TB 30 - sedang masa pelatihan

20 5 0
                                    

TW/darah

**

Devan berjalan cepat di koridor utama gedung kelas sepuluh. Terus melangkah sampai tidak sadar akan berpapasan dengan dua lelaki yang terlihat ingin sengaja memancing perhatian kakak kelasnya.

"Don, pantes semalam Rika mau-mau aja gue tantang segelas wine. Buah nggak jatuh dari pohonnya. Bokapnya minum juga," ujar Joshua menyeringai. Melewati Devan.

Doni di sebelah ikut menyeringai. "Bedanya, kemarin anaknya minum yang berkualitas. Kalau bapaknya harga murahan."

Joshua terkekeh.

Devan berhenti. Menoleh ke belakang. Menatap punggung sosok sepertinya tidak asing. Hingga salah satu di antara mereka melirik ke belakang. Joshua.

Devan menghampiri dan menarik ke belakang pundak Joshua. "Apa maksud lo segelas wine?"

"Bang Devan nggak tahu apa-apa?" tanya Joshua.

"Nggak usah gaya manggil bang. Gue bukan abang lo!" sarkas Devan.

Joshua menyeringai. Mengeluarkan ponsel dari saku. Membuka room chat berisi lima anggota dan memamerkan foto tangkapan Aldo ke depan wajah Devan. "Adek kesayangan lo bukan?"

Darah Devan mendidih. Hendak merampas ponsel, tetapi Joshua menggagalkan. Kedua tangan Devan mengepal.

"Nih, gue zoom in Bang biar jelas muka adek lo." Joshua memperbesar layar.

"Delete Josh, sebelum dijadiin bukti buat ngadu ke guru. Ntar kita kena juga." Doni tertawa.

"Mana berani." Joshua menarik ponsel dari hadapan Devan. "Kakak yang baik akan melindungi adeknya."

"Selain lo bertiga, siapa lagi?" tanya Devan amarahnya di puncak ubun-ubun.

"Siapa apanya?" Joshua menantang.

"Aldo, Bang," jawab Doni enteng.

Devan meninggalkan mereka berdua.

~

Menunggu di koridor sepi. Devan meminta Aldo datang lewat telepon. Tidak lama kemudian, Aldo muncul dari kejauhan. Devan tidak sabar mempercepat langkah. Aldo bertampang waspada berjalan seperti siput.

"Di mana Rika?"

"Di ruang konseling, Bang."

Devan menarik kuat kerah Aldo dan membawanya menjauh ke koridor sepi. Bocah satu itu harus bertanggung jawab.

"Aduh, Bang Devan. Ampun, Bang!"

Menyudutkan tubuh Aldo hampir ke dinding, Devan mengikis jarak. "Siapa lawannya?"

Beberapa kali menelan ludah. Aldo menggaruk bawah mata mendadak gatal. "Anak kelas seberang, Bang."

Devan mengernyit.

"Alsa namanya. Kayaknya dia punya dendam ke Rika."

"Gimana ceritanya bisa berantem, gue yakin bukan Rika yang mulai duluan."

"Emang bukan, Bang. Alsa nggak diundang nggak dijemput datang ke kafetaria, lempar koran ke meja kita. Dia bilang ke semua orang.Teriak bapaknya nggak bersalah, padahal bapaknya udah bunuh orang."

Tahan BantingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang