Keesokannya, pukul 7 pagi semua penghuni rumah sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Tampaknya semua orang punya jadwal awal hari ini.
Naya sebenarnya hanya punya satu kelas hari ini, cuman dia mau mengumpulkan tugas dan dosennya memberi batas waktu hanya sampai pukul 9 pagi saja, lewat dari itu tidak akan diterima. Maka dari itulah Naya hari ini terpaksa bangun pagi demi tugas itu.
Suasana meja makan cukup ramai. Jun dan David asik mengobrol membahas sesuatu yang Naya tidak tahu, sesekali Kevin juga ikut menimbrung dengan keduanya. Sementara Sam dan Travis yang duduk di kanan kirinya tengah sibuk menambahkan lauk ke atas piring Naya terus menerus, membuat dirinya sedikit kesal karena terus dipaksa untuk menerimanya.
"Udah Napa sih!??" Seru nya kesal, ia menatap tajam ke arah keduanya yang dibalas senyuman manis oleh Sam, sedangkan Travis hanya acuh saja.
"Gak papa dek, biar tahan seharian," ujar Sam.
"Ya kalau kebanyakan gini bukannya tahan, malahan nanti jadi ngantuk karena kebanyakan." Naya berusaha menolak satu potong ayam goreng yang ingin diberikan oleh Travis, dia menatap tajam pemuda itu.
"Udah makan aja sendiri," ucapnya sambil menahan lengan Travis.
Travis masih coba mendorong tapi Naya juga dengan sekuat tenaga menahannya, terjadi aksi dorong mendorong diantara keduanya. Hampir saja ayam itu terlempar kalau saja Arthur tidak dengan cepat mengambil alih ayam itu.
Naya yang melihat itupun bernafas lega, syukurlah Arthur berguna di waktu yang tepat. Sementara Travis hanya mendengus lirih,lalu melanjutkan makannya.
Naya pun juga kembali melanjutkan sarapannya yang masih sisa banyak.
Di sela kunyahannya dia kembali mengingat kalau sudah lebih seminggu dia tinggal di rumah ini, itu berarti sudah lewat dari waktu yang disepakati saat Naya setuju tinggal disini.
"Ekhm! Udah lewat seminggu nih gw tinggal disini," ucapnya, membuat anak-anak Wilson menghentikan kegiatan mereka.
"Iya,nih. Gak kerasa," sahut Kevin,menatap Naya dengan senyuman.
Naya beralih menatap Jun, "gimana? Udah dapet belum orang jahatnya?" Tanyanya membuat anak tertua Wilson itu bingung.
"Maksud kamu?" Bingung Jun.
Naya mengedikkan bahunya, "ya kan dulu pas mau tinggal disini gw bilang, gw kasih waktu seminggu buat selesaikan masalahnya, lebih dari itu gw bakal keluar dari rumah ini gak peduli apapun itu, jadi..."
Naya sedikit menjeda ucapannya, " udah ketemu belum orang jahatnya? Kan udah seminggu, waktunya udah lewat jadi waktu kalian udah habis, dan gw bakalan balik ke kosan."
"Jadi rencananya hari ini pulang kuliah gw mau beres-beres,terus besoknya balik ke kosan." Naya mengakhiri ucapannya dibarengi dengan suapan terakhir dari sarapannya, ia menatap satu persatu anak Wilson yang tampak mematung di tempat mereka.
Sial! Bagaimana bisa mereka melupakan kesepakatan awal yang Naya katakan dulu. Dan mereka juga tidak bisa membantah karena sudah setuju, meskipun ada unsur keterpaksaan karena ada ancaman (kecoa) tapi tetap saja mereka juga sudah setuju.
"Apa nggak bisa di undur dulu dek?" Ujar David mencoba mengubah keputusan Naya.
Naya yang sedang minum itu mengangkat telunjuknya dan menggerakkannya ke kiri dan ke kanan, tanda menolak.
"No,no,no. Gak bisa, udah jadi kesepakatan dan kalian juga udah janji hari itu," tolaknya.
"Tapi, Abang masih belum dapat siapa mereka. Abang mohon kasih waktu lagi yah?" Mohon Jun, dia rasanya tidak rela melepaskan Naya.
Lagi-lagi Naya menggeleng, "eeiiittsss... Gak peduli itu urusan lu. Janji tetap janji."
"Dan satu lagi, lu bukan Abang gw jadi stop nyebut diri kalian Abang. Eneg tau nggak?"
Jujur ucapan Naya membuat mereka sakit hati, tapi memang itulah kenyataannya dan mereka tidak bisa membantah.
Naya mulai bersiap-siap untuk pergi, dia kembali mengecek isi tasnya untuk memastikan dia tidak melupakan tugas yang harus dia kumpulkan hari ini. Kan tidak lucu dia sudah bangun pagi untuk ke kampus, tapi tugas yang membuatnya bangun pagi malah ketinggalan. Sama aja zonk namanya.
Meraih tongkat yang sudah membatunya berjalan selama beberapa bulan belakangan ini, Naya rasanya sampai muak memakai benda ini terus-menerus entah kapan selesainya. Tapi kalau tidak pakai ini juga dia tidak bisa berjalan, jadi dia tidak punya pilihan lain.
Naya beralih menatap anak-anak Wilson yang masih terdiam di tempat mereka, dia mau meminta tumpangan karena pasti ada salah satu diantara mereka yang searah dengannya.
"Gw nebeng dong, ada yang angkut gw nggak?" Tanyanya, kalau tidak ada dia bisa berangkat sendiri.Tapi pertanyaannya tidak di gubris sama sekali.
"Halooooo, denger gw nggak?" Tidak ada tanggapan.
Yasudah, Naya berangkat sendiri saja. Kakinya mulai melangkah menjauh dari meja makan, sebelum suara Justin terdengar.
"Bareng aku aja," ucapnya menjawab permintaan Naya tadi. Naya berbalik dan menatap Justin, lalu kemudian menggeleng.
"Gak usah," tolaknya dengan ketus. Lebih baik tidak usah kalau Justin, dia bisa sendiri.
"Tapi Nay-"
"Sama Abang." Tiba-tiba saja Jun muncul di dekatnya dan menuntunnya dengan perlahan, memastikan dirinya untuk tidak jatuh.
Naya hanya mengangguk mengiyakan, dia tidak ada masalah dengan Jun. Dan pada akhirnya Naya pergi ke kampus dengan Jun meninggalkan Justin yang menatapnya dengan sedih.
Justin menatap sedih kepergian Jun dan Naya. Tampaknya bukan hari ini dimana Naya sudah memaafkannya, tapi tidak apa-apa dia masih bisa mencoba di hari lain.
Justin pun ikut menyusul kepergian Jun dan Naya, kepergian Justin membuat anak-anak Wilson yang lainnya tersadar kalau Naya sudah tidak ada bersama mereka, ditambah dengan Jun dan Justin yang juga sudah tidak ada di tempat.
"Jadi Naya akan pergi besok? Dia tidak akan tinggal disini lagi?" Ujar Kevin dengan sedih, dia mengaduk-aduk makanannya.
"Mau bagaimana lagi," sahut Arthur yang duduk di sampingnya. Dia sebenarnya ingin membantah ucapan Naya tadi, tapi lagi-lagi dia tidak berdaya.
"Kita serahkan saja pada Jun, aku tau pasti dia tidak akan tinggal diam dan melepaskan Naya begitu saja," ucap David, dia yakin saudaranya itu akan mencari cara agar Naya tidak pergi dari sini.
"Aku juga tidak akan membiarkan Naya pergi dari sini," balas Travis dingin lalu pergi dari sana. Dalam pikirannya sedang mencari-cari sebuah cara agar bisa membuat Naya bertahan lebih lama di rumah mereka.
Travis akan mendapatkan cara itu, jika cara lembut tidak mempan dia akan menggunakan cara yang kasar. Travis sudah lelah melihat Naya yang kabur-kaburan dan terlihat sangat tidak betah dengan mereka.
Padahal baru semalam mereka melihat Naya menangis sedih karena cerita orang tua mereka, pagi harinya gadis itu kembali ke setelan awal.
Beranjaknya Travis disusul dengan saudaranya yang lain, yang juga memilih beranjak dari tempat mereka masing-masing dan menjalani kesibukan mereka hari ini.
***
Up cepet.Write:18,07,24.
Pub:31,07,24.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
General FictionMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...