13 : Cintanya Aku

1.4K 102 5
                                    

Happy reading
___________________

Hari ini tepat seminggu mereka berpacaran, selama seminggu itu juga Daffa dan Alina cukup intens untuk bertemu, semakin mengenal satu sama lain dan saling memahami satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini tepat seminggu mereka berpacaran, selama seminggu itu juga Daffa dan Alina cukup intens untuk bertemu, semakin mengenal satu sama lain dan saling memahami satu sama lain.

Mereka berdua sudah bukan anak remaja yang cinta-cintaan hanya untuk seru-seruan tapi saat ini mereka merupakan sepasang yang bersatu untuk menyatukan dua hati menjadi satu.

Alina membantu Abila menata lauk makan malam keluarganya, sedangkan Lia turut membantu sang Ibu mencuci prabotan yang dipakai memasak tadi.

Saat akan duduk berdampingan dengan Alina, Lia yang masih kecewa dan sedih dengan ucapan sang Kakak yang menurutnya tidak pantas memilih duduk disamping Ibunya.

"jangan begitu, Nak"

"Ia, mau duduk sama Ibu aja" Lia mengambil nasi tanpa memperdulikan tatapan sendu Alina.

Alina hanya bisa menghembuskan nafasnya dan makan walaupun selera makannya sudah hilang.

"makan yang banyak dong, Na"

"cukup Bu, segini saja"

"Ia, mau nambah nak?"

"engga Bu, cukup. Ia mau langsung tidur aja" Lia beranjak dari meja makan menuju kamarnya.

Arah pandang Abila dan Alina mengikuti kepergian Lia. Seminggu ini Alina pun tak pernah absen untuk mengajak adiknya berbicara tapi Lia tidak merespon sama sekali.

"bujuk adikmu lagi ya, Na"

"iya Bu"

Alina mengambil piring kotor Lia dan Abila untuk dia cuci terlebih dulu, setelah itu Alina pergi ke kamar adiknya.

Membuka pintu itu dengan pelan, Alina mendapati Lia yang sudah tidur lengkap dengan selimut tebalnya. Alina duduk di pinggir ranjang dan mengelus kepala Lia.

"Dek.."

Bahu Lia bergetar, isakan tangis mulai terdengar oleh Alina.

"__kenapa nangis?" Alina membalikkan tubuh Lia yang semula membelakanginya. Lia pun duduk menghadap kakaknya.

"lu jahat tau Kak, jahat, jahat!! gua marah sama lu" ucap Lia masih dengan suara parau akibat menangis.

Alina menarik Lia dan memeluknya. Menepuk-nepuk punggung Lia, "maafin gua, gua ga bermaksud ngomong soal perjodohan itu"

"gua ga masalah lu mau ngomong apapun itu buat ngungkapin rasa marah lu Kak, tapi gue sedih kenapa Lo ngomong gitu seakan-akan Ibu membedakan kita"

"maaf, tapi ucapan Ayah terlalu buat gua sakit hati, Ia. gua capek harus di atur terus sama Ayah"

"iya gua paham, lain kali kontrol omongan lu, jangan sampai buat Ibu sedih lagi. kalau bukan kita berdua yang bahagiain Ibu, siapa lagi Kak?"

Lia benar, jika buka dia dan Lia yang menjaga dan membahagiakan Abila siapa lagi. Alina mengangguk menuruti adiknya.

SAKIT UNTUK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang