Your/Herself

101 28 17
                                    

Srt!

Mobil kami berhenti tepatnya di sebuah pom bensin.

Aku dan Rakha turun,

"Gio, kau pergilah ke swalayan itu. Biar aku yang akan mengisinya"

"Baiklah"
angguk ku.

Disaat aku akan melangkah,
"Gio!"
Rora dan Rini dengan kompak memanggil.

"Ya?"
sahut ku untuk mereka berdua.

Rora menatap Rini,
"Kami ikut"

"... Mau apa?, kalian diam saja disini?"
perintah ku.

"Tidak. Ada sesuatu yang harus ku ambil untuk Audy"
tolak Rini.

Aku melirik ke wajah Audy sekilas. Seketika aku mengerti kalau dia pasti sedang kedatangan tamu.

"Baiklah".
Setuju ku.

Mereka berdua bergegas turun, dan berjalan bersama.

.
.
.

Drrk!

Aku membuka pintu,
"Uh, Fu--"

Plak

Rora memukul lengan ku.

"Hss" desis ku pelan. Aku menatap wajah Rora bingung.

Sebagai jawaban dia melirik kearah Rini, ibaratnya sebuah kode agar aku tidak berkata kasar.

"--Frick" lanjut ku, sembari melirik kearahnya. Tapi Rini tidak perduli jika aku berkata kasar.

Dia memilih melangkah lebih dulu, melewati beberapa barang dan rak berserakan, yang membuat ku selalu mengumpat di dalam hati.

Kami berdua menyusul, bahkan sosok Rini dengan cepat mulai tidak terlihat karena tertutupi rak.

"Memangnya apa yang ingin kau cari?"
tanyaku pada Rora.

Dia yang tengah melihat-lihat, langsung menatap pada ku.

"Mencari sepatu"
jawabnya.

Aku mengintip kebawah, melihat sepatunya melalui ujung mataku,
"... Sepatu mu baik-baik saja"
ucap ku.

Dia menatap ke sepatunya,
"... Bukan untuk ku--"
netranya kembali menatap padaku.
"tapi untuk Alka dan ... untuk mu"

"Oh. Hah?" semulanya aku biasa saja, namun aku kaget setelah menyadari ucapannya.

Aku menatap sepatu ku, sepatu yang harusnya awet sekarang sudah benar-benar rusak.

"Eh?"
bingung ku karena baru menyadarinya.

"Benarkan. Aku heran, kenapa kau tidak menyadarinya selama ini?"

"Aku--"

"Dan ya, kau juga membutuhkan sarung tangan baru, dan beberapa plester. Kau banyak mendapatkan luka"
potongnya.

'Dia memperhatikan kekurangan ku?'

"oh ya! kau juga memerlukan tas---"

"Tidak! tidak!",
tolak ku langsung.
"tidak perlu. Aku masih nyaman menggunakan tas ini"

"Kau yakin? tas ini sudah seperti makanan basi"

"Uh",
aku memutar mata keatas.
"tas ku lebih baik, daripada lelucon basi mu"

"Ehe". Rora terkekeh pelan, dia memilih kembali fokus untuk mengambil kekurangan Gio dan yang lain.

.
.
.

Aku memilih berjalan, meninggalkannya seorang diri. Tidak terlalu jauh, aku menemukan sebuah keranjang yang tergeletak begitu saja.

"Sebenarnya dimana mereka menaruh keranjang? kenapa aku hanya menemukan ini saja?"
heran ku.

FLU 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang