33

1.4K 132 16
                                    

Paginya semua penghuni mansion di buat terkejut dengan Gempa yang sedang memasak di dapur.

Tangannya dengan lihainya memotong sayuran,sosis,baso bahkan talenannya juga ikut ke potong menjadi dua.

Sang bunda yang sedari tadi sudah memegang spatula di buat tak berkutik di tempat.

Tidak hanya Mara, bahkan Daddy Amato berserta trio TTM yang mengutip pun tak bisa berkata apa-apa.

" Gem...sejak kapan kamu bisa memasak?" Tanya Mara penasaran

Gempa menoleh tanpa berhenti memotong bahan-bahan masakan, membuat Mereka yang melihatnya meringis, takut-takut pisaunya mengenai jari Gempa.

Tapi di lihat-lihat lagi, Gempa melakukannya seperti sudah terbiasa, sangat-sangat lancar sekali, berbeda dengan Taufan yang memotong buah tapi dengan pisau yang keadaan terbalik.

" Gem memang sudah bisa memasak ko,Bun" jawab Gempa

" Masa sih? Bunda gak percaya ah" kata Mara

" Lah,terus waktu Gem di apartemen,kalo mau makan pakek apa Bun? Tentunya aja Gem memasak" ujar Gempa

" Kan kamu bisa pesen makanan, kenapa harus memasak?" Tanya Mara lagi

" Gem males mesen aja Bun, yang ada boros nanti,jadi lebih enak Gem memasak aja,lebih hemat juga" jawab Gempa

Sebenarnya Gempa memang sudah bisa memasak,hanya saja dia hanya bisa memasak sayur asem sama sayur lodeh.

Sementara Amato sudah berkeringat dingin di tempatnya, karena dia sedang di tatap dengan tatapan maut oleh istrinya berserta trio TTM.

" Ini semua salah Daddy!" Kata Thorn

Amato cengo,salah apa coba dirinya?" Memangnya Daddy salah apa?"

" Bener! Daddy salah! Andai aja dad gak ngebolehin Gempa memilih tinggal di apartemen,pasti Gempa gak akan kaya gini!" Kata Blaze

" Ini bener-bener salah Daddy,kalo Gempa terluka sedikit aja, Daddy harus tanggung jawab!" Kata Taufan

" Sayang~"

Wajah Amato bertambah pucat dengan panggilan sayang dari istrinya.

" I-iya?"

Mara tersenyum sambil memukul spatula di tangan nya" jika Gempa tergores pisau,kamu harus buntungin tangan kamu ya~"

" Loh?....ko?"

" Aku gak mau tau,ini kan semua salah kamu~"

" Aku salah apa sayang? Dari tadi di salahin Mulu?" Tanya Amato,dia tuh capek di salahin Mulu dari tadi

" Kamu memang selalu salah di mata aku,kamu nafas aja udah salah di mataku sayang~" kaya Mara

" Kamu ko gitu sih,mas selalu yang di salahin,mas gak ngelakuin apapun dari tadi, bahkan dari kemarin mas cuma duduk doang,ko di salahin?"kata Amato

Mara mendengus"YA POKONYA INI SALAH KAMU!"ngegasnya

Amato meringis,gendang telinga nya terasa mau pecah, matanya melirik ke arah trio TTM yang sedang tertawa cekikikan di belakang tubuh Mara.

"MAMPUS!" kata trio TTM tanpa suara

Sudut bibir Amato berdenyut" awas aja,uang jajan kalian Daddy potong!"balasnya tanpa suara

" Masih ada uang Bunda~" balas trio TTM

Sementara Gempa yang sedari tadi melihat kejadian itu hanya diam menatap mereka aneh, sesekali tangannya menusuk potong daging ke dalam mulutnya.

" Ketinggalan apa aku?"batinnya

.
.
.

Di sekolah,trio TTM menatap tajam pada siswa/i yang mengerumuni mereka,atau lebih tepatnya ke arah Gempa.

Bahkan dengan beraninya tangan mereka beramai-ramai mencomot pipi Gempa yang sudah seperti obesitas.

Tidak hanya pipi,ada juga yang mengusap-usap tangannya, kepalanya, bahkan pinggang Gempa tanpa ketahuan oleh trio TTM.

Gempa yang merasa di lecehkan langsung mencengkeram tangan yang lancang mengusap pinggangnya.

Sementara pelaku yang mengusung pinggang Gempa langsung berteriak, membuat orang-orang yang mengerumuni mereka kaget dan langsung mundur untuk melihat.

Semua orang menatap Gempa yang sedang mencengkeram tangan seorang siswa yang sedari tadi berteriak meminta lepas.

Gempa mengigit bibir bawahnya, matanya sudah berkaca-kaca siap untuk menangis.

" Tangan kamu lancang! Kamu grepe-grepe tubuh aku! Aku gak suka kamu! Kamu jahat hisk aku jadi kotor hisk...hisk huaaaaaa!"

Mereka yang mendengarnya tentunya kaget apalagi trio TTM, mereka langsung menarik siswa itu untuk menjauh dari Gempa, sementara Thorn langsung memeluknya seraya menenangkannya.

" Udah..udah ya jangan menangis" kata Thorn mencoba menenangkan Gempa

" Hisk..tapi kak hisk dia udah lecehin aku! Hisk dia ngusap-usap pinggang Gempa kak, bahkan sampai ke paha Gempa nyaris kena 'itu' nya kak,hisk Gem kotor! Hisk"adu Gempa

Thorn yang mendengarnya menegang bukan yang 'itu' ya,iris nya menatap tajam pada siswa yang sedang di pukuli oleh Taufan dan Blaze.

Tidak hanya Thorn saja para siswa/i yang mendengarnya tentunya terkejut, mereka beramai-ramai menatap ke arah siswa yang masih di pukuli Taufan dan Blaze.

" Wah~ parah banget nih,Ampe segitunya ya?" Siswa1

" Ternyata di sekolah kita banyak yang belok ternyata" siswa 2

" Kesian Banget Degem gue sampai di grepe-grepe siswa sedeng itu! Kenapa juga dia berada di sekolah kita sih!" Siswi 1

" Bener tuh! Aduh Degem gue jangan nangis doang!" Siswi 2

Kita beralih ke Taufan dan Blaze.

Mereka masih memukuli waria-- maksudnya siswa yang sudah berani meng grepe-grepe tubuh adik mereka.

BUGH!

BUGH!

BRAKK!"

" Sialan Lo! Berani banget Lo lecehin adik kita,cari mati Lo!"kata Blaze

"M..maaf kak...a..aku di suruh sama seseorang" kata siswa itu dengan terbata-bata

Taufan dan Blaze menyerit mendengar hal itu.

" Siapa yang nyuruh Lo!" Tanya Taufan

" Aku..g..ak tau siapa kak,dia cuma nyuruh ...aku buat grepe-grepe tubuh Gempa" jawab siswa itu

" Dan Lo mau aja? Sialan Lo! Memang harus mati sih Lo!" Kesal Blaze

" Maaf kak,maaf!"

Tak lama datanglah trio TC, mereka bertiga yang baru saja datang menatap bingung semua orang, hingga mata mereka tertuju pada Gempa yang masih menangis di pelukan Thorn, mereka lantas bergegas menghampiri Gempa.

" Ada apa ini? Kenapa Gempa menangis?" Tanya Solar

Thorn menatap tak suka pada trio TC itu, hingga dia tersenyum kecil, bukankah bagus juga jika ada tambahan buat mukulin siswa tadi?

" Adikku di lecehkan oleh siswa itu!" Kata Thorn sambil menunjuk ke arah siswa yang sudah tak sadarkan diri di tanah,tapi masih di pukuli oleh Taufan dan Blaze

Mereka yang mendengarnya melotot terlebih lagi Halilintar,kedua tangannya sudah terkepal kuat,iris Ruby nya menatap tajam pada siswa itu, hingga dia melirik pada kedua temannya (bawahan nya).

Ice dan Solar mengangguk samar, mereka mengerti dengan tatapan Halilintar.



GEMPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang