Satu setengah bulan setelah pulang dari Thailand membawa medali perunggu. Rika menaruh tangan di kantong jaket atletnya. Kehidupan sekolah jarang dispensasi. Banner muka menggigit medali masih terpampang di depan sekolah, bersama sang juara di ajang berbeda lainnya yang berhasil mengharumkan nama. Attitude kasar diperbaiki. Predikat buruk tentangnya perlahan memudar. Teman-teman menyebutnya Rika Taekwondo.
Semester dua sangat tenang. Rika berhenti menerima jasa jual beli kunci jawaban ulangan. Joshua dan Doni pun tidak lagi membahas. Begitu juga pertemanan mereka berlima. Mengandalkan fitur aplikasi tablet sekolah terbatas yang tidak bisa digunakan game berat, Rika yakin bukan hanya dia yang merasakan hari-hari membosankan dan tidak ada sesuatu yang menantang.
Nino lebih sering menghabiskan waktunya di perpustakaan daripada nongkrong bareng lainnya. Rika mengajak Aldo, Joshua, Doni, berkeliling di halaman paling belakang mencari tempat tongkrongan.
"Josh, lo siapanya Jordan Pratama?" tanya Aldo. Berteduh di bawah pohon mengikuti yang ditanya.
"Bener isu, katanya halaman ratusan meter ini mau dibeli?" Rika penasaran naik ke pohon mangga. Mencari perubahan bangunan di belakang tembok pembatas. Rumah-rumah warga dan pertokoan sudah tidak berpenghuni.
"Bokap lo?" Aldo menambahkan dan Joshua masih tidak menjawab. "Apa orang tua lo terinspirasi? Makanya memberi nama anaknya hampir mirip, biar lo ikut tertular jadi top business. Iya, kan, Don?"
Doni melirik biasa.
Rika menengok bawah. Datang kemari, mengingatkannya kepada kakak kelas berengsek. "Bagus, dong, dibeli ini halaman. Nggak nganggur. Nggak dibuat yang nggak-nggak."
Tetapi tidak kalah berengsek, yaitu Joshua. Merekamnya untuk niat bejat. Andai belum dibereskan Devan, Rika mau melabraknya.
Aldo menyahut, "Pohon mangga bang Devan gimana nasibnya, Rik?"
Walaupun menganggur, terawat. Rika menyukainya. Jika batal dibeli, jadi penasaran. Rika ingin mengajukan ide, sebagai lapangan terbuka berlatih klub taekwondo.
"Woi, Rik!" tegur Aldo mendongak.
Rahasia pohon mangga Devan. Rika telah memberitahu Aldo beberapa hari lalu. Aldo penasaran.
"Mau lulus orangnya," jawab Rika.
Belum musim mangga. Jadi, harapan memetik lalu melempar sebuah mangga matang ke bawah tidak terealisasikan.
Joshua mulai bosan mengajak Doni pergi. Rika mengetahui, segera melompat, dengan gayanya yang sudah diperhitungkan.
Menghalangi.
Joshua berdecak. Doni kagum.
"Persiapan UTS sampai mana?" Rika memimpin disusul senyum Aldo.
Joshua melengos.
Doni mengimbangi, meninggalkan Joshua. "81 persen," jawabnya.
"19 persennya?" tanya Rika menoleh.
"Lucky?" jawab Doni. Lalu tersingkir. Joshua menyela di tengah, tepat di sebelah Rika.
Joshua berkata, "100 persen. Tanpa keraguan."
Rika bertepuk tangan. Percaya diri maju beberapa langkah. Memimpin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahan Banting
Roman pour AdolescentsDevan (18 tahun) punya adik perempuan namanya Rika (16 tahun). Devan punya cara sendiri untuk bertahan begitu juga Rika. Sampai akhirnya ada ambisi mengubah tekad. Devan takut gagal menjaga adiknya, sementara Rika takut waktunya berhenti karena terj...