For You

1K 92 10
                                    

Gisella berlari di sepanjang lorong kantor polisi, tak perduli sama tatapan aneh dari semua penghuni ruangan yang tampak terganggu sama kedatangannya yang terkesan mendadak dan terburu-buru.

Gak perduli sama keringat yang sudah lebih dulu mengucur deras membasahi pelipis dan lehernya, begitu sampai di depan ruangan, ia lebih dulu menarik kerah kemeja yang di kenakan Jordan, lalu memukul pria itu tepat di pipi kanan.

Tak perduli sama wajah yang sudah lebih dulu hancur akibat keroyokan warga, pukulan Gisella gak berarti apa-apa di banding tingkah laku bajingan di depan, yang kini tertawa mengejek ke arah nya.

"Anjing lo, berani-berani nya lo lecehin Ninda. Otak lo dimana? Lo kira gue gak bisa jeblosin lo ke penjara?" Teriak Gisella di depan muka bonyok Jordan yang kini dengan sigap di tahan oleh petugas kepolisian yang berjaga, bahkan tubuh Gisella juga ikut di tarik paksa, takut kalau keributan kembali terjadi di ruangan ini.

"Coba aja kalau lo bisa" ucap Jordan tak kalah tengil, ia mencemoh seluruh omongan Gisella, gak merasa gentar sedikitpun,

Belum sekali lagi Gisella hendak memukul lelaki itu, tangan Ninda lebih dulu menarik tubuh Gisella, mencoba menenangkan.

Takut kalau kericuhan mereka bakal mempekeruh keadaan.

"Kak, Please, udah. Aku malu"

"Gak bisa, Nin. Banci problematik kayak dia ini harus di kasih pelajaran" ucap Gisella lagi yang mencoba melepaskan diri dari pelukan Ninda, ia gak perduli sama badan-badan tegap dari polisi yang bertugas, emosinya udah lebih dulu sampai ke puncak kepala.

"Kak, tolong, dengerin aku.. Cukup sampai sini aja masalahnya.."

"Kamu gila ya? Kamu rela di sakiti laki-laki gay kayak dia ini? Aku udah bilang dari awal, jauhi dia kamu gak pernah mau denger omonganku, dia cuma jadiin kamu kedok di keluarga nya, mau-mau nya kamu di perdaya sama spesies binatang kayak gini" ucap Gisella dengan penuh emosi, gak perduli sama orang lain yang bakal dengar obrolan mereka.

Bahkan dia juga gak perduli sama beberapa pasang tangan yang mulai ngevideoin mereka secara diam-diam, kalau sampai berita ini viral, dia gak bakal segan-segan buat jeblosin lelaki itu di penjara.

Gak perduli sama nama baik nya yang bakal ikut tercoreng, amarahnya sudah kalap.

Jordan mendelikan matanya, sedikit kaget sama ucapan Gisella yang secara gak langsung ngebongkar rahasianya, sebuah aib yang ia coba tutup rapat-rapat dari keluarga.

Tentu alasan besar kenapa dia harus menikah di tahun ini, karena keluarga yang terlalu mendesak, umurnya udah gak lagi muda, Jordan juga bakal jadi penerus bisnis keluarga, sebagai anak lelaki satu-satunya, tentu ia harus punya istri sebagai pelengkap di keluarga kecil yang bakal dia bangun.

Tak sengaja bertemu Ninda di lift kantor kala itu, membuat Jordan berpikir, kalau perempuan ini lah yang cocok jadi kriteria pendampingnya nanti. Selain cantik dan pintar, tentu Ninda terlahir dari keluarga baik-baik, tentu ibu nya bakal langsung suka pada pandangan pertama.

Jelas mendekati Ninda secara ugal-ugalan bakal jadi tameng yang baik untuk menutupi seksualitasnya yang menyimpang, meski di awal dia berpikir kalau Ninda bakal luluh dengan status ekonomi yang dia punya.

Walau seiring berjalannya waktu ia menerima fakta kalau Ninda tak mudah tergiur sama status sosial semata, perempuan itu cukup independent, dan tak suka di atur. Dan sejak beberapa hari lalu juga, Jordan mendapati fakta kalau Ninda juga sama sepertinya, menyukai perempuan. Tentu aja hal tersebut yang jadi trigger terbesar, kesabarannya habis total, karena Ninda makin sulit di taklukan.

Belum sempat Jordan membuka suara, kedua orang tua Ninda lebih dulu sampai di ruangan, tentu aja dengan raut wajah panik, bercampur kecewa.

"Sayang, kamu gapapa?" Jihan langsung memeluk putri semata wayangnya itu dengan erat, ikut menangis saat mendengar tangisan wanita bertubuh kecil itu kembali pecah.

Pretend LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang