69

106 21 2
                                    

Males nunggu pagi jadi up nya sekarang.
***
Pencarian besar-besaran dilakukan antara anak buah keluarga Stewart dan anak-anak Wilson, ada sekitar 30 menit mereka mencari tapi Naya dan Juan belum ketemu juga.

Padahal hutan yang mengelilingi villa tidak terlalu luas, tapi kenapa begitu susah menemukan dua orang saja? Ditambah dengan keadaan keduanya yang sedang terluka, kondisi kaki Naya yang patah juga tidak memungkinkan keduanya untuk bisa melarikan diri dengan cepat.

Sementara itu di sisi Naya dan Juan.

Masih dengan posisi Juan yang menggendong Naya di punggungnya. Naya sudah berulah kali meminta Juan untuk menurunkannya, tapi pemuda itu terus menolak dan berkata kalau mereka belum aman.

Naya tau mereka belum aman, tapi dia kasihan melihat Juan yang kesusahan menggendong tubuhnya yang lumayan berat ini, apalagi Juan sudah menggendongnya cukup lama.

"Juan, udah. Turunin aja gw sekarang, kita udah aman kok," ucap Naya yang kembali meminta turun.

Juan yang mendengar itu berhenti sejenak, kemudian menatap sekelilingnya untuk memastikan apakah memang sudah aman atau tidak. Mereka sebenarnya sudah cukup jauh saat ini, karena Juan terus berjalan dengan cepat tanpa beristirahat. Hal itu jugalah yang membuat Naya menjadi khawatir pada Juan.

"Oke, aman." Gumam Juan. Ia pun menurunkan Naya dari gendongannya secara perlahan, tak bisa di pungkiri kalau tubuhnya terasa lebih enteng sekarang.

Naya melihat Juan yang tampak begitu lega saat dirinya turun, "maaf yah, udah ngerepotin. Harusnya tadi gak usah lu gendong, gw jalan sendirian aja tadi," ucapnya tak enak.

Juan tersenyum, "gak papa. Gak usah minta maaf, ini juga karena kemauan gw kok," balasnya.

Naya balas tersenyum, ia kemudian menatap sekelilingnya. Posisi mereka sekarang ini berada di sebuah tebing, memperlihatkan lautan biru yang luas dan suara deburan ombak yang kali ini bisa Naya dengar dengan jelas.

Ia kemudian kembali menatap ke arah Juan yang masih memulihkan tenaganya, pastinya tenaga Juan terkuras habis setelah menggendongnya.

"Habis ini kita mesti kemana?" Tanya Naya. Karena melihat keberadaan mereka sekarang, cara agar mereka bisa kabur yaitu melalui jalur air. Karena jika mereka ingin lewat jalur darat, keduanya harus kembali berjalan menelusuri hutan untuk mencari jalan raya.

Lewat jalur air pun mustahil, posisi tebing yang mereka pijaki sekarang berada cukup tinggi, dan jika lompat pun belum tentu mereka selamat mengingat banyaknya bebatuan tajam yang akan menyambut mereka di bawah sana.

Juan terdiam karena jujur saja dia juga tidak tahu harus kemana sekarang ini, yang walanya ia pikirkan hanyalah cara untuk bisa keluar dan menjauh dari tempat mereka disekap, tapi cara untuk pergi dari sini yang dia tidak pikirkan lagi.

Dia bahkan tidak tahu sekarang jam berapa dan sedang ada di mana, Juan tidak tahu. Jadi dia hanya bisa menatap Naya dengan tatapan menyesalnya karena tidak memikirkannya lebih matang lagi.

"Sorry, gw juga gak tau. Mestinya gw rencanain lagi mateng-mateng sebelum kabur tadi," ujar Juan menyesal.

Naya tersenyum menenangkan, "gak papa. Keluar dari sana aja gw udah seneng, buat pergi dari sini kita pikirin sama-sama, oke?"

"Sekali lagi maaf. Gw janji kita bakalan pergi dari sini."

DOR!

AARRGGHH!!

Suara tembakan terdengar di susul dengan Juan yang jatuh berlutut di hadapan Naya sambil berteriak kencang.

"Juan!" Seru Naya terkejut, dengan kelabakan ia menghampiri Juan yang berteriak kesakitan sambil memegang kakinya. Saat dilihat Naya dibuat terkejut dengan adanya darah yang mengalir deras di betis Juan.

"Astaga Juan! Kaki lu!" Ujar Naya panik. Ia kemudian beralih melihat asal dari suara tembakan yang membuat dirinya sangat terkejut tadinya.

Dan lagi-lagi Naya dibuat terkejut dengan keberadaan dokter Satria yang memegang pistol, dengan kakek Steve dan ketiga rekan dokternya berdiri tak jauh dari posisi Naya sekarang.

Naya menatap mereka dengan tatapan takut ditambah lagi dengan tatapan dokter Satria yang tampak begitu marah, pria itu menatap Naya dan Juan dengan tatapan tajamnya.

Dokter Satria berjalan mendekat ke arah ke arah mereka secara perlahan, membuat Naya secara reflek memeluk erat tubuh Juan karena instingnya berkata Juan sedang dalam bahaya.

Sampainya di hadapan Naya, dokter Satria terdiam dengan tatapan yang masih fokus ke arah keduanya. Naya sudah bergetar ketakutan sementara Juan masih meringis-ringis menahan sakit akibat tembakan timah panas dari dokter Satria tadi, juga waspada dengan tindakan yang akan dokter Satria lakukan selanjutnya.

Dan tanpa diduga-duga dokter Satria langsung menginjak kaki Juan yang sudah ia tembak tadi, menghasilkan teriakan keras dari pemuda itu.

AAARRRGGGGHHHH!!!!

Juan berteriak kencang merasakan sakit yang bertambah.

"Juan!" Seru Naya terkejut.

"Dokter lepasin dok! Juan kesakitan!" Kata Naya dengan panik, tangannya bahkan mencoba mendorong kaki dokter Satria yang menginjak Juan dengan kencang.

"Dokter! Saya mohon dok!" Mohon Juan, air matanya bahkan sudah mengalir dari tadi.

Dokter Satria melepaskan injakannya, ia menatap Naya yang menangis sambil memeluk Juan yang tak berhenti meringis kesakitan.

"Hebat juga kau bisa membawa Naya lolos dari sana, bahkan sampai sejauh ini," ujar dokter Satria.

"Padahal aku ingin membuatnya mudah, tidak perlu repot-repot menembakan peluru seperti ini. Tapi sepertinya kalian lebih memilih jalan kekerasan seperti ini, jadi jangan salahkan aku jika nanti akan ada korban," lanjutnya.

Dokter Satria meraih lengan Naya dan menariknya untuk menjauh dari Juan, "habisi dia," perintahnya kepada ketiga rekannya untuk kembali menghajar Juan seperti dulu.

Naya yang mendengar hal itu sontak panik dan memberontak dari cekalan Dokter Satria mencoba melepaskan dirinya.

"Jangan! Jangan saya mohon, jangan sakitin Juan lagi!" Serunya memohon, tapi tampaknya dokter Satria sudah tidak perduli lagi.

Dokter Jaden,Jevan dan Jevin, sudah mulai memukuli dan menendang Juan dengan brutal bahkan tak memberikan kesempatan pada pemuda itu untuk melawan.

"Berhenti! Saya mohon berhenti!" Teriak Naya berharap mereka memiliki sedikit empati saat mendengar teriakannya, tapi mereka benar-benar sudah tidak peduli.

"NAYA!"

Akhirnya seseorang datang di waktu yang tepat, dengan mata yang sudah basah akan air mata, Naya menoleh ke arah suara yang memanggil namanya dan ia bisa melihat keberadaan anak-anak Wilson.

"ABANG! TOLONG! TOLONGIN JUAN!" Teriak Naya dengan penuh harapan agar mereka bisa menyelamatkan Juan yang sudah sekarat di hajar oleh mereka.

Anak-anak Wilson yang mendengar itu sontak menatap ke arah Juan yang sudah terkapar tak berdaya di tanah, tapi orang-orang itu masih terus memukuli tubuhnya dengan brutal.

Dan langsung saja anak-anak Wilson maju untuk menghentikan ketiganya, dan tentu saja itu tidak akan mudah.

Mereka pun tak luput dari perkelahian untuk menyelamatkan Juan, demi Naya yang sudah menangis tersedu-sedu sambil memohon-mohon di dalam cekalan Dokter Satria.

***
Gimana?

Vote ya Tan!

Write:04,09,24.
Pub:13,09,24.

It's A Dream?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang