Tomb

91 29 11
                                    

"Menghancurkan makam!! kalian gila ya!"
sumbar Hanah.

"Diam lah... kami tau apa yang harus di lakukan"

"Tapi kamilah yang berhak mengatasi ini"
Hanah tidak mau kalah.

Menghancurkan makam keluarganya atau siapapun tanpa persetujuan pihak bersangkutan adalah ilegal.

"Jangan coba-coba menghentikan kami"

"Emma sudahlah"
Nancy menepuk bahu Hanah.

Plak

Hanah menepis tangan Nancy, sorot matanya memperlihatkan kobaran api.

"Aku berhak menghentikannya!!"

"Apa kau keluarganya? sampai mau menghentikan upaya kami!?"
nyolot prajurit.

Grep!

Tangan Hanah terkepal, sampai telapak tangannya benar-benar memutih.

BUGH!

Dengan nekat, Hanah menghantamkan bogem mentahnya di pipi prajurit.

"Sial--"

"Itu ilegal bodoh!!"
kesal Hanah.

"Perempuan sialan"
dia hendak membalas.

"Cukup! cukup!". Nancy melerai, beberapa ilmuwan lainnya juga ikut turun tangan.

.
.
.

"Lepaskan aku"
tepis Hanah.

"Apa yang kau lakukan Emma! kau bisa menghancurkan rencana kita"
tegur Nancy.

"Aku tidak perduli"
beraninya.

"Huh?".
Nancy memekik heran.

Dug!

Hanah menabrak lengannya, melengos pergi, meninggalkan Nancy di tengah rasa bingung.

.
.
.

"Aku harus mengabari Gio"
monolog Hanah.

DHUAR!!!!

Ledakan keras terjadi, Hanah menoleh kebelakang, melihat parasit kini meledak akibat granat yang di lemparkan.

"Oh tidak!".

Beberapa parasit yang selamat, mulai menyebar di tanah. Tanpa menunggu waktu Hanah menaiki sebuah tumpukkan karung yang dapat menghalau parasit mengenai kulitnya.

Dor!

Dor!

Letupan peluru terus menggema di telinga, Hanah menunduk, menutup telinganya kuat. Sudah lama dia tidak mendengar suara tembakan, dan hal itu membuatnya sangat ketakutan.

"AKH!!"
teriakan terdengar.

Hanah mengedarkan pandangannya, melihat seorang prajurit terjatuh menimpa karung.

BRUK!

Tubuhnya seketika terjungkal kebelakang, Hanah terkapar di tanah. Matanya dengan jelas melihat prajurit itu kini mulai kemasukkan parasit hitam.

"Sial!".

Hanah berdiri, bersiap kabur. Namun sebuah ponsel menarik perhatiannya.

Grep!

Dia mengambilnya, segera berlari pergi meninggalkan prajurit sebelum menjadi FLU.

.
.
.

DOR!

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang