TB 41 - serius mau jujur?

55 5 0
                                    

tes ingatan. Devan anak kandung atau anak angkat Bapak?

💦💦💦

**

Dari pada mengerjakan ujian tulis mata pelajaran seni musik. Devan memilih praktik. Mendengarkan, menonton, mempelajari, bermain. Pianika. Alat musik paling mudah dimainkan versi Devan. Seluruh murid diberi pilihan khusus untuk mapel tertentu seperti seni musik. Dua minggu sebelum ujian. Guru seni musik di setiap angkatan akan mengabsen pilihan mereka. Pilihan tidak dapat diganti.

Pemilih praktik diberi kebebasan alat musik hendak dimainkan dan penilaian paling besar dipengaruhi oleh jenis alat mereka gunakan ditambah seberapa tingkat kesulitan lagu atau instrumen dari pencipta lagu atau komposer yang mereka pilih. Dapat bermain tanpa hambatan atau malah tidak memuaskan. Durasi diberikan satu orang maksimal empat menit. Guru membebaskan mereka berkreasi jika lagu atau instrumen dipilih berdurasi lebih panjang.

Jika tidak memilih ujian tertulis. Jam ujian tertulis seni musik dilaksanakan, mereka harus meninggalkan kelas dan berpindah ke ruang musik. Satu hari terdapat dua mapel berdurasi masing-masing dua jam. Setiap angkatan, meskipun mata pelajaran berbeda jadwal. Ujian tertulis seni musik seluruhnya berada di jam terakhir.

Juri menilai penampilan tiga guru seni musik Laskar Angkasa. Hari Kamis di minggu awal ujian akhir semester menjadi kesempatan unjuk gigi. Sesuai urutan absen dari kelas XII-1 hingga XII-15. Satu kelas bisa sebagian yang tertarik praktik. Namun, tidak lebih banyak dari yang memilih ujian tertulis. Apalagi tidak kaget kalau ada satu kelas yang kompak lebih memilih ujian tulis dibanding praktik. Sehingga waktu satu hari terbukti cukup mengakhiri penilaian.

Mendapat pianika gratis milik teman sekelas yang rupanya memiliki dua. Devan simpan aman di loker sekolah selama hampir tiga tahun yang jarang dibuka. Devan sudah berlatih disela-sela waktu luang di sekolah. Di jam kosong. Istirahat. Pulang sekolah. Datang lebih pagi ke sekolah.

Maju Tak Gentar karya C. Simajuntak. Baru saja selesai dimainkan Devan. Tidak sampai dua menit. Devan menenteng pianika, keluar ruangan dengan percaya diri.

~

Jumat minggu kemarin libur, digunakan untuk siap-siap segala keperluan sebelum praktikum prakarya individu terlaksana minggu ini. Hari ke tujuh ujian akhir semester satu. Hari Rabu pada pagi hari. Ujian tertulis belum usai.

Berbaris memanjang di depan pintu kelas, sebelum masuk. Guru pengawas mendapat jadwal mengawasi sesuai penempatan acak setiap harinya mulai memeriksa. Guru pria bertampang muda berbadan tinggi tegap mengecek setiap barang bawaan murid. Hanya alat tulis. Tempat pensil bahkan tidak diizinkan. Mengecek saku. Mengangkat setengah tangan dan memutar badan. Gerak-gerak mencurigakan patut dipertanyakan.

Rika di belakang, mendekatkan kepala ke telinga kanan Nino. Berbisik, "Nggak dipaksa susah seneng bareng mereka, kan?"

"Nggak kok, Rik." Nino gugup.

"Awas nangis-nangis lagi. Gue ogah bantu lo."

Nino menelan ludah. Meyakinkan diri. "Nilai UAS gue akan memuaskan."

Rika tersenyum lega, meninju bahu Nino. Yang ditinju mengaduh dan memegang bahu kanannya yang berdenyut. Rika dapat melihat alat tulis digenggam Nino di tangan kiri. Dua pensil, dua pulpen, dan satu penghapus besar.

"Bagus, deh." Rika bernapas riang. Antrean maju selangkah.

Ruang kelas ditempati 25 murid. Rika hanya mengenal lima orang di mana sekelasnya dengannya. Pada barisan horizontal bangku nomer dua. Sisanya kelas lain. Nino ada di ujung sebelah kanan. Sementara dia di tengah.

Tahan BantingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang