"Mami, gigi udah di depan ya" ucap Gisella dengan riang, lalu mematikan sambungan teleponnya dengan sang mami tercinta.Mumpung mobilnya lagi gak rewel, doi terlalu males buat turun. Jadi dia mutusin buat nunggu mami nya siap-siap, sambil dengerin playlist di mobilnya. Karena kalau dia turun, takut nanti si mobil tiba-tiba mogok kayak biasa, doi di ceramahi lagi sama sang ibu untuk beli mobil baru. Kan sayang, mending duit di tabung beli keperluan lain, pikirnya.
"Lama gak Gi?" Tanya sang mami yang kini udah duduk cantik di sebelah. Setelah berhasil cupika cupiki sama sang mami, Gisella pun memutuskan untuk menyalakan si mobil untuk menyusuri jalanan Jakarta di minggu pagi ini.
"Mami hari ini ke butik? Biar Gigi anterin aja sekalian?" Tanya nya di sela-sela obrolan hangat mereka. Maklum lah, di tiap minggu pasti kedua ibu dan anak itu nyempetin buat membagi waktu mereka untuk sekedar belanja berdua. Hitung-hitung buat quality time bareng.
"Boleh, sekalian mami mau kenalin kamu ke anak temen mami. Nanti sore mau ke butik, mau ya?" Ucap mami nya mencoba meyakinkan sang anak, yang menurutnya udah kelamaan jomblo. Rada prihatin, lihat anak gadis satu-satunya gak punya gandengan,
Bukannya beliau gak suka, ngelihat Gisella selalu ngabisin waktu liburnya berdua doang. Tapi udah jadi tolak ukur kebahagian seorang ibu kalau anaknya punya pasangan yang bisa support kehidupan di masa depan.
Tapi bukan Gisella namanya kalau gak punya seribu alibi buat nolak, dia selalu punya cara buat menghindar dari perjodohan yang menurutnya gak penting di masa modern kayak sekarang.
"Gak mau ah mi, udah mami tenang aja. Gigi bisa cari pasangan sendiri, apaan di jodoh-jodohin kayak jaman siti nurbaya aja" celotehnya sedikit kesal.
Kini mobil mereka sudah memasuki perkarangan mall terbesar di Jakarta. Gisella menurunkan sedikit kaca mobilnya untuk menyapa seorang security yang cukup familiar, sangkin seringnya mobil dia nangkring di mall ini.
"Kapan? Terakhir kali kamu bawa pacar kamu lima tahun lalu, loh Gi. Mami bahkan udah lupa mukanya, siapa itu namanya?" Tanya mami nya yang mencoba mengingat sosok perempuan yang anaknya bawa kerumah,
Gisella menghela nafasnya berat, lalu mematikan mesin mobilnya setelah berhasil mendapat spot parkir.
"Kanaya, mi. Stop bahas dia, orangnya udah mati" celetuknya kesal, lalu turun dari mobil.
"Huss! Mulutnya!" Titah sang mami yang kaget denger celotehan kotor dari sang anak.
Namun sang mami enggan membahas topik ini lagi, karena tau kalau mood Gisella mudah naik turun kalau ngomongin jodoh. Dalam hati dia berharap kalau suatu saat sang anak bisa membawa orang baru ke hadapannya, biar hatinya bisa lega.
"Udah mami tenang aja, lusa aku bawain kerumah" ucap Gisella sembari memeluk lengan mami nya, dalam hati dia juga kepikiran buat ngajak siapa untuk di bawa ke rumah.
Pilihannya antara Suri, calon pdkt baru yang kemungkinan belum tentu mau, atau....
Mendadak dia memikirkan satu nama, yang dimana ketika dia membayangkannya udah bikin bulu kuduknya jadi naik sendiri.
'Gak mungkin dia, enggak bakalan' runtuknya dalam hati.
...
Senin pagi yang cerah, matahari berhasil masuk celah kacamata hitam milik Gisella. Meski mood nya rada buruk pagi ini, tapi sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap menjalani senin harinya dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend Lovers
RomanceGirl, do you really wanna be my friend? Or do you really wanna be my lover? If not, baby, let's pretend, pretend, love - Montell Fish.