PROLOG

57.8K 1.5K 14
                                    

"Putus?! Kenapa tiba-tiba? Alasannya apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Putus?! Kenapa tiba-tiba? Alasannya apa?"

Melihat gadis di depannya enggan membuka mulut, Zino mengurai rambutnya ke belakang. Pernyataan tiba-tiba yang diutarakan oleh gadis itu tak bisa membuatnya tenang.

Mendekat, Zino membasahi bibirnya sebelum berbicara. Di pegangnya pundak gadis itu dengan kedua tangannya.

"Kin-- jangan kayak gini. Ayo ngomong alasannya apa?"

Gadis itu akhirnya berani menatap matanya, meski kedua mata itu terlihat berkaca-kaca.

"Gue gak pernah ngerasain kebahagiaan semenjak pacaran sama lo. Selama ini, gue nggak ada perasaan cinta selama kita pacaran. Lagian kita pacaran bukan karena cinta. Kita hanya saling membutuhkan, dan sekarang gue rasa, gue udah gak butuh lo. Lo juga udah gak butuh gue kan? Taruhannya udah selesai, buat apa masih bertahan?"

Zino melepaskan pegangannya. Pemuda itu terdiam, lalu tersenyum kecut saat menyadari perkataan gadis di depannya.

"Selama itu kita berhubungan--? Dan lo baru bilang nggak ada rasa? Jadi di sini cuman gue yang ada rasa?"

Kina membuang muka, dia tak ingin melihat Zino yang memberikan tatapan kecewa.

"Kina--"

"Lo yang manfaatin gue!"

Zino terkejut, gadis itu tiba-tiba meninggikan nada bicaranya.

"Gue nggak bisa terus-terusan jadi tameng buat lo! Gue capek nanggapi cewek-cewek gila yang terus neror gue!"

Kina menunduk, mengusap kasar air matanya.

"Sampai sini aja. Gue mohon..."

"Gue capek"

"Gue gak bisa lebih lama dari ini"

Meneguk kasar ludahnya, Zino mengangkat wajahnya ke atas, menarik nafas sedalam-dalamnya saat dadanya terasa begitu sesak.

"Oke, lagipula sebentar lagi kita lulus. Lo nggak kuliah'kan? Derajat kita emang beda dari awal. Kalau mau lo gitu, gue gak maksa lagi. Lagipula gue yakin, gue gak bakal kesulitan cari yang lebih dari lo"

Kina menarik ujung bibirnya.

Kata-katanya begitu menusuk.

Sama seperti mulut teman-teman pemuda itu. Tentu saja, karena Zino salah satu dari mereka...

Mengangguk mengerti, Kina berbalik berniat pergi. Namun langkahnya terhenti saat pemuda itu berkata untuk terakhir kalinya.

"Obatin tangan lo... Nyakitin diri sendiri nggak nyelesaiin masalah"

Apa pedulinya?

Padahal tanpa sadar dia lah yang membuat Kina menggores tangannya sendiri.

Enggan menjawab, Kina memilih kembali melangkah sebelum hatinya semakin sulit untuk melepaskan orang yang telah menjeratnya dalam rantai berduri. Dilepaskan terasa sakit, namun bertahan lebih menyakitkan.

___
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
____

Prolognya ini Kina-Zino waktu SMA (tepatnya waktu putus)

Dah gitu aja.
Jangan lupa tinggalin jejak!
(๑•́ ₃ •̀๑)
☞ ☆ ☜

Sekian...
Terima kasih...
Maaf...
Bye bye...

Sepasang Sepatu Tanpa Arah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang