A New Foe

117 27 13
                                    

"Ini menyulitkan!. Dia sudah hilang"

Rakha menekan dahinya kuat.

"Lebih baik kita lupakan tentang dia. Kita harus fokus akan mereka berdua"
timpal Rini.

Tangannya memegang pundak Alka lembut.

Aku menatap wajahnya, tatapan tulus entah kenapa terlihat di matanya.

"Rini! jangan banyak ikut campur! urusan kita lebih banyak! kenapa kau mencampuri urusan mereka" Audy tidak terima, dia tidak mau jika harus bergabung terus menerus dengan Gio dan yang lain.

"Malam ini kita akan pergi! kalian harus tetap bersama kami!"
tekan Rakha.

"Mama, apakah kita akan bertemu dengan Lucas?"

Alma tersenyum kecil, matanya benar-benar sipit disertai wajah yang begitu pucat pasi.

"Tentu saja"
jawab Rakha.

"Bersiaplah... waktu tidak bisa di buang terus menerus".

Aku memilih melangkah, sekarang list kami masih banyak. Bahkan satu pun belum ada yang berhasil di selesaikan.

.
.
.

Aku mengendarai mobil pick up, petunjuk dari Bundi sangatlah membantu.

Sekilas aku melirik ke samping. Tepatnya di sebuah kaca spion, dimana terlihat kalau Audy tengah mengomel panjang pada Rini.

Rini sama sekali tidak menggubris, dia memilih diam dengan kepala yang sedikit tertunduk, menutup telinganya dari ocehan Audy.

"Gio... fokus ke jalan"
alih Rora.

Aku mengalihkan pandangan lurus, tapi pikiran ku mulai di penuhi oleh Rini.

"... Apa kau tidak menyukai Rini?"
paham Rora.

Aku mencuekinya, lagi-lagi ada seseorang yang berhasil menebak isi pikiran ku.

"Hidupnya terlihat sangat menderita saat Audy datang"
imbuhnya.

"Lupakan saja. Mereka hanya dalam masa dewasa"
tepis ku.

"Kau---"

BRAK!

Tanpa sengaja aku menabrak sesuatu. Sampai Narra yang hampir sepenuhnya tertidur pulas justru terbangun.

"Apa yang kau tabrak Gio?"
tanya Rora.

"Aku tidak tau" aku membuka pintu mobil, diikuti Rakha.

Aku berjalan ke depan mobil, melihat seorang pria berjaket hitam kini merintih kesakitan.

"Hei kau baik-baik saja?"
tanyaku.

Setelah mendengar ucapan ku, mendadak dia berhenti merintih. Keheningan mendadak datang.

"... GIO AWAS!!"
panik Rakha.

Bruk!

Srat!

Mendadak tubuh ku terhuyung kebelakang, sengatan perih sekaligus tetesan darah kental yang langsung menodai jalanan aspal.

"Huh!" aku mengalihkan pandangan padanya.

Dia berdiri menampakan senyuman jahat yang begitu khas.

'Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya'

Chk!

Chk!

Ujung pistol berada tepat di belakangnya. Rakha menatap ke arahnya lekat.

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang