Jennie pov."Jennie"
Aku menoleh ke belakang saat namaku di panggil.
Aku tersenyum mengetahui itu adalah Hajoon.
"Sunbae"
Aku mengingat ucapan Lisa semalam, aku tidak ingin terlalu dekat dengan Hajoon dan aku akan memanggil Sunbae saja agar masalahku dan Lisa selesai.
"Menjemput Lili?"
"Nee Sunbae"
"Dan kenapa panggilan mu berubah? Aku merasa asing"
"Ah itu sudah sewajarnya karena kamu adalah seniorku dulu"
"Oppa saja Jennie jangan terlalu formal, aku tidak terbiasa dengan panggilan Sunbae "
Aku menggeleng.
"Lisa keberatan dan aku sebagai istri harus menuruti perkataannya"
"Lisa tidak seharusnya mengatur mu seperti ini Jennie, dia-"
"Dia istriku, Sunbae" aku cepat-cepat memotongnya.
Hajoon terdiam menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Lisa beruntung memilikimu" kata Hajoon tanpa ekspresi.
"Aku lebih beruntung memiliki Lisa" balasku tak mau kalah.
"Tidak, Lisa yang beruntung. Aku iri dengannya"
Aku mengerutkan kening, iri? Apa yang coba dia katakan sekarang.
Sebelum aku menjawab Lisa datang memeluk tubuhku posesif.
"Sayang, princess kita belum keluar ya"
"Belum, lima menit lagi honey"
Lisa mengangguk dan mencium bibirku di hadapan Hajoon.
"Oh maaf aku kira tidak ada orang, Hajoon-ssi lama tidak bertemu" Lisa tersenyum palsu sekarang.
"Senang bertemu dengan mu PD Nim" Hajoon tersenyum tipis.
"Putrimu sekolah disini?" Lisa berbasa-basi.
"Ya, Haru berteman dengan Lili, mereka tampak akrab dan aku rasa mereka cocok"
Aku mengernyit bingung dengan perkataan ambigu Hajoon.
"Cocok seperti apa?" Aku bertanya.
"Cocok menjadi saudara" aku semakin bingung lagi dengan perkataannya.
"Hahaha Lili putriku tidak suka bersaudara, dia lebih suka menjadi anak tunggal sama sepertiku dan istriku" Lisa mencemooh.
Hajoon mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya.
"PD Nim, betapa beruntungnya kamu mempunyai istri yang cantik dan penuh perhatian seperti Jennie, aku jadi menginginkan istri sepertinya" aku membulatkan mataku mendengar perkataan Hajoon barusan.
Ini gawat, aku takut emosi Lisa terpancing. Marah Lisa sangat menyeramkan, dia bisa saja menghilangkan nyawa seseorang.
"Ya karena Jennie hanya milikku dan Lili. Yang seperti Jennie langkah, aigoo sayang sekali kamu akan kesulitan menemukannya, bahkan kamu tidak akan pernah mendapatkannya" ucapan Lisa penuh ejekan.
"Aku akan mendapatkannya" Hajoon menatap Lisa tajam.
"If you can" Lisa menyeringai dan itu terlihat menyeramkan.
Aku jadi merinding sial!
"Mommy.. Dadda.." ah putriku penyelamatku.
Lili berlari dengan gembira menghampiri kami.
"Hei princess" Lisa menggendong Lili dan memberikannya kecupan kecupan ringan.
"Hihihi stop Dadda, geli hihihi" Lili terkikik mendorong wajah Dadda nya.
"Appa" aku melihat gadis kecil menghampiri Hajoon.
Gadis manis itu menatapku dan aku balas tersenyum padanya.
Dia pasti Haru.
Hajoon segera tersenyum mengusap kepala putrinya.
"Ayo sayang kita pergi ke mall, putri kita tidak sabar untuk membeli sepatu baru" Lisa menggenggam tanganku.
"Legoo Mommy, baby tidak sabal membeli banyak sepatu kuning"
"Iya nak" aku mengusap keringat di pelipis Lili.
"Sampai bertemu lagi, Hajoon-ssi" Lisa mengedipkan sebelah mata sebelum membawaku dan Lili pergi.
Aku sangat tau ini ancaman untuk Hajoon.
•••
Tbc
31/03/24
If you can 😏
Gaiss! Besok ada cerita baru🥂
Harus rame kalo enggak malas lanjut.
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fam[L]ili✓
Fanfic"pelan-pelan pak cupil" start : 15/08/23 end : 10/06/24 hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 9.