Cold war?

714 70 3
                                    

Sudah dua hari, seisi kantor jadi ribut. Perkara Gisella yang sudah gak pakai kacamata lagi, bikin orang-orang yang sudah kerja bareng selama beberapa tahun kebelakang jadi ikutan pangling.

Sepanjang jalan melewati lorong, pasti beberapa orang berbisik-bisik, gak jarang juga yang langsung spontan muji,

"Gisella kamu cantik banget!"

Bahkan ada beberapa lelaki dari divisi sebelah yang secara lantang ngajak jalan, meski langsung di hadiahi penolakan dari oknumnya langsung. Heboh deh pokoknya.

Bahkan Bu Tara beberapa hari ini juga ikut nyebelin, ikut ngegoda anak temennya itu berkali-kali di tiap pertemuan,

"Lihat nih, manager kalian udah ngerti gaya. Sudah persis ibunya" ujarnya sembari tertawa karir.

Sementara Gisella cuma bisa senyum pasrah, meski agak sebal karena Bu Tara selalu bawa-bawa profesi ibunya ke orang-orang kantor, bikin Gisella jadi kepalang malu. Kan dari awal dia memang gamau di kenal sebagai anak dari desaigner terkenal, pengennya di kenal sebagai Gisella Januardi, as finance manager.

Tapi yang namanya sama atasan kan gak bisa ngelawan, toh Bu Tara punya satu alasan handal buat perkenalkan Gisella sebagai anaknya Yuriana Januardi,

"Kan aku bangga punya temen sesukses ibu mu, aku sama dia tuh udah temenan dari jaman sekolah, aku bangga sams perjuangan ibumu, Gi" begitu lah ungkapnya, di tiap perdebatan mereka.

Bisa di bilang, semenjak Gisella merubah gaya busana nya sedikit demi sedikit, banyak juga hal yang berubah di sekitarnya. Hampir semua orang jadi terlihat lebih bersahabat, bahkan banyak juga yang ingin dekat.

The power of beauty privilege!

Ada sih, satu orang. Bahkan satu-satunya manusia yang masih setia buat bersikap jutek, bahkan akhir-akhir ini jadi sering marah-marah gak jelas ke Gisella, kalian pasti sudah tau siapa subjeknya.

Nindia.

Mungkin masih marah? Entah lah, Gisella gak punya satu pun clue kenapa perempuan ini bisa semarah seperti sekarang.

Beberapa kali dirinya datang kemeja kerja perempuan itu untuk sekedar membahas kerjaan aja masih di cuekin, meski masih menjawab beberapa pertanyaan Gisella, tapi pakai nada jutek.

Miris!

"Doi cemburu tuh" bisik Windy saat mereka tak sengaja berpapasan di ruang fotokopi.

Gisella menegakan kepalanya menatap tak percaya ke wanita yang lebih tinggi dari nya, dari sekian banyak alasan di dunia, kenapa harus itu? Pikirnya.

"Iyaa, lo nya sih pake acara jadi cantik banget begini, pada naksir kan! Gue juga dikit lagi kepincut" canda Windy sambil memerian gigi putihnya, perempuan berambut pendek sebahu ini, kini menempelkan beberapa kertas ke mesin penghancur, membersihkan beberapa file penting berisi data diri para karyawan. Biar gak jadi bahan kejahatan cyber.

Sementara Gisella tertawa dengan tutur kata barusan, seluruh ucapan Windy bak omong kosong belaka yang berhasil menggelitik perut.

"Gue serius btw, gara-gara lo mulai dandan gini, dapet atensi dari semua orang di kantor. Anin jadi ngerasa banyak saingan"

"Ngaco lo, Win"

"Beneran, Kak. Kemarin waktu ngobrol pas makan siang, gue gak sengaja muji lo depan dia, langsung ngamuk anjir, abis perut gue di cubitin tuh anak" ujarnya penuh dengan ekspresi kesakitan, Windy ini tipikan manusia yang sangat ekspresif, makanya tiap dengar di ngomong berasa lagi di dongengin sangkin seru nya lihat mimik wajahnya.

Pretend LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang