32 : Hamil di Luar Nikah?

2K 110 19
                                    

Happy reading
__________________

Masih setia bergelayut manja di dada Daffa, Alina enggan melepaskan suaminya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih setia bergelayut manja di dada Daffa, Alina enggan melepaskan suaminya itu.

Isakan kecil dari Alina pun tidak kunjung berhenti, entah dengan cara apa lagi Daffa harus membujuk istrinya agar terdiam.

"Sayang, makan dulu ya, dari pagi loh kamu belum makan"

"—kasian anak kita" ucap Daffa mengelus perut Alina yang sudah terasa membuncit.

Saat ini sudah memasuki trimester 2 dalam kehamilan, inilah masa yang paling berat untuk Alina. Rasa mual dan muntah akibat morning sickness yang Alina alami semakin parah, indra penciuman nya juga semakin sensitif satu-satunya bau yang Alina suka adalah bau Daffa. Ya! aroma khas Daffa ternyata membuat Alina nyaman.

Sebagian orang mungkin geli tapi Alina sangat menyukai bau suaminya itu. Siapa yang bisa melarang Alina menyukai bau tubuh Daffa, sehari-hari Alina hanya akan memakan es krim setelah itu kembali tidur.

"Mas..hiks" isak Alina kembali saat Daffa mengelus punggung nya.

"jangan nangis Sayang, dari pagi nangis terus, ga capek emang?"

"cap-pek, hiks..hiks"

"jangan nangis lagi makanya, sekarang nangisnya udahan terus makan ya, mau? aku suapin"

Lagi-lagi Alina tidak akan menjawab jika Daffa memintanya untuk makan.

"—Alina, jangan buat aku khawatir gini dong. hari ini aku ga ke Rumah Sakit demi kamu, kalau kamu kayak gini terus mending aku ke Rumah Sakit saja sekarang, banyak pasien yang harus aku urus. jangan keras kepala begini"

"—makan ya?"

"..."

Daffa memejamkan matanya, meredam emosinya. Ditegakkannya tubuh Alina yang bergelayut padanya lalu melepaskan pelukan Alina itu dan pergi begitu saja.

Bibir Alina bergetar melihat kepergian Daffa ke kamar mereka namun tidak berani untuk memanggil Daffa.

Kepalanya pusing, Alina menyandarkan kepalanya di sofa mengambil bantal disampingnya dan memeluk itu, menutupi seluruh wajahnya.

Daffa pergi begitu saja meninggalkan Alina di rumah sendirian. Alina tidak benar-benar tidur, ia tahu jika Daffa pergi tanpa memanggilnya terlebih dulu.

"Mas.." lirih Alina  

Lebih dari 30 menit lamanya Alina berdiam diri di sofa mengistirahatkan kepalanya yang masih terasa pusing. Perlahan Alina membuka matanya dan berniat untuk pergi ke kamar.

"arghh, hiks...kenapa masih pusing?" ringis Alina memegang kepalanya dengan satu tangan dan yang lainnya bertumpu pada sofa.

"Mas, pulang..hiks, Mas.."

SAKIT UNTUK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang