TB 24 - minggat sana

17 6 0
                                    

Segalanya yang membuat lelah. Segalanya yang membuat rumit. Kepada isi pikiran, pergilah mengganggu. Kepala Rika rasanya mau meledak. Kalang kabut, tiba-tiba pertengahan semester datang. Menyambut dan memberi sambutan, jikalau ujian tengah semester akan dilangsungkan minggu ini.

Rika tidak minat sekolah, dia hanya ingin latihan di tempat karantina. Satu hari terlewat, sama dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk berjuang. Entah ambisi apa yang merasuki, tetapi sungguh sekarang tekadnya kuat.

Setelah ujian berakhir, dia tidak sabar kembali untuk persiapan ajang nasional. Tidak ada namanya duduk melamun di kelas, belajar akademik bersama teman-teman, mengerjakan tugas, dan ulangan tepat waktu.

"Ntar kalau gue nggak ngerti ... bagi jawaban, ya, Rik!" Aldo mengimbangi langkah di koridor, merangkul leher Rika.

"Yah, si Bego ...," gumam Rika melirik malas.

"Meskipun beda ruangan harus satu jua!" tambah Aldo cengengesan.

"Lo pikir gue punya kantong doraemon yang bisa pakai pintu kemana aja?"

"Apa hubungan doraemon sama ujian?"

Rika menjitak kepala Aldo, "Si ogeb ... kok, bisa sekelas sama gue. Murid beasiswa yang paling pinter dan berprestasi!"

"Najis, narsis lo, Rik!" Aldo menganggap Rika bergurau segera menyusul. "Eh, Joshua kemarin ngomel. Dia mau bayar orang buat gantiin dia ujian. Ogeb mana dibanding gue?"

Rika berdecak. "Sama-sama ogeb."

"Si Nino mana sih, seruangan sama lo, kan?"

"Tau ...," enteng Rika mengangkat bahu.

"Iya tau, Rik!"

Rika berdecak lagi. Sudah tahu jawabannya, bisa-bisanya bertanya kepadanya seolah Aldo tidak mengerti apa-apa.

"Ke mana, Rik?" tanya Aldo menyadari Rika melepas rangkulan.

"Toilet!"

Mendadak Rika kebelet pipis. Gara-gara tadi di rumah, belum selesai mandi dia sudah diganggu tetangga. Pintu digedor-gedor katanya mau buang hajat besar. Rika sama tidak sabarnya dibuat naik darah. Sampai lupa belum buang air kecil. Kemudian, akhirnya dia yang mengalah. Cepat-cepat mengguyur badan dan memakai pakaian.

Setelah lega dan keluar toilet, Rika menyampirkan dasi dikenakan ke pundak kiri. Dan ketika melewati kawasan toilet seberang, samar-samar dia mendengar keributan.

"Gue nggak mau, Josh!"

Suara dikenal, Josh? Rika tanpa ragu-ragu lagi melenggang masuk ke toilet cowok. Herannya Rika langsung mendapati Doni menghalangi jalannya. Mereka saling terkejut, sebelum akhirnya Rika melihat Joshua menyudutkan Nino di pojok pintu toilet.

Rika marah. "Lo apain Nino?"

Joshua berdecak, merapikan posisi. "Nggak ngapain-ngapain. Cuma ngobrol baik-baik, sesama cowok."

Rika dari awal curiga, tidak percaya. "Bajingan lo. Baik-baik apanya, Nino sampai gelisah gitu?"

Joshua menghadap ke Nino lagi, suaranya nyaris berbisik. "Awas lo ngadu ke Rika."

Rika tidak mendengar apa-apa.

Joshua tiba-tiba sudah mendekati Doni. Sambil memamerkan gayanya yang begitu angkuh, Joshua meninggalkan Rika tanpa mengucap sepatah kata. Meskipun begitu Doni dikenal pengikut, paham bahwa saatnya dia ikut pergi.

Ketidaksukaan Rika pecah tatkala Nino mengantarnya keluar dari toilet cowok. Khawatir sebelum disangka tidak-tidak oleh siapa pun yang tidak sengaja melihat ada cewek.

Tahan BantingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang