Pretend lovers

1.1K 81 5
                                    


Ada perasaan aneh di hari pertama menjalin kasih, terutama sama manusia yang dulunya nyebelin di mata kita. Walau sudah gak terhitung juga, berapa kali berbagi kecupan di sela-sela menjalani kehidupan sebagai rekan kerja dulu. Baik Gisella masih saja canggung.

Walau jadi yang paling tua di hubungan ini, gak jarang dia masih suka bingung harus ngapain aja, terutama di date pertama mereka. Jujur dia buta soal pacaran, dari bayi sampai gede gini gak pernah juga punya pengalaman serupa, paling mentok juga hts.

"Kenapa sih, melamun terus?" Tanya Ninda pelan,

Ninda berusaha membalikan pancake yang lagi di panggang diatas telfon, pagi-pagi buta gini dia udah ngobrak-ngabrik dapur milik Gisella. Rencana sih pengen bikin sarapan sederhana buat mereka berdua, setalah tadi malam abis berperang ria.

Giselle menggelengkan kepalanya, sedikit ragu buat ngomongin perasaaannya. Padahal kan niatnya pengen bikin perempuan di samping jadi terkesan,

"Di tanya malah diem, pengen di jahit mulutmu?" Cerca Ninda lagi setengah kesal, daritadi udah tiga kali gak sengaja merhatiin Gisella bengong, bahkan wajah melamun itu ikut bersandar pada kedua tangan yang berpangku diatas meja makan.

"Aku bingung, Nin. Kalau ngedate tuh biasanya ngapain aja sih?" Ucapnya pelan, kedua matanya melirik ke arah Ninda yang kini ikut berbalik arah pada nya.

Ninda ikut duduk di sebelah, tangannya menyajikan dua piring pancake yang terlihat masih hangat, terbukti dari asap kecil yang mengebul di udara.

"Tergantung, sepengalamanku sih cuma makan, nonton atau gak main ke timezone"

"Itu kan sering kita lakuin dulu, Nin"

Gisella membasahi pinggiran pancake dengan saus caramel kesukaannya, lalu mencicipi hasil masakan sang kekasih, ia mengangguk setuju untuk rasa yang menurutnya pas di lidah,

"Sejujurnya aku gak masalah kalau hari ini kita full di rumah" celetuk yang lebih muda dengan gemas.

"Kok gitu?"

"As long as i'm with you, udah lebih dari cukup. Lagian kita gak punya waktu banyak sampai kamu balik nanti kan?"

Telak,

Gisella bingung harus merespon apa, jujur aja pasti ada banyak rasa bersalah di dada nya sekarang. Dia tahu kalau keduanya bakal merindukan kehadiran satu sama lain dalam tiga hari kedepan, gak banyak yang bisa di lakukan selain menikmati momen yang ada.

Walau jauh di kepalanya sendiri ingin menikmati momen spesial pakai telor di hubungan perdana. Gisella selalu ingin merasakan kencan pertama.

Ninda beranjak dari meja makan, menuju pantry untuk mematikan kettle listrik yang sejak tadi sudah mengeluarkan uap panas. Dengan perlahan ia menuangkan air panas itu kedalam tea pot yang berisikan chamomile, yang ia baru tahu kalau Gisella punya banyak koleksi di rak-rak dapurnya.

"Sejak kapan?" Tanya nya, sambil menyajikan dua cangkir keramik kosong yang sudah lebih dulu di basahi air hangat untuk mereka, lalu ikut duduk di samping.

Gisella menatap kearah tea pot yang terbuat dari kaca transparan itu, seolah tau apa yang di maksud dari pertanyaan wanita kesayangannya.

"Gak inget, semenjak di Milan, aku lebih suka ngeteh daripada ngopi. Mungkin karena suka insom, selain itu..."

"Apa?" Tanya Ninda retorik, tentu dia tahu apa jawaban utama di balik pertanyaan itu.

"Chamomile selalu ngingetin aku sama kamu, Nin. Tiga tahun tanpa omelan kamu tuh, bikin aku gila sendiri. Teh ini cuma jadi satu-satunya pelarian biar rinduku teratasi"

Pretend LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang