23 : Kita Terikat, Alina

1.4K 105 9
                                    

Happy reading
_________________

Senyum Alina merekah saat Intan kembali berkunjung ke kediaman nya setelah malam Daffa datang berniat meminang nya, Intan mengusap-usap rambut Alina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum Alina merekah saat Intan kembali berkunjung ke kediaman nya setelah malam Daffa datang berniat meminang nya, Intan mengusap-usap rambut Alina.

Abila yang tengah menyiapkan makan siang pun memanggil calon besan dan putrinya untuk makan.

"3 hari lagi Al acaranya, kamu jaga kesehatan ya, Tante mau setelah lamaran ini kalian secepatnya menikah, ga usah nunggu-nunggu lagi"

"iya Ibu juga setuju Na, selagi kalian siap segeralah"

"Ibu, Tante, jujur saja Alina sama Mas Daffa juga tidak ingin menunda hari baik kami, Mas Daffa selalu mengingat kan Alina untuk menyiapkan diri"

"Daffa itu sudah tidak sabar untuk membawamu kerumahnya sebagai istrinya, ngebet nikah"

Abila terkekeh, ia pun menyetujui itu karena kepada dirinya pun Daffa selalu meminta Alina agar segera menjadi istrinya tanpa Alina ketahui.

"cepatlah kasi Ibu cucu ya, Na"

Wajah Alina bersemu merah, membayangkan bagaimana gagah nya Daffa nanti saat mereka....ahh, tolonglah otak Alina sudah memikirkan hal-hal yang enak.

"Tante tidak sabar menunggu cucu dari kalian"

"-besok Senin, kamu kerja?"

"kerja Tante"

Intan mengangguk sembari tersenyum, Abila pun menginterupsi untuk mereka makan bersama. Intan memang sengaja berkunjung ke rumah Alina agar lebih mendekatkan dirinya ke keluarga Alina.

🍣

"Mas"

"Al"

Alina menerima panggilan video call dari Daffa yang baru saja menyelesaikan tugasnya berkunjung ke pasien-pasien yang menjalani rawat inap, berada di ruangan pribadinya Daffa menyandarkan tubuhnya ke kursi empuk yang dapat berputar itu dengan wajah kelelahan.

"udah makan, Mas?"

"sebentar lagi Al, aku sudah suruh orang buat belikan"

Alina menatap Daffa se-lelah itu kah calon suaminya bekerja?. Bulir-bulir keringat menghiasi dahi Daffa.

"kamu mau aku buatin bekal setiap kamu ke Rumah Sakit, Mas?"

"boleh tapi sesekali aja Al, kamu kan juga harus ngajar pagi-pagi"

"emang di sana panas banget ya, Mas?"

Daffa menyerit heran, "kenapa, Al?"

"kamu keringetan, Mas"

"suhu AC nya aku atur Sayang biar ga ga terlalu dingin, aku kan emang gampang keringetan" jelas Daffa.

Alina tersenyum menatap Daffa yang menguap beberapa kali, "ulu-ulu pacal aku ngantuk" ucap Alina bernada gemas sambil memonyong-monyongkan bibirnya.

SAKIT UNTUK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang