Dua hari berlalu dari kejadian yang Naya alami dari Travis hari itu, sekarang sudah masuk hari Minggu. Naya cuman masuk 2 hari lalu kembali libur, nanggung banget gak sih?.
Pukul setengah 1 siang Naya masih berada di tempat tidurnya, ia sedang malas melakukan apapun hari ini bahkan dia belum makan apapun seharian ini.
Semalam ia habis maraton mengerjakan tugas yang ia tinggalkan semasa ia di rumah sakit dulu dan untungnya bisa selesai dalam semalam, ucapkanlah terimakasih kepada otak Naya yang cukup pintar ini.
Ya meskipun harus memakan waktu istirahat Naya, dia baru bisa tertidur pukul setengah 4 subuh, padahal dia mulai mengerjakan tugasnya pukul 8 malam. Bayangkan berapa lama dia memandangi layar laptop nya sampai rasanya matanya menjadi juling.
Naya menggeliat malas di atas kasurnya, perutnya sudah sedari tadi berbunyi minta makan tapi Naya belum memiliki niat untuk bangun memesan makanan.
Kruyuk~~~
Perutnya kembali berbunyi membuat Naya dengan terpaksa bangun dari tidurnya, dia harus mencari makanan agar bisa tetap bertahan hidup.
Ada dua tipe manusia di muka bumi ini yaitu, hidup untuk makan dan makan untuk hidup. Nah Naya ini termasuk ke bagian makan untuk bertahan hidup,jadi kalau semisal dia merasa masih sanggup bertahan ya dia tidak makan, syukur-syukur nya juga dia tidak pernah tuh mengalami naik asam lambungnya ataupun dapat magh, atau sudah yah? Entahlah Naya tidak perduli.
Naya melihat ke arah jam dindingnya yang sudah masuk pukul 1 siang, berarti dia sudah melamun selama 30 menit tadi, dan sekarang dia kembali melamun ingin memakan apa.
"Makan apa ya?" Gumamnya. Dalam otaknya ada 3 pilihan makanan sekarang, nasi Padang, bakso, atau mie. Setelah berpikir sejenak Naya memilih untuk makan nasi Padang saja, sudah lumayan lama dia tidak makan itu.
Jadi Naya segera mengambil ponselnya untuk memesannya secara online, tapi sudah 15 menit tidak ada satupun driver yang mau mengambil pesanan nya, ada apa ini? Masa Naya harus ke warungnya sendiri sih.
Menghela nafas kasar Naya membatalkan pesanannya, tak ada pilihan lain selain pergi membelinya sendiri. Jadi Naya langsung bersiap-siap mengganti bajunya, untungnya dia sudah mandi subuh tadi sebelum tidur jadi dia merasa gak perlu mandi lagi soalnya kan dia cuman tidur.
Selesai mengganti bajunya Naya pun memulai perjalanannya menuju warung nasi Padang. Doakan semoga dia bisa melewati semua rintangan yang ada di jalan.
Dengan semangat yang menggebu-gebu Naya berjalan keluar dari kamar kosan nya demi sebungkus nasi Padang, dalam pikirannya tertanam bahwa tak akan ada yang bisa menghentikan dirinya, hujan dan badai pun tak akan bisa.
Tapi waktu sampai di depan tangga seketika semangatnya menurun. Naya menatap tangga di hadapannya dan kembali menghela nafas. Lagi-lagi dia harus melewati tangga dengan kondisi kakinya yang seperti ini, yang ia kira perjalanan nya akan mulus ternyata baru keluar kamar saja sudah ada tantangannya.
Dengan perlahan Naya mengambil posisi duduk dan mulai menuruni tangga dengan posisi duduk, beberapa saat kemudian dia pun berhasil melewati tangga, dengan cepat ia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kosan.
Naya mengeluarkan ponselnya mau memesan ojek online karena kalau dirinya berjalan ke warung nasi Padang nya dia akan kembali masuk ke dalam rumah sakit. Ya sebenarnya Naya gak keberatan jalan kaki ke warung nasi Padang nya tapi jaraknya akan terasa sangat jauh kalau dia berjalan dengan kondisinya yang sekarang.
Tak lama ojek yang ia pesan pun datang. Waktu drivernya melihat kondisi Naya, bapaknya agak kaget dan nyaranin buat pesen taksi online saja supaya lebih nyaman buat kakinya, tapi Naya berkata gak usah dia naik ojek saja karena kalau taksi kan lebih mahal daripada ojek, dan lagi dia juga perginya gak jauh-jauh amat kok.
20 menit perjalanan karena macet akhirnya Naya sampai di warung nasi Padang nya, setelah membayar ojek Naya dengan semangat masuk ke dalam warungnya, matanya berbinar menatap lauk yang begitu menggiurkan untuk disantap. Naya pun memesan makanan dan memilih untuk makan di tempat daripada dia harus repot lagi membungkus nya untuk pulang ke kosan.
.
.
.Disebuah ruang kerja yang cukup luas. Di dalamnya terdapat tiga orang laki-laki berbeda usia. Ketiganya tampak berbincang dengan serius membahas sesuatu.
"Bagaimana kau sudah menemukan cara untuk menghancurkan mereka?" Tanya seorang pria paruh baya kepada pria berumur 25 tahun di samping kirinya.
Yang ditanya menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Ada banyak sebenarnya, tapi itu terlalu beresiko kalau tidak dilakukan dengan rencana yang matang, " ucapnya."Bagaimana denganmu?" Tanya pria paruh baya kepada pemuda di sisi kanannya.
Pemuda yang ditanya tengah sibuk dengan ponselnya lalu sesaat kemudian beralih menatap ke arah sang penanya.
"Sudah kubilang aku tidak mau ikut campur dengan masalah ini, "ucapnya dengan datar. Dia sudah berulang kali mengatakannya kepada pria paruh baya di sampingnya itu kalau ia tak mau ikut campur dengan urusan mereka.
Dan lagi pria tua itu sudah dibantu oleh pria yang dihadapannya, tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Entah sudah beberapa tahun dia menyaksikan keduanya terus merancang rencana demi rencana untuk membalas dendam dan menghancurkan keluarga itu.
"Dan sudah kukatakan juga kalau kau harus mau," balas pria paruh baya.
"Aku yakin kau sudah mendapatkan satu cara yang bisa menghancurkan mereka dengan mudah, jadi ayo cepat katakan." Kakaknya ikut menimpali ucapan pria tua itu yang tak lain adalah kakeknya.
Ia menatap ke arah adiknya yang tampak terdiam di tempatnya entah sedang memikirkan apa, dia bisa menebak kalau adiknya itu sudah memikirkan sesuatu yang luar biasa tapi tak pernah mau di ungkapkan.
"Lihatlah, kau terdiam begitu saja ketika aku mengatakan hal itu, "ucapnya lagi.
Pemuda itu merasa di pojokkan oleh ucapan dan tatapan kedua pria yang berada satu ruangan dengannya. Dia sebenarnya sudah memikirkan satu cara yang kemungkinan nya akan berhasil setelah ia melihat keadaannya bagaimana.
Tapi dia tidak mau melakukan hal itu dan tidak akan pernah melakukan hal itu. Lebih baik dia berperang dengan mereka daripada harus mengorbankan orang lain untuk tujuan kejam kakek dan kakaknya.
"Tidak ada," ucapnya dengan tegas. Kakaknya tampak menaikkan sebelah alisnya menatapnya dengan tatapan curiga.
"Benarkah?"
Pemuda itu menghela nafas dengan jengkel dan menatap tajam ke arah saudara yang tak ingin dia anggap itu.
"Sebaiknya kau urus saja dirimu sendiri dan ketiga antek-antek mu itu, dan selesaikan masalah kalian sendiri tidak usah mengajakku," ucapnya dengan tajam lalu tanpa berkata apapun segera keluar dari ruangan yang menyebalkan itu.
"Sudahlah biarkan saja," ucap pria paruh baya itu dengan santai.
"Apakah tidak ada cara yang lain selain yang beresiko itu?" Tanyanya.
Pria berusia 25 tahun itu tampak terdiam sejenak lalu kemudian tersenyum miring saat mendapatkan ide lain.
"Ada cara lain."
***
Hellowww 🙂🖐️
Gw mau rajin update supaya ni cerita cepet tamat, jadi gw usahain update setiap hari atau dua hari sekali, jadi jangan bosen yah.
Okelah, bye-bye 🖐️
Write: 16,04,24.
Pub:16,04,24.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
General FictionMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...