keadaan terbuka disodorkan ke tengah. "Meskipun bentuknya dibedakan, lihat, ini ditulis satu orang yang sama. Jenis pulpen yang digunakan pun sama. Bukan pulpen yang kalian pakai. Bukan juga tulisan Nino. Joshua, Doni, tulisan siapa?"
Joshua bertampang angkuh memancungkan hidung. Tidak ada rasa bersalah. Sementara Doni gerak-gerik bola matanya menolak diam.
"Nino. Apa kamu mengalami pemerasan atau kekerasan selama di sekolah? Kamu sekretaris kelas X-3, kan? Karena itu, Bu Tari menghafal cepat tulisan tangan kamu," jelas Bu Gina.
Joshua dan Doni terkejut, kompak menoleh ke Nino yang berada di barisan ujung. Sepatu Joshua menyenggol sepatu Doni.
"Tulisan saya, Bu Gina!" seru Doni tegap dan mengumpulkan keberanian seperti dulu. Saat dia hampir ketahuan mengempeskan ban motor kakak kelas, sekaligus menjadi pelindung Joshua. "Itu ... tulisan tangan saya, Bu. Saya juga yang menulis buku tugas Joshua. Bu Gina percaya jika tulisan tangan manusia dapat berubah seiring berjalannya waktu? Saya berusaha latihan untuk mengubah tulisannya, Bu Gina. Saya sudah bosan dengan tulisan lama saya. Saya juga ganti merek pulpen."
Bu Gina penasaran. Mengernyit.
"Bu Gina. Saya di sini mengakui kesalahan saya. Itu tulisan tangan saya. Saya. Doni. Sukarela mengerjakan tugas Joshua karena kami teman dari kecil," lanjut Doni.
Joshua menyela, "Kami mengaku salah, Bu Gina. Yang terakhir benar tulisan Nino. Dia memang bukan teman dari kecil tapi Nino sahabat kami di SMA. Sebagai sahabat, dia sendiri yang menawarkan jasa tulisan tangan gratis ke saya dan Doni. Nino sukarela membantu mengerjakan tugas sahabatnya, Bu Gina. Padahal kami sudah menentangnya. Bukan begitu cara menjadi sahabat yang baik untuk sahabat lainnya."
"Tetapi ini di mapel lebih dari satu, Joshua. Benar begitu, Nino. Kamu sukarela?" tegas Bu Gina.
Nino menggigit ujung bibir bawah. Jari-jari tangannya gemetar di sembunyikan di belakang celana. Kepalanya setia menunduk, tampak ragu sekali menatap balik lawan bicara.
Sepatu Joshua menyenggol pelan sepatu Nino dari samping. Percaya diri di tengah, Joshua menatap lurus ke meja Bu Gina. Seolah dia tidak akan di hukum atas perbuatannya.
Nino sudah loyo mengangguk. Bibirnya mulai gemetar. "Benar, Bu Gina. Sukarela. Maaf."
Bu Gina menghela napas panjang. "Yang saya tidak habis pikir. Kalian ini kan, beda kelas."
"Sahabat tidak harus sekelas, Bu Gina," kata Joshua.
"Iya, saya tahu." Bu Gina menatap serius. "Orang tua dipanggil ke sekolah, ya."
"Jangan, Bu Gina!" kompak Joshua dan Doni, diikuti Nino yang akhirnya baru berani menegakkan kepala.
"Persahabatan kalian tidak sehat," ucap Bu Gina.
~
SUKA-SUKA ALDO (5)
Group description
Baca desc dulu broo
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahan Banting
TeenfikceDevan (18 tahun) punya adik perempuan namanya Rika (16 tahun). Devan punya cara sendiri untuk bertahan begitu juga Rika. Sampai akhirnya ada ambisi mengubah tekad. Devan takut gagal menjaga adiknya, sementara Rika takut waktunya berhenti karena terj...