Near Far

109 28 17
                                    

"Ayo kita pergi" ajak Alma tanpa basa basi lagi.

"Ya" yang lain mengiyakan, kecuali Narra.

"Narra kau juga ikut dengan kami".
Alma mengajaknya.

Narra menggeleng cepat.
"Tidak bisa"

"Kenapa? disini akan berbahaya?". Dahi Alma berkerut.

"Maafkan aku tapi, aku tidak bisa pergi. Mungkin kalian jangan pergi dulu, kalian tetap lah disini bersamaku. Tentara sebentar lagi akan datang menjemput". Tawar Narra.

"Justru itu yang harusnya kita hindari" tengah Gery.

"mereka berdua terinfeksi, jika tentara tau. Mereka bisa dibunuh" jelas Gery.

"Itu benar, kita tidak bisa ikut menunggu tentara datang". Rini mengangguk sembari mengusap rambut Alka.

Narra yang tau Alma terinfeksi, seketika diam. Bibirnya tertutup mulai tidak menyangka.

"Bisakah kau simpan rahasia ini?". Mata Alma memohon.

"... Akan ku simpan rahasia ini sebaik mungkin, asalkan kalian jaga diri baik-baik".

Alma mengangguk.

"Ayo". Tanpa membuang waktu Gery mengarahkan mereka bertiga untuk turun.

🍀
.
.
.
🍀

Bruk!

Alma melompat ke atap sebelah yang posisinya tidak terlalu tinggi, sedangkan Narra masih terus memperhatikan.

"Sampai jumpa Narra". Kata Alma pamitan.

Narra mengangguk cepat disertai senyuman kecil.

Dari atap ini, Rini dan Gery melompat turun, lumayan atapnya tidak tinggi.

"Alka ayo!" tangan Rini terbuka.

Alka langsung melompat

grep!

Rini menangkapnya dengan baik, disusul dengan Alma yang kini telah melompat sempurna.

Mereka berempat berlari cepat di tengah gang perumahan, memilih mencari tempat yang lebih aman untuk berlindung.

Narra masih fokus memperhatikan mereka yang semakin jauh, ketika fokusnya itu teralih saat pintu rooftop tiba-tiba di dobrak keras.

Narra berbalik melihat 2 orang pria berpakaian hitam kini mencoba mendekat bersiap menangkapnya.

"Sialan... kalian disini" Narra melangkah mundur, menjauh dari mereka berdua.

"Kaburlah sejauh mungkin Narra, kau tidak akan bisa lari lagi" kata salah satu dari mereka.

Narra tersenyum kecil
"Tentu saja aku tidak bisa lari dari kalian, tapi aku bisa kabur "

tanpa aba-aba, Narra melompat menerobos masuk ke jendela bangunan yang belum selesai di kerjakan.

"Hei!"
mereka turut melompat kebangunan sebelah, tapi tidak mendapati Narra lagi.

"Dimana dia?".

Mata mereka mulai mempelototi sekitar, merasa heran kenapa Narra bisa hilang secepat itu.

Salah seorang dari mereka mengambil walkie talkie.

"Pak, kami kehilangan jejaknya"

"Bodoh! cepat cari tau!!!"

"Baik pak".

Tanpa sepengetahuan mereka, Narra kini tengah menuruni setiap anak tangga cepat. Sembari memegangi tangannya yang sedikit terkilir.

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang