Coffee?

874 91 14
                                    

Maju kena mundur kena!

Defenisi hidup Ninda kali ini. Meski baru menginjak sebulan kerja, udah nemu musuh baru di tempat yang harusnya jadi rumah kedua.

Memang bener kata pepatah, gak semua rekan kerja bisa di jadikan teman dekat. Dalam kasus ini, hubungan senior dan junior pun gak luput dari terpaan masalah.

Sangkin gak akurnya hubungan mereka, orang-orang sampai ngejulukin si Tom&Jerry 2024.

Meski keduanya enggan bahas kejadian tempo hari, sama-sama nganggep kejadian itu angin lalu yang harus di lupain, tapi tetep aja kelihatan. Keliatan saling menyimpan DENDAM.

"Ninda, kamu beli kopi yaa buat meeting nanti, ajak Gisella buat bantuin kamu. Dia yang tau apa aja yang harus di beli" ucap Bu Tara tanpa beban.

"Saya sendiri aja deh bu"

"Kenapa sendiri? Udah sana bareng Gisella. Saya gamau ya lihat kalian gak akur begitu"

'Masuk neraka nih gue' umpat Ninda dalam hati.

Dengan muka masam dia pun meninggalkan ruangan Bu Tara dengan lemas. Jauh di lubuk hatinya sedikit gugup, menghampiri satu meja di ujung sana yang menurutnya membawa hawa negatif.

Yang di tuju masih cuek bebek, dengan earpone yang menyumbat kedua telinga. Rada gak perduli juga dengan kehadiran tubuh mungil Ninda yang udah berdiri depan meja.

"Lo budeg ya?" Ucap kesal Ninda sembari menarik paksa salah satu earphone itu.

Yang di tarik tentunya merasa terusik, bahkan kedua matanya mendelik seolah ingin keluar dari frame kacamata tebalnya.

"APA?"

"Buset galak banget bos! Kalau bukan di suruh Bu Tara, gue juga ogah nyamperin lo"

"Lo pagi-pagi udah ngajak gelud ya, Nin. Apaan cepet?? Kerjaan gue bejibun"

Ninda menatapnya dengan tapapan yang sulit di artikan, seenteng itu mulut senior tercinta kalau berucap. Dikira yang paling sibuk dia doang kali ya??

Dengan satu kali tarikan nafas, dia mencoba mengumpulkan keberanian untuk ngomong, meski dia tau ucapan selanjutnya bakal menyakiti gengsi.

"Cepetan!"

"Temenin gue beli kopi" ucapnya pelan, bikin Gisella jadi mengerutkan dahi rada bingung sama situasi apalagi yang harus dia terima.

"Lo gak salah ngomong?? Coba ulang sekali lagi?"

Muka Ninda merah padam, disatu sisi merasa di permainkan sama sosok senior teladan andalan kantor.

"Gausa budeg, ayo temenin gue beli kopi. Ini tuh perintah bu Tara"

Gak ada jawaban, dirinya cengo natap Gisella yang kini meletakan kedua earphone ke balik kantong celana. Gak lupa juga perempuan yang lebih tinggi itu menyemprotkan beberapa titik area di tubuh dengan parfum yang Ninda tau harga nya cukup mahal.

Okay? Seefort itu untuk sekedar nemenin beli kopi.

"Ayo, malah bengong" ucapnya acuh meninggalkan Ninda yang masih diam di tempat, sementara dia berjalan terlebih dahulu menuju lobby.

Dengan langkah yang terburu-buru, Ninda pun berhasil menyamakan langkah nya dengan Gisella. Meski jarak gedung dan Kafe hanya beberapa meter, terlihat jelas kalau ada titik kegugupan di air muka Gisella. Meski ragu, tapi Ninda tetap memilih diam aja.

Kringg!

Suara pintu kafe terbuka, di iringin dengan sapaan riang dari Barista perempuan yang cukup asing di mata Ninda.

Pretend LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang