Tandai typo
***
Tebak Naya sekarang berada di mana.
Saat ini dia tengah duduk di sofa di ruang tamu sebuah rumah besar. Ia duduk dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada menatap tajam pada tujuh orang penghuni rumah.
"Gak cape begitu terus?" Tanya salah satu diantara nya.
"Itu minuman tidak mau diminum?" Lanjutnya sambil menunjuk ke arah jus yang sudah berada di atas meja sejak satu jam yang lalu.
Naya menatap tajam ke arah tujuh orang laki-laki di hadapannya. Dia berdecih sinis mendengar ucapan dari Sam.
Yap!
Sekarang Naya sedang berada di rumah keluarga Wilson, rumah yang paling tidak ingin Naya datangi dan tidak ingin ia ketahui di mana tempatnya.
Travis dan yang lainnya berhasil membawanya,tidak. Lebih tepatnya berhasil menculiknya dan membawanya ke hunian keluarga Wilson. Dan sudah satu jam lamanya ia berada di rumah mereka tapi posisinya tidak berubah sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah ini.
Begitu sampai Travis langsung menjatuhkannya ke atas sofa yang untungnya empuk. Naya sempat memberontak ingin kabur tapi keempat orang yang membawanya itu dengan cepat mencegahnya agar tetap di tempat.
Dan karena lelah memberontak akhirnya Naya hanya diam dan menatap tajam ke arah mereka,begitu terus sampai satu jam kedepannya, sampai tiga saudara mereka yang lainnya pulang dan ikut bergabung bersama mereka.
Bahkan jus yang di ambilkan oleh Jun tadi diabaikan begitu saja oleh Naya, tak perduli dirinya yang sedang haus dan butuh minum. Jus yang semulanya dingin itu kini mungkin menjadi panas karena terkena pancaran amarah yang sedari tadi dikeluarkan oleh Naya pada Wilson bersaudara.
"Hei, gak mau bicara? Kenapa hm? Butuh sesuatu?" Kevin berdiri dari duduknya menghampiri Naya, ia memegang pundak Naya tapi segera ditepis begitu saja, Naya langsung menatap tajam ke arah Kevin yang hanya dibalas senyuman kecut.
"Apasih!? Sokab banget," ucap Naya dengan julid.
"Akhirnya ngomong juga," gumam David yang sedari tadi menunggu.
"Jadi mau apa?" Tanya Sam.
"Bukannya saya yah yang harusnya tanya gitu. Kalian mau apa sih? Kenapa saya di bawa ke sini, tujuannya apa?" Tanya Naya balik.
"Kan sudah saya bilang tadi kalau ini untuk keselamatan dan keamanan kamu," jawab Jun.
"Dari?"
"Dari orang-orang jahat di luar sana, bisa jadi musuh celakain kamu," sahut David.
"Lah? Itukan musuh kalian, kenapa jadi saya yang di incar?" Ucap Naya dengan heran.
"Lagian saya nggak punya musuh sama sekali. Dari dulu hidup saya udah aman dan tentram,tapi semenjak ketemu kalian saya jadi kena sial terus,"lanjutnya dengan sinis.
"Hah~ bisa tidak jangan gunakan kata sial? Itu seperti kami membawa pengaruh buruk buat hidup kamu," ujar Arthur. Dia tidak suka mendengar kata-kata itu terlontar dari mulut Naya dan di tujukan kepada mereka. Itu membuatnya sakit hati.
"Ya kan emang begitu. Nggak sadar kah?" Balas Naya.
"Sudah. Apapun alasannya kami mau kamu tinggal di sini bersama kami. Ini supaya kamu aman dan tidak jauh dari pengawasan kami hanya sampai keadaan aman. Ngerti?" Ucap Jun, ia menatap penuh harap kepada Naya.
"Ya, 'sampa keadaan aman' sampai kapan? Saya bukan siapa-siapa kalian yang harus diawasi dan diamankan seperti ini."
"Kamu saudari kami," sahut Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
Ficção GeralMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...