11 : Perasaan Cinta

1.4K 103 14
                                    

Happy reading
__________________

Alina lagi-lagi mendapat tamparan, tendangan dan kata-kata makian dari sang Ayah, setelah pulang dari jalan-jalannya bersama Daffa, Ghani bertindak kasar lagi ke Alina karena pergi dengan laki-laki sampai malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alina lagi-lagi mendapat tamparan, tendangan dan kata-kata makian dari sang Ayah, setelah pulang dari jalan-jalannya bersama Daffa, Ghani bertindak kasar lagi ke Alina karena pergi dengan laki-laki sampai malam.

Pagi ini Alina bangun tidur dengan mata yang sembab akibat menangis, tangisannya Alina tahan agar tidak bersuara, kemarin malam rasanya Alina ingin berteriak dan Alina membutuhkan Daffa. Laki-laki itu, Alina membutuhkan dia.

Duduk dipinggir ranjang dan berhadapan langsung dengan kaca rias, Alina menatap sendu cermin yang memantulkan dirinya yang terlihat menyedihkan.

"sampai kapan Ayah akan berlaku kasar sama Alina, apa salah Alina Yah?" lirih Alina.

Tok'

Tok'

Tok'

"Ina, ini Ibu"

"masuk aja Bu"

Saat Abila masuk, Alina yang sudah berdiri menyambut kedatangan nya. Alina langsung menghamburkan pelukan ke Abila dengan erat.

"jangan marah sama Ayah ya, Sayang"

Alina hanya mengangguk, walaupun Abila tau anggukan itu hanya sekedar anggukan yang tidak berarti apapun tapi Abila selalu mengerti bagaimana perasaan Alina.

"maafin Ibu yang selalu ga bisa nyegah Ayah kamu, Sayang"

"engga Bu, Ibu itu selalu berusaha ngelindungin Alina. Ibu ga luka kan?"

"Ibu gapapa, Sayang. Ga ada yang luka"

Bukan hanya Alina saja yang diamuk, Abila dan Lia pun turut mendapat serangan dari Ghani karena berusaha melindungi Alina.

"yasudah kamu mandi ya siap-siap, ngajar kan sekarang?"

"ngajar Bu, Ibu hari ini ada pesanan ga?"

"ada, tadi pagi udah di antar adik kamu ke pasar"

"tumben bangun pagi tuh anak" kaget saat Lia menghantar Ibunya ke pasar.

"ya harus belajar dong, Nak. kan setelah kamu nikah nanti Lia yang bakal anterin Ibu ke pasar"

"Alina ga mau nikah, Bu. Ina mau sama Ibu aja di rumah, bila perlu nanti kita pergi dari sini, Alina bakal beliin Ibu rumah" ucap Alina tegas.

"jangan dong, Ibu harus nemenin Ayah kamu. Ibu pengen loh nimang cucu dari kamu"

"yaudah minta sama Lia aja"

"Ibu maunya dari kamu dulu, pikirkan kebahagiaan kamu ya, Lin"

Alina menatap haru ke arah Abila, "iya, Bu. Alina sayang sama Ibu"

"Ibu juga sayang sama kamu, anak Ibu yang paling cantik"

"awas anak pungutnya Ibu marah denger Ibu ngomong gitu" canda Alina menyebut Lia anak pungut.

SAKIT UNTUK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang