Bunyi sirine terdengar disekitar kejadian mengenaskan di jalan raya, rentetan kecelakaan terhadap mobil yang saling bertabrakan dalam kondisi rusak parah.
Kecelakaan yang membuat suasana jalan di malam hari menjadi macet, kendaraan menjadi sulit untuk lewat karena kerumunan di sekitar lokasi kejadian.
Tragedi kecelakaan yang terjadi akibat sebuah mobil truk yang melaju secara ugal-ugalan hingga menerobos sebuah plang lampu jalan pengontrol untuk lintasan sebuah perempatan.
Tandu berjejer membawa korban kecelakaan, tangisan terdengar di sekitaran lokasi kejadian.
Seorang anak perempuan menangis di samping pria dewasa yang bersimbah darah di bagian kepala, anak gadis berusia sekitar 10 tahun menangis dengan beberapa luka lecet di wajah.
Sampai petugas kesehatan menghampiri dan membawa anak beserta pria tersebut. Memasukkan keduanya ke dalam mobil ambulans dan membawa mereka menuju Rumah Sakit Terdekat.
.
.
1 menit
30 detik
3 defik
"GUE LULUS!" perempuan itu berjingkrak. Sahabatnya bersyukur dengan kabar tersebut namun iapun harus mengelus dada dengan teriakan itu. Keduanya berpelulan dalam nuansa penuh bahagia. Kali ini Tuhan berada di pihaknya.
Salah-satu dari kedua perempuan tersebut keluar untuk menyampaikan kabar kelulusannya kepada mamanya. Perempuan itu berdiri tepat di depan pintu bercat putih sembari mengetuk pintu kamar tersebut. Pintu terbuka menampakkan sosok wanita yang dicari.
Perempuan yang mengetuk pintu tersenyum, tanpa berkata apapun ia menyerahkan ponselnya untuk memperlihatkan kepada mamanya.
"Selamat" ucap wanita itu, sementara sang pemilik ponsel begitu bahagia mendengarnya
"Mama, saya---
"Tapi nilai kamu hanya di peringkat tiga" potong wanita yang disebut mama.
Gadis itu mematung menatap ponsel yang kembali disodorkan kepadanya. Ia terdiam sesaat lalu mengambil ponsel tersebut. Wanita itu kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Menghembuskan nafas berat, ia pikir mamanya akan memujinya namun seribu sayang, ia hanya tertipu dengan harapannya sendiri. Ia tersenyum miris membayangkan hal tersebut. Ia kemudian menghapus air matanya, dan kembali masuk ke dalam kamar.
Sahabatnya menatap ke arahnya seakan bertanya apa yang terjadi.
"Dia senang kok hehe" ucap gadis yang baru saja masuk
"Dia bahkan bangga, gue bisa lolos" ia sedikit tersedak, kemudian melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.
"Dia bilang selamat, terus meluk gue"
Detik berikutnya entah bagaimana sahabatnya itu sudah memeluknya dengan begitu erat. Menepuk dan mengelus pundaknya tanpa mengatakan apapun.
"Gue benar kok. Mama memang bangga, dia ucapin selamat buat gue".
"Gue, mama gue---"
"Udah, jangan diteruskan" pontong sahabatnya.
"Lo itu udah hebat, enggak perlu menunjukkan sebagaimana hebatnya kamu. Kamu udah cukup, kamu udah lebih dari cukup untuk orang-orang yang sayang sama lo" gadis itu mengeratkan pelukanannya pada sahabatnya, perkataan itu seakan menusuknya.
"Lo gak salah, jangan pernah berpikir lo gak pernah cukup. Salah itu ada pada mereka karena gak bisa mencapai keinginan dan ekspektasi mereka"
Sahabatnya itu mengurai pelukan pelukan mereka, dan saling berhadapan. Air mata yang masih membasahi kedua pipi mereka.
Sosok itu sudah terlihat menyedihkan, lirih itu sudah terdengar begitu menyakitkan. Sahabatnya meraih ke dua tangan itu dan menggenggamnya di sana, lalu memberikan senyum terbaik kepadanya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Lo udah lebih dari cukup"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serambi Doa [REVISI]
Teen FictionMahyra segera berlari, untungnya ia tak pergi jauh. Ia masuk ke dalam gedung, melewati koridor. Sial, kelasnya berada di lantai tiga. Ia menunggu dengan gelisah di depan lift, sampai lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol nomor 3. Ia panik...