Hari pertama di awal minggu yang super duper sibuk, sudah jadwalnya juga buat anak kantor menyelesaikan setumpuk deadline, karena pasti sore nya bakal meeting, seperti biasanya.
Sementara Ninda masih mondar-mandir di ruang tengah rumahnya, sembari mengecek arloji di tangan kiri berulang kali. Seseorang yang berjanji akan menjemputnya pagi ini, tak kunjung juga. Bahkan sudah pukul setengah delapan pagi, cukup kesiangan untuk sampai kantor di jalanan padat begini, maklum deh, jam-jam rawan macet.
Sebuah bunyi klakson berhasil sampai di telinganya, celingak-celinguk dirinya mengintip ke balik tirai yang menutupi jendela itu, mencari wujud mobil merah yang ia hafal mati. Nihil!
Satu kali bunyi lagi, di iringi suara teriakan seorang perempuan dari sebrang pagar rumahnya, maklum jarak pagar dan pintu sedikit jauh.
"NINDAA!" Teriak Gigi dari atas motor mio yang sudah di modifikasi berwarna kuning cerah, entah milik siapa.
Ninda pun bergegas keluar rumah, sembari berteriak pada bibi yang masih bersih-bersih di area dapur,
"Bibi, Anin pergi dulu ya!" Pamitnya dengan menyebutkan panggilan kecilnya pada perempuan setengah baya, yang sudah ia anggap seperti ibu kedua.
"Iyaa neng, hati-hati. Jangan lupa bekalnya" balas Bibi yang berjalan setengah berlari membawa goodie bag putih,
Ninda menerimanya dengan tersenyum tulus, lalu menyalim tangan yang lebih tua.
"Tumbe.." ucapnya setengah sadar,
"Anjing, motor siapa ini? Jelek banget gue gamau pergi sama lo!!!" Ucapnya setengah histeris, siapa yang gak miris kalau di bonceng naik motor mio modifikasi ala jamet ngabers, kan Ninda malu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gamau, ah. Malu kak! Ngerti gak sih, lagian mobil butut lo kemana??"
"Mogok, Nin. Ini tadi di pinjemin motor sama mang Ujang, udah syukur aku nyampe disini ya. Udah cepet naik, ntar aku turunin kamu di halte aja biar gak keliatan bareng" pujuk yang lebih tua dengan mimik wajah cemas, pasalnya mereka cuma punya waktu dua puluh menit buat sampai kantor.
Gak punya waktu buat berdebat juga kan?
Akhirnya dengan berat hati, Ninda pun setuju buat naik, dengan mengeratkan pelukannya, dia pun sedikit menundukan kepala di balik bahu Gisella, takut jikalau ada orang yang ia kenal papasan di jalan. Mau di taruh mana wajah cantiknya?
"Jangan ngebut"
Gisella mengengkol motor yang ternyata staternya sudah tak berfungsi dengan baik itu, lalu segera naik setelah memastikan mesin berhasil nyala.
"Gak sempat, Nin. Pegangan kuat yaa?" Ucapnya saat menancapkan gas dengan kecepatan penuh, mereka perlu melewati kepadatan jalanan Jakarta.
Meski ngebut, Gisella bisa memastikan kalau ia sangat lihai dalam membawa motor, buktinya gak sampai dua puluh menit, mereka sudah sampai halte kantor. Mirip orang kesetanan, kalau bawa motor.