Content warning: sedikit vulgar, NSFW
"Cie jaket baru, Nih. Tumbenan" komentar Cindy yang menatap punggung Ninda yang terbalut Jaket kulit berwarna hitam slim fit, pemandangan yang sangat langka.
Toh, perempuan berambut blonde ini lebih suka pakai kemeja linen ngepas badan atau gak crop top, tipikal cewek-cewek Jaksel yang sering di temui di coffee shop kebanggaan.
"Biasa deh, di paksa Kak Gigi, kalau gak di pake ntar gue di omelin, udah di beliin juga" ujarnya santai, lalu membuka jaket yang kini ia gantung di kursi kerja nya.
"Cie" satu kata seruan kembali muncul dari mulut Windy yang kini duduk di meja nya, dia gak sengaja dengar obrolan kedua temannya ini, untung cepat sampai kantor. Kan jadi gak ketinggalan berita penting.
"Apaan sih, Win. Gak lucu" ucap Ninda rada gak terima, rasanya mendengar kata barusan dari mulut Windy, terasa seperti ledekan super menjengkelkan.
Maklum, Windy kan paling tahu seluruh cerita di banding Cindy, bikin Ninda merasa di olok-olok oleh oknum yang sering dengerin curahan hati nya.
"Sinis banget, Boss. Lagi red day ya lo?" Tanya Windy yang tak di gubris sama sekali.
Cindy kini menarik kursi yang punya roda di ke empat sisi, mendekat diantara meja Ninda dan Windy.
"Cerita dong, udah sampai mana hubungan kalian?" Tanya nya sedikit antusias, maklum lah diantara ketiga nya, cuma Cindy yang gak terlalu update. Sebagai tangan kanan Bu Tara, dia terlalu sibuk ngurusin kerjaan. Jobdesk nya terlalu banyak, rada gak sesuai sama gaji yang cuma beda dikit sama yang lain.
"Gak gimana-gimana, temenan doang"
"Temenan kok tidur bareng" celetuk Windy asal, yang berhasil dapat pelototan maut dari Ninda.
"Mulut lo sekali lagi, gue sumpel pake kaos kaki!"
Windy cuma nyengir tanpa rasa bersalah.
"Tapi kok bisa sih? Gisella juga berubah drastis semenjak dekat sama lo, dan kalian akhir-akhir ini selalu pulang bareng juga kan? Yakali gak ada apa-apa" ucap Cindy yang menatap ke arah dua temannya itu dengan penuh selidik, sedikit takut kalau ada rahasia diantara ketiganya.
Sementara Ninda menggeleng lemah, kedua netra nya kini menatap meja kosong di sebrang sana. Yang dia tahu kalau pemiliknya sedang pergi untuk meeting dengan atasan lain di kantor pusat. Gisella memang sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya agar bisa mengantar Ninda sampai kantor, lalu pergi lagi ke kantor pusat yang jaraknya 7km dari gedung mereka. Kurang effort apa coba?
"Hts yakan, Nin? Biasalah bocah jaman sekarang, suka gamau ada status padahal saling cinta. Mending haluin idol korea aja kalau kata gue" komentar Windy lagi, yang berhasil mendapatkan satu lemparan bolpen tepat di jidat.
Siapa lagi pelakunya, kalau bukan Nindy yang menatapnya dengan penuh amarah.
...
Seluruh perkataan Windy tadi pagi berhasil menganggu pikiran Ninda sehari penuh, dari tadi dia cemberut, bahkan ikut ngediamin Gisella yang sama sekali gak punya clue.
Sehabis makan malam, tentunya yang mereka pesan dari aplikasi online tadi, Ninda ninggalin Gisella gitu aja ke ruang tv, sementara yang lebih tua beresin bekas makan mereka seorang diri.
Sehabis mencuci piring, Gisella ikut duduk di sebelah Ninda yang daritadi gonta ganti channel netflix, kayak gak ada tujuan.
"Lanjutin series kemarin dong, nanggung banget sisa dua episode" saran yang lebih tua, melanjutkan rutinitas yang mulai biasa mereka lakukan akhir-akhir ini, mungkin bakal jadi pilihan yang baik buat balikin mood Ninda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend Lovers
RomanceGirl, do you really wanna be my friend? Or do you really wanna be my lover? If not, baby, let's pretend, pretend, love - Montell Fish.