Fire

103 27 11
                                    

Aku yang baru saja memarkirkan mobil, bersiap akan menyusul Lucas.

Tetiba saja melihat dua orang berjas lab kini tampak mengobrol serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetiba saja melihat dua orang berjas lab kini tampak mengobrol serius.

"Mungkin hanya dokter biasa".
Hirauku hendak lanjut melangkah.

"Ya usahakan virusnya tersebar dengan baik". Kata salah satu dari mereka.

Refleks aku bersembunyi di balik dinding, setelah mendengar perkataan tersebut.

"Baiklah... aku tidak akan mengecewakan mu".

Pria yang sekiranya berusia 40 tahunan, kini masuk kedalam mobil mulai meninggalkan parkiran. Sedangkan pria satunya mulai memasuki lift untuk pergi.

Aku hendak mengikuti tapi sebuah tangan mendadak menepuk bahuku.

Tubuhku tersentak, menoleh kesamping melihat Lucas yang sedang cengengesan.

"Lagi ngapain kau? sembunyi-sembunyi kek gitu?". Tanya Lucas menggeleng.

Aku diam memilih untuk membicarakan hal ini nanti.

"... Bagaimana apa kau sudah bertemu dengannya?". Alih ku sekaligus meledek.

"Ya, dia cantik" jawab Lucas mengakui.

"Adiknya juga ganteng" responku pede.

"Idih najis". Lucas memutar bola matanya malas.

"Lah terus tangan kau gimana tuh?" ku tatap tangannya sejenak.

"Gampang" entah apa yang di lakukan Lucas.

Kratak!

tulangnya berbunyi, hanya dalam sekejap tangannya kembali normal.

"Dasar orang caper". Aku berlalu pergi menuju mobil ingin segera mengabari hal ini pada Rakha.

🍀°°°🍀

Hanah kini keluar dari ruangannya tidak lagi mengenakan seragam dokternya, bersiap akan pulang.

Namun, netranya justru tertuju kearah beberapa dokter otak kini tampak berlalu lalang sibuk.

"Mereka pasti banyak sekali tugas". Kata Hanah memilih tidak terlalu ikut campur karena itu bukanlah bidangnya.

🍀
.
.
.
🍀

Tepat didepan rumah sakit...

PRANG!!!!!

BUG!

CPRAT!

Salah satu pasien dari lantai atas terbanting jatuh disertai kaca jendela rumah sakit yang sudah berserakan dimana-mana.

Tapi bukan itu saja, darahnya malah terciprat ke tubuh Hanah. Sampai mengotori kaos putih yang sedang ia kenakan.

Pandangannya seketika buram, tergeletak di tanah begitu saja.

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang