Heartbreaking

129 29 12
                                    

Malam hari yang sunyi, seorang gadis berumur 14 tahun kini berjalan sendirian menyusuri gang gelap menuju rumahnya.

Dia terlihat sangat lesu dan tidak ada semangat hidup. Raut wajahnya terlihat jelas ingin mengakhiri semua ini.

"Hei... Kenapa kau takut?" Suara seorang pria terdengar mengusik di telinganya.

Matanya menatap lurus kedepan lalu melihat 3 orang preman kini sedang mengganggu seorang gadis yang tidak lain adalah adik tirinya.

Gadis yang sedang ketakutan itu menoleh dengan mata berair.
"Rini" Sebutnya.

Tentu saja ketiga preman itu langsung menoleh kearahnya, yang tidak lain adalah Arinia de Rune.

"Huh..." Adik Rini segera kabur meninggalkannya bersama dengan ketiga preman itu.

"Kau mengenalnya?" Tanya salah satu preman sembari melangkah mendekat.

Rini tetap diam dengan tatapan datar seolah tidak perduli. Lalu dengan santainya Rini berjalan mendekat sama sekali tidak menggubris ketiga preman itu.

"Hei! Apa kau bisu!" Preman itu menarik tangan Rini, lalu mata mereka tidak sengaja bertemu.

Deg!

Deg!

"Akh!" Si preman tiba-tiba terjatuh lemah memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sakit.

"Hei kau baik-baik saja" Kedua temannya segera mendekat memastikan.

Sedangkan, Rini tanpa dosanya berjalan pergi meninggalkan mereka.

🍀
.
.
.
🍀

Tepat di apartment 202, Rini membuka pintu lalu dia sudah mendapati nasi yang kini berserakan dimana-mana sekaligus piring yang kini sudah pecah.

Dengan hati-hati dia melangkah mencoba menghindari pecahan piring itu.

"Huh! Aku ingin mati!" Suara frustasi seseorang terdengar di dapur.

Rini tau itu adalah ibu tirinya yang sedang mengkonsumsi narkoba.

Tak!

Tak!

Suara pisau kini di mainkan, Rini menoleh lalu melihat bahwa ibunya sama sekali tidak memotong apapun... Hanya memainkan pisau saja.

Glup!

Rini meneguk saliva, kemudian dengan pelan hendak berjalan memasuki kamarnya menghindari amukan dari ibu tirinya itu.

"Rini!" Panggilnya.

"Huh..." Ia menghela napas kemudian berbalik.
"Ya-- i---ibu" Gagapnya disertai tangan gemetar.

"Kemari nak~" Perintahnya lembut, tapi dengan tatapan menakutkan.

Rini tetap diam mematung sama sekali tidak mau mendekat.

"Aku bilang kemari!!!" Bentaknya keras.

Rini hanya tersentak kaget, lalu dengan perlahan mulai melangkah mendekati ibunya.

"Kenapa kau baru pulang hah? Kau tau aku lelah mengerjakan pekerjaan rumah" Telernya sembari menempatkan ujung pisau tepat di dagu Rini.

"A-- aku harus bekerja di supermarket kan" Jawabnya lemah.

"Oh! Kau udah berani menjawab!!" Bentaknya semakin marah.

Rini segera tutup mulut, dengan kepala tertunduk.

Plak!

Nging!

Telinganya berdengung saat menerima tamparan yang begitu hebat dari ibunya.

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang