"Shit!!"
umpat ku.Kini beberapa FLU saling bertumpuk, setelah jatuh dari tembok.
Kami berlari ke truk yang menghalangi, Nora dengan mudah naik keatas box truk.
"Pendek pegangan yang kuat"
aku mengangkat tubuhnya.Grep!
Tangannya berhasil berpegangan pada sisi box.
GRAAAAAAAAA!!!
Guk!
Guk!
Bundi memberikan pertanda,
"Hak!"
Nora menarik tubuh pendek,
"cepat lompat"
perintahnya.Grep!
Aku mengangkat tubuh Bundi, menempatkannya di atas box.
"Cepat Gio, aku tunggu"
kata Nora.GRAAAAAAAAA!!!!!!!
Segera aku melompat naik, berpegangan pada sisi box.
"Hak!" tangan berusaha berpegangan kuat, mengangkat tubuh ku naik.
GRAAAAAAAAA!!!!!!
"Huh..." napas ku berderu cepat dengan debu yang kini berterbangan.
Melihat tangan-tangan mereka masih ingin menangkap ku, tanpa membuang waktu aku melompat turun.
Bruk!
"Shit!"
umpat ku, karena sedikit terkilir."Jangan banyak mengumpat Gio"
tekan Nora.Aku berdiri, mulai berlari walau dalam kondisi kaki yang masih keseleo.
BRAK!!!
Dentuman keras terjadi, hembusan angin berdebu mendekati kami.
"Uhuk!" aku mengayunkan tangan di depan muka, berusaha menghindari tanah yang akan masuk ke mata.
"Tidak"
geleng pendek.Mataku tertuju lurus, sebuah pemandangan mengerikan terjadi. Jembatan terkenal kini ambruk, membuatnya hancur tanpa sekalipun tersisa keindahannya.
GRAAAAAAA!!!!!!
FLU semakin brangas,
"Kita harus lompat ke ujung sana"
nekat ku."Kau gila!?"
maki Nora,
"itu berbahaya!""FLU lebih berbahaya, daripada melompati jembatan ini"
tuding ku.GRAAA!!!
"Berhentilah! tidak ada waktu untuk berdebat"
lerai pendek.
"sekarang fokus!""Pendek ikut denganku" aku mengacuhkan Nora, tidak perduli dia mau ikut atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLU 3
Mystery / Thriller(Seri ketiga : Flu) Aku warisan keluarga Taran... Kini kembali berjuang meneruskan kakakku, menghadapi virus baru... Virus parasit yang sengaja disebarkan di seluruh kota, menyebar melalui sentuhan dan menyerang otak bahkan menggerogotinya hingga ha...