Rika masuk ke kelas untuk mengambil buku yang tertinggal di laci meja. Pikirnya sudah tidak ada orang, rupanya bertemu Nino. "Belum balik, No?"
"Ri ... Rika?" gugup Nino dari duduk, berdiri.
"Lo kenapa, ada pengganggu?" Rika celingukan.
Nino menggeleng pelan melirik pintu terbuka lebar. "Ada yang ingin gue omongin serius."
Rika mengangkat alis, mengunci pintu ruang kelas dari dalam.
"Gue berkhianat," ucap Nino.
Rika mendekat. Penasaran.
"Gue mengkhianati persahabatan kita," lanjut Nino.
Melangkah cepat. Rika menarik kerah seragam Nino. Mendorong Nino dan membiarkan punggung lelaki itu terbentur dinding pojok kelas. Kelas X-3 hanya ada mereka berdua. Rika memakai seragam taekwondo menuntut penjelasan. "Apa maksud, lo berkhianat?"
Nino menelan saliva. Berkaca-kaca. "Tahun lalu, semester satu. Waktu hasil UTS keluar di dekat gudang dulu. Joshua, Doni, dan gue pura-pura remedi di depan lo dan Aldo."
Rika mengernyit. "Bohong lo. Gue masih ingat pengumuman di kelas siapa aja yang remedi. Nama lo ada, No. Mustahil bisa pura-pura!"
"Itu—"
Rika memotong. "Tapi kalau Joshua, Doni, yang pura-pura gue percaya. Gue nggak sekelas sama mereka!"
"Itu ulah Joshua dan Doni. Mereka memanipulasi hasil remedi kelas X-3, dan mengeditnya dengan menambahkan nama gue," jelas Nino.
Rika dipaksa mencerna. Otaknya hampir menolak menerima. "Semua mapel?"
"Yang punya akses masuk ke komputer pusat di kantor guru cuma guru-guru dan ketua kelas yang diberi izin. Seperti di situasi mengecek siapa anggota kelas yang remedi UTS dan UAS. Kepala sekolah bahkan nggak punya akses."
Rika menurunkan tangan. Lelah. Nino belum selesai bicara.
"Ada tiga komputer pusat berisi data nilai siswa di semua kelas. Komputer satu kelas 12, komputer dua kelas 11, dan komputer tiga kelas 10."
Rika menyandarkan tubuh ke loker samping. Nino memiliki banyak penjelasan dan pengetahuan, yang dia sendiri bahkan baru tahu soal itu.
"Ketua kelas berkewajiban merahasiakan kalau mereka punya akses di komputer pusat."
Rika menoleh kaget. "Rahasia? Kok, lo boleh tahu?"
"Doni ketua kelas X-15."
"Doni?"
"Doni menyalahgunakan perannya. Dia membiarkan Joshua mengetahui. Gue juga dikasih tahu, Doni bilang akan menambahkan nama gue di daftar siswa yang remedi UTS. Gue harus nurut kalau gue nolak, mereka akan melaporkan lo ke guru dan kepala sekolah. Gue saat itu yang takut nggak punya pilihan, Rika. Gue disuruh akting seperti mereka. Pura-pura sedih karena remedi semua mapel."
Rika seakan sedang mendengarkan dongeng. Rasanya tidak terima, tetapi terlambat. "Guru, wali kelas, nggak ada yang curiga?"
"Setelah ketua kelas kita megecek siapa aja remedi, yang udah ada nama gue di sana. Doni kembali ke komputer pusat. Mengembalikan data seperti semula. Seolah nggak ada perubahan."
"Pasti ada guru yang mengawasi komputer, kan, No?" keluh Rika.
"Seharusnya ada, tapi gue nggak tahu. Makanya, gue bilang ada keterlibatan sekolah," ucap Nino.
"Terus lo ikut permainan Joshua sama Doni, merasa jadi pahlawan?" tantang Rika.
Nino menjelaskan, "Walaupun nama gue dicantumkan gue nggak pernah ikut remedi. Gue sembunyi di perpustakaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahan Banting
Fiksi RemajaDevan (18 tahun) punya adik perempuan namanya Rika (16 tahun). Devan punya cara sendiri untuk bertahan begitu juga Rika. Sampai akhirnya ada ambisi mengubah tekad. Devan takut gagal menjaga adiknya, sementara Rika takut waktunya berhenti karena terj...