Gadis centil dan periang, begitulah sebutan untuk Nindia Atmadja, siapa yang gak suka bahkan bisa menolak pesona nya? Bisa di pastikan satu perusahaan juga senang sama kehadirannya.
Ibarat sehari gak ketemu Ninda, kayak kurang lengkap. Ini anak juga moodbooster, apalagi kalau udah ketawa, suka bikin yang denger jadi ikutan ketawa. Happy virus banget!
Gebetan? Puluhan cowok bahkan cewek ikutan ngantri buat ngajak Ninda jalan setiap harinya, tanpa terkecuali, bahkan dia dengan senang hati buat hangout bareng rekan divisi lain tiap pulang kerja. Hidup Ninda udah di dedikasikan buat party, jiwa sosialitanya mendarah daging sejak lahir kebumi.
Hanya ada satu tipe manusia di muka bumi ini yang gak setuju sama statment diatas, siapalagi kalau bukan sosok senior galak, anti sosial dan kaku di perusahaan mereka, yakni nona muda Gisella.
Gisella tipe kebalikan dari Ninda, sudah introvert, jarang senyum, lebih suka ngomong blak-blakan sesuai isi kepala tanpa filter. Gak suka berbaur selain urusan kerjaan, bahkan bisa di hitung jari berapa kali dia bisa di ajak ngobrol kalau di jam kerja. Bikin anak-anak lain jadi jenggah sendiri ngadepin dia.
Banyak juga kejadian gak mengenakan kalau nyebutin nama Gisella, hampir seluruh populasi manusia di kantor pasti pernah berurusan sama dia, paling sering jadi bahan berantem tuh kalau gak soal parkiran sembarangan, ya karena kerjaan yang gak sesuai standarnya bakal di maki abis-abisan. Toh, Gisella ini tipikal atasan yang perfeksionis nan menyebalkan. Bikin orang gak betah ada di sekitarnya.
Sebenernya Gisella begini juga punya alasan tersendiri, ada satu hal di masalalu yang menyakitkan yang bikin dia jadi pilih-pilih dalam bergaul.
Tapi yaa gak bisa di pungkiri kalau anak-anak lain juga gak pantas mendapatkan perlakuan kasarnya.
Sebuah hubungan antar kolega yang rumit!
"Nin, jangan lupa email ke gue kerjaan kemarin" ucapnya saat melewati meja Nindia, tanpa senyum sapa salam layaknya manusia normal saat bertemu.
Sementara Nindia yang mulai hafal tingkah laku sang senior tersebut cuma bisa mengangguk pasrah. Bukannya gila hormat, tapi kadang kesel juga liat muka super jutek di pagi hari yang seharusnya cerah.
Lihat muka Gisella tuh, bikin langit seketika mendung mendadak.
"Siap bossku" balasnya dengan sindiran.
Windy yang gak sengaja dengar pergulatan kecil itu, cuma bisa pura-pura gak tahu. Lebih baik cari aman daripada ikutan di semprot sama manusia paling nyebelin.
Ninda sudah selesai merapikan meja kerjanya, masih ada lima belas menitan sebelum jam masuk kerja dimulai. Dia berinisiatif untuk membeli minuman di kafe sebrang terlebih dahulu, hitung-hitung buat balikin moodnya yang sempat rusak.
"Ada yang mau nitip gak?" Tanya nya pada anak-anak yang udah datang, meski hanya mendapat gelengan kepala sebagai jawaban.
Dengan santai dia berjalan, melewati lorong ruangan yang menyisakan banyak pasang mata jelalatan yang menatapnya dengan tatapan hendak menerkam mangsa.
Ninda tau kharisma nya terlalu membara, dia juga gak terlalu perduli sama tatapan hidung belang di luar sana. Baginya, kecantikan yang sudah di berkati sejak dalam kandungan memang harus di bagi ke semua insan.
Tapi sayang, senyuman itu sirna saat ada satu suara deheman terdengar.
"Kenapa?" Tanyanya mulai sewot, saat tau siapa orang di sebelah.
"Baju lo gak ada yang lebih pendek dari ini?" Komentar wanita itu sambil menatapnya dari atas sampai bawah, bikin Ninda merasa di telanjangi dengan tatapan maut tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/366061477-288-k131151.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend Lovers
RomanceGirl, do you really wanna be my friend? Or do you really wanna be my lover? If not, baby, let's pretend, pretend, love - Montell Fish.