"Marriage is not a noun; it's a verb. It isn't something you get. It's something you do. It's the way you love your partner every day."Satu quotes yang menjadi tema dari pernikahan dua sejoli yang mengikat cinta mereka di hari ini.
Cindy berdiri di atas altar dengan gaun putih menjuntai indah sampai mata kaki. Ia bersanding dengan seorang pria yang gak kalah tampan, yang berdiri di sampingnya dengan tuxedo hitam yang sempurna, menyatu dengan lekuk tubuh atletis.
Semua tamu undangan bersorak gembira, terutama saat kedua pengantin itu saling berbagi ciuman, tepat setelah pastor menyatukan mereka dengan sumpah dan janji untuk sehidup semati.
Ninda dan Windy sama-sama menitikan mata, terharu akan hari spesial sahabat karib mereka.
Sedikit gak nyangka kalau pertemenan yang di mulai saat hari pertama kerja itu, bisa awet sampai sekarang, kalau di hitung sudah lebih dari empat tahun mereka bersama.Setelah acara pemberkatan selesai, kedua mempelai ikut turun ke area taman, menemui sanak saudara, serta para tamu undangan lain. Sebab konsep pernikahan yang mengusung Garden Party ini, bikin acara jadi lebih santai dan intimate.
Cindy bahkan bergabung di meja kedua temannya saat sedang asyik menikmati cemilan-cemilan yang tersaji, di temani dengan segelas champagne, membuat ketiga perempuan itu larut dari obrolan.
"Cie malam pertama" ledek Windy dengan celotehan nyelenehnya, yang berhasil mendapat tamparan di lengan.
Siapa lagi pelakunya, kalau bukan Ninda. Yang kini melotot marah sama komentar gak penting dari teman berambut pendek itu.
"Apasih, suka-suka gue mau ngomong apa" marah Windy kali ini, rada gak terima ngelihat lengan kanannya merah bekas tamparan.
Sakit juga.
"Udah tua, bikin malu aja" celoteh Ninda gak mau kalah, sementara Cindy cuma bisa geleng-geleng kepala lihat tingkah temannya.
"Jordan kemana? Aku gak lihat dia daritadi" tanya Cindy lagi,
Ninda menunjuk sebuah punggung yang membelakangi mereka di ujung sana, yang tampak sedang ngobrol dengan seseorang lelaki berumur lebih tua, mungkin seumuran dengan ayahnya Cindy.
"Biasalah, tadi gak sengaja ketemu clientnya disini. Kayaknya temen bokap lo deh"
"Wuih, pacar Anin gak jauh-jauh dari orang penting nih gue liat-liat"
"Belum pacar ya, nyet"
"Yauda sih, terima aja. Betah banget lo ngejomblo"
"Ngaca! Kayak lo gak jomblo aja" ledek Ninda lagi, bikin Windy jadi bungkam kali ini.
Rada miris sih, sesuka itu sama sosok Jenni dari jaman bocah, bikin Windy jadi terjebak sama masa lalu, gak berani ambil langkah buat deketin, eh malah berakhir jomblo sampai umur segini.
Tapi Ninda juga gitu sih, percintaannya akhir-akhir ini ikutan gak mulus. Itulah alasan kenapa mereka berdua bisa akrab sampai sekarang.
Gak lama dari obrolan terakhir, terdengar dua pasang langkah kaki yang mendekat.
Satu kali sentuhan jemari dari seseorang, bikin Cindy dan is kedua temannya menoleh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend Lovers
RomanceGirl, do you really wanna be my friend? Or do you really wanna be my lover? If not, baby, let's pretend, pretend, love - Montell Fish.