Tower

104 27 13
                                    

"Hak!",

aku menaiki sebuah tangga berwarna kuning,

Brak!

Brak!

aku sedikit mendorong pintu sewer untuk membukanya.

BRAK!

BRAK!

Kriet...

Pintu sewer berhasil terbuka, cahaya matahari langsung menyengat tubuh ku.

"Haha... lihatlah aku memang sepintar itu"
bangga ku.

Aku menoleh kebawah, melihat mereka berdua yang masih menunggu aba-aba ku.

"Aman! naiklah".

.
.
.

Drrk!

Aku menahan pintu sewer dari atas, menunggu mereka berdua berhasil naik.

"Fiuh..."
helaan napas lega terdengar.

"Haha... sudah lihat kan kalau pilihanku tidak pernah gagal"
aku membanggakan diri.

"Iya tau"
sinis Lay.

Aku terkekeh pelan,
"Cepat"
tanganku terulur saat Roy kesusahan naik.

Grep!

Aku menarik tubuh beratnya.

"Gio, bukankah tower itu yang akan kita perbaiki?"
tunjuk Lay.

Aku mengedarkan pandangan ke arah yang di tunjuknya.
"Benar sekali--"

aku berhasil membawa Roy naik.
"--apakah ada peralatan untuk memperbaikinya?"
lanjut ku.

"Sepertinya ada, aku akan mencari di pos itu"
tunjuknya ke pos terdekat.

"Baiklah, kami akan menyusul,"
setuju ku.

"ayo Roy".
Ajak ku.

.
.
.

Kini aku berdiri di samping pos, memperhatikan sekeliling. Tidak jauh terlihat sebuah bangunan yang masih dalam kontruksi.

Aku hendak mengalihkan pandangan, namun sekelebat bayangan justru menarik perhatian ku.

"Huh..."
mataku mengerjap, tanpa ragu kaki ku melangkah mendekat,
"tidak mungkin... tidak mungkin"
rapal ku di setiap langkah.

"kak Rini..." mataku berair saat melihat seorang gadis berambut kepang dengan wajah yang begitu mirip dengan kakak ku.

Kini posisi ku semakin dekat, aku berdiam mematung memperhatikan sosoknya yang sedang membungkuk memegangi lutut tampak begitu lelah.

"Kak Rini!!"
teriak ku memanggil.

Dia mendongak, matanya membulat mencari sumber suara.

"Kak Rini!!!!"
panggil ku keras.

Dia menoleh kebawah, melihat ku. Alisnya mengernyit bingung, napas ku tersendat seolah ingin menangis, setelah sekian lama...

aku dapat kembali melihat sosok yang begitu ku rindukan.

"Kak Gio!!!".
Lambaian kecil terlihat.

Mataku membulat melihat Alka kini melambaikan tangannya.

Tanpa pikir panjang, aku segera menaiki tangga untuk mendekati mereka.

.
.
.

"Alka! Alka!!"
panggilku terus mencari sosoknya.

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang