19 : Jauhan dan Menahan Rindu

1.4K 118 2
                                    

Happy reading
_________________

Pikirannya terus sibuk, bagaimana respon Intan padanya nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pikirannya terus sibuk, bagaimana respon Intan padanya nanti. Disaat dirinya sudah menemukan laki-laki yang sangat dia cintai tapi terhalang restu keluarga. Sebagian orang pasti mengalami hal yang sama dengan Alina. Tapi Alina tidak mau menjadi salah satu dari mereka, Alina mau kisah cintanya berakhir bahagia.

Alina menghembuskan nafasnya pelan dan kembali menatap anak-anak yang sedang makan siang di dalam kelas. Senyum Alina mengembang saat ada anak laki-laki mendekati Aleeza dan mengambil nugget di kotak makannya tapi Aleeza tidak marah, ia membiarkan saja.

"Adit, kalau mau minta makanan temannya, harus bilang dulu ya? jangan asal ngambil begitu, ga baik"

"iya Kakak, maap"

"—Eja ini aku kembaliin lagi" bocah laki-laki itu menaruh kembali nugget yang dia ambil tadi.

"tidak apa-apa Adit, makan saja Eja kan bawa banyak, dirumah juga masih ada kalau Eja mau tinggal minta tolong Mommy buat goreng lagi" ucap Aleeza sangat baik sekali mau berbagi dengan temannya.

Alina mendekati keduanya dan berjongkok di antarnya karena mereka duduk di bangku kecil. Alina mengelus kepala keduanya.

"lucu banget ci kalian ini, harus terus gini ya, harus saling berbagi sama temannya, yang lain juga yaa"

"iya Kakakk!" seru mereka semua, terlihat sekarang anak-anak tengah saling bertukar makanan satu sama lain.

"Na!" panggil Tyna yang menyembulkan kepalanya.

"kenapa?"

"sini bentar"

"kenapa si?"

Alina terkejut melihat Ezo di belakang Tyna, Ezo tersenyum mengangkat tangannya menyapa Alina.

"Maaf Lin, aku ganggu kamu, bisa kita bicara sebentar"

"bisa, bic—"

"berdua" sela Ezo saat Alina mengizinkan untuk bicara sedangkan disana masih ada Tyna.

Alina menarik nafasnya pelan dan mengangguk, "tapi sebentar lagi, saya masih ada tanggung jawab ke anak-anak"

"lu kesana aja Na biar gue yang urus anak-anak"

"engga, makasi Tyn"

"—maaf" Alina kembali masuk ke ruang kelas dan mengajak anak-anak itu berbincang.

Ezo hanya mengangguk dan tersenyum melihat kepergian Alina, sudah tidak ada harapan lagi baginya memang. Belum memulai tapi sudah gagal.

Ezo menunggu sampai 30 menit lamanya hingga Alina menyelesaikan kelasnya hari ini. Di kursi besi panjang Ezo menunggu Alina.

"maaf lama"

"tidak apa-apa, Lin"

"—sebelumnya aku minta maaf sama kamu Lin karena beberapa hari lalu sudah  mengganggu kamu tanpa sadar. tapi aku cuma laki-laki biasa yang bisa tertarik sama lawan jenis tanpa rencana. ya, aku cinta sama kamu dari awal kita kenalan, tapi aku cukup sadar kalau kamu sudah ada seseorang, aku cuma mau ngungkapin ini sama kamu Lin, aku bener-bener cinta sama kamu, setelah Mamanya Bima meninggal aku selalu menutup hati dan berusaha setia sama dia dan meyakinkan diri kalau aku bisa jaga Bima sendirian tapi aku salah, peran seorang Ibu sangat penting untuk Bima. tapi kamu ga usah khawatir kalau aku bakal ganggu kamu lagi Lin setelah ini aku dan Bima akan pindah ke luar negeri dan memulai hidup baru disana"

SAKIT UNTUK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang