Flat yang semula sepi itu kini beranjak ramai karena di isi dengan cinta dari sepasang kekasih yang kabarnya masih di mabuk asmara. Mengingat hubungan keduanya sudah beranjak hampir setahun, ibarat nyicil motor udah keburu lunas!Meski masih punya sedikit rasa cemburu, paling enggak Ninda masih punya akal sehat untuk menahan amarahnya, mengingat jam dinding bedetak di malam menuju ulang tahun dari sang kekasih, yang terlihat masih asyik-asyiknya memanggang kue berdua dengan sahabat-nya. Terlihat jelas tawa lepas dari obrolan ringan disela-sela aktivitas mereka, sementara Ninda yang di minta untuk mendekorasi meja makan cuma bisa manyun, gak lupa sama dumelan pelan di bibir.
Sok perhatian deh lo, dumelnya pelan.
Jelas dia gak bisa marah, karena Ninda gak punya keahlian sama sekali untuk memanggang kue, atau sekedar mengaduk adonan, dia lebih suka memasak makanan simple yang resepnya bisa dia dapatkan di internet. Dan begonya, Samie teramat mahir memasak, ibarat dapur sudah jadi teman kedua. Resep apa aja mah gaspol!
"Cookiesnya disusun aja, Nin"
"Apa? Panggil apa barusan?" Katanya rada gak terima,
Gisella mengernyitkan dahi, sedikit bingung harus merespon pertanyaan barusan, "Ninda?" Ulangnya sekali lagi dengan halus.
"Mana pet name nya? Sekali lagi panggil nama, aku cubit ususmu!" Cerca kesal dari Ninda yang sudah lebih dulu mencubit perut Gisella, tentunya mendapat lenguhan sakit dari yang lebih tua.
Samie tertawa cukup keras, ia merasa tergelitik sama kemarahan Ninda yang menurutnya agak kekanakan. Kapan lagi ngeliat si boss kesayangan yang tampak tunduk sama pasangannya?
"Kenapa lo ketawa?" Ninda mendelik kesal kearah Samie dan Gisella secara bergantian,
"Iyaa sayang, maaf ya? Yauda ayo makan" ucapnya lembut sembari mengecup pipi kesayangan,
Gisella yang kini meletakan tiga piring berisi steak yang masih panas ke atas meja, lalu meletakan tiga gelas kaca untuk mereka. Sementara Samie langsung membuka tutup botol wine berumur cukup tua dan menuangkannya ke masing-masing gelas untuk mereka nikmati malam ini. Dinamika yang baik untuk sepasang roomate di tahun pertama, begitulah pikir Ninda.
Ketiga nya secara kompak mengepalkan tangan untuk merapalkan doa, mengucap syukur atas rahmat dan rejeki yang Tuhan berikan pada hari ini.
Dalam adegan makan malam itu, tak banyak obrolan yang tercipta, hanya sesekali Ninda yang bertanya seputar kegiatan Gisella selama menjelang kelulusan, dan sedikit pertanyaan untuk Samie tentunya.
"Pacar lo gak cemburu kalian seatap kayak gini?"
Samie yang sedang menyesap Wine langsung tersedak, sedikit terbatuk hingga memukul-mukul dadanya. Reflek perempuan berambut blonde itu menelan air putih yang ada di meja, mencoba meredakan tenggorokan yang mendadak kering kerontang.
"Harusnya enggak sih, Nin. Udah pada gede juga, yakali cemburu"balasnya.
Ninda mengangguk pelan, "Oh gitu"
"kalau gue sih cemburu ya" katanya lagi dengan santai.
"Apa karena umur gue yang masih bocah kali ya?" Sindiran halus itu berhasil membuat muka Gisella jadi memerah. Sedikit malu, dan rasa bersalah untuk kedua perempuan yang kini saling menatap sengit.
Gak tahu kenapa, semenjak kedatangan Ninda kerumah ini, perkelahian kecil selalu ada di setiap obrolan dua sekawan yang sama sekali tak berniat akur tersebut. Rame sih rame ya, tapi Gisella pusing. Bingung mau bela siapa. Mending bela negara sih, kataku."Sayang, kan kita udah bahas ini kemarin?" Ujar Gisella sambil mengenggam lembut jemari sang kekasih, berharap kalau kemarahan perempuan itu sedikit mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend Lovers
RomanceGirl, do you really wanna be my friend? Or do you really wanna be my lover? If not, baby, let's pretend, pretend, love - Montell Fish.